Share

JILID 372 | Malam Berdarah

Tian Shan merasa tangan Mei Hwa dingin dan basah. ”Koko, aku merasa ngeri dan seram, binatang itu tak mungkin bisa dikalahkan, kurasa lebih baik kita turun gunung saja."

Tian Shan memikirkan hal yang sama. “Lebih baik begitu, kita pergi saja, aku sudah kangen pada anak kita. Ayo Mei, sekalian kita ajak ibumu, binatang sakti itu sangat berbahaya."

Tetapi Sian Hwa memilih menetap bersama kawan-kawannya. "Aku sudah jumpa dengan kamu, aku sudah senang. Melihat kamu hidup bahagia, aku pun senang. Pergilah kalian, rawat cucuku baik-baik, di sini memang sangat berbahaya seperti katamu itu."

Malam kelam makin mencekam ketika turun hujan deras. Suara guruh dan kilat menambah seram suasana. Air hujan mengalir deras menuruni lereng. Tanah menjadi licin. Para pendekar makin kalang kabut dicekam rasa gentar, di sana sini terdengar jeritan orang, lolong serigala dan suara binatang sakti yang mirip jerit kucing. Binatang sakti bergerak cepat seperti kilat halilinta

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status