"Maksudmu tadi bekerjasama, apa dan bagaimana?" tanya Hwang Mi Hee bingung.
"Kita pisahkan Mayleen dari Jiu Long. Perempuan itu sekarang luka parah, aku akan kirim orang membunuhnya. Tetapi yang kita perlukan adalah saat perempuan itu berada sendirian, karenanya kiia harus pancing agar Jiu Long pergi meskipun setengah hari saja."
Mata Hwang Mi Hee terbelalak. "Tidak, aku tak mau mengkhianati ketua, aku tak mau membunuh orang tak berdosa, kamu pergi saja Mei Li Tsu, aku tidak tertarik."
Mei Li Tsu marah. "Kamu perempuan lemah, apakah kamu mami saja dicampakkan begitu saja oleh lelaki setelah dia puas meniduri kamu, benar-benar kamu lemah dan tak bermartabat"
Hwang Mi Hee naik darah, setengah berteriak ia mengusir Mei Li Tsu. "Iya, Memang aku lemah, kamu pergi saja, aku tak mau berkawan dengan orang yang akan memusuhi ketua, pergilah kamu."
Mendengar suara bernada tinggi Hwang Mi Hee itu, Lan Yan dan Gan Nung masuk kamar, "Ada apa?"
"Tidak ada
Tian Shan merasa tangan Mei Hwa dingin dan basah. ”Koko, aku merasa ngeri dan seram, binatang itu tak mungkin bisa dikalahkan, kurasa lebih baik kita turun gunung saja."Tian Shan memikirkan hal yang sama. “Lebih baik begitu, kita pergi saja, aku sudah kangen pada anak kita. Ayo Mei, sekalian kita ajak ibumu, binatang sakti itu sangat berbahaya."Tetapi Sian Hwa memilih menetap bersama kawan-kawannya. "Aku sudah jumpa dengan kamu, aku sudah senang. Melihat kamu hidup bahagia, aku pun senang. Pergilah kalian, rawat cucuku baik-baik, di sini memang sangat berbahaya seperti katamu itu."Malam kelam makin mencekam ketika turun hujan deras. Suara guruh dan kilat menambah seram suasana. Air hujan mengalir deras menuruni lereng. Tanah menjadi licin. Para pendekar makin kalang kabut dicekam rasa gentar, di sana sini terdengar jeritan orang, lolong serigala dan suara binatang sakti yang mirip jerit kucing. Binatang sakti bergerak cepat seperti kilat halilinta
Setelah perjalanan santai dari lereng Laojun, senja hari Jiu Long dan empat perempuan itu tiba di desa Kipang, desa terpencil agak jauh dari gunung Laojun. Tak ada warung makan, tak ada penginapan. Jiu Long menyewa rumah penduduk, sekaligus membayar makanan untuk makan malam.Selesai santap malam, Jiu Long dan dua isterinya masuk kamar. Ia berpesan kepada Xinxin dan Xiuying agar berjaga- jaga sementara pengobatan dengan tenaga dalam berlangsung. Tangan Jiu Long menempel di punggung halus isterinya, tenaga dalam menerobos bergantian panas dan dingin. Tubuh Mayleen menggigil kedinginan, saat berikut berkeringat kepanasan.Jiu Long menjelaskan akan lebih cepat sembuh jika bisa mengurut di tempat yang kena pukulan. Mayleen mengangguk. Ia merasa tak perlu malu, meskipun di kamar itu ada Gwangsin. Ia membuka pakaian, membiarkan tubuh atas telanjang. Keduanya berhadapan. Mayleen melihat Jiu Long memejam mata, satu tangan Jiu Long menempel di pundak, satu lainnya di celah anta
Mayleen memeluk erat, menyembunyikan wajahnya di dada Jiu Long. "Terimakasih, Gwangsin, kamu sangat baik. Sesungguhnya aku tidak menyesal, setetes penyesalan pun tak ada dalam dadaku, aku bahagia hidup bertiga seperti ini. Untuk itu, tidaklah rugi jika aku harus menebus dengan nyawaku Aku anak bontot ketua perguruan Yudistira di Himalaya, ayahku berpegang keras pada tradisi kuno, anak perempuan harus patuh pada jodoh yang diatur ayah."Mayleen berbaring terlentang, pikirannya menerawang jauh. Ia seperti melihat ayah dan kakaknya yang galak serta wajah ibunya yang lembut tetapi tak berdaya. "Dua bulan lagi, pada akhir bulan Iyestha atau awal bulan Asadha, di situlah jadwal kematianku sudah tertulis. Tak ada yang bisa menolongku."Gwangsin penasaran. "Siapa bilang tidak ada yang bisa menolong, aku dan Jiu Long dan juga kamu akan berupaya keras menyelamatkan kamu, jangan khawatir, kita pasti bisa.""Aku punya seorang kakak perempuan, namanya Manisha dan dua kakak l
"Nasib kakakmu amat tragis, apakah sampai sekarang tak seorang pun dari keluargamu yang mengetahui kelakuan Wasudeva itu?" tanya Gwangsin sambil menciumi dada suaminya."Ceritanya panjang. Setelah kematian kakak, Wasudeva datang berkunjung. Ia merayuku, aku benci dan muak melihatnya. Ia melamar aku pada ayah. Ayah setuju. Aku tak bisa menceritakan perlakuan buruknya terhadap Manisha kepada ayah. Tetapi tak mungkin aku menerima perjodohan ini, mustahil aku kawin dengan Wasudeva, dia bejat dan aku tidak suka tampangnya, tidak ada jalan lain, terpaksa aku kabur ke negeri Dataran Tengah.""Kenapa ke negeri Dataran Tengah?""Aku ingin lari dari Wasudeva, makin jauh makin baik, mungkin dia tak akan berani kemari, semoga saja demikian.""Lantas penyakitmu itu?" tanya Gwangsin."Aku sehat, tak ada penyakit. Tetapi yang pasti, ayah, ibu dan dua kakakku akan datang ke negeri ini, mereka akan menjemput aku, menghukumku. Mereka akan muncul pa
Mayleen terharu. Ia memeluk dan mencium kekasihnya. Jiu Long membalas dengan nafsu menggebu. Tiga insan itu larut lagi dalam nafsu birahi. Bercinta dalam suasana hati saling membutuhkan.Pada saat itu, di pagi hari yang sejuk, Xinxin dan Xiuying telah memutuskan langkah. Keduanya berunding lama untuk sampai pada keputusan itu. Ketika Mayleen keluar dari kamar, ia melihat dua pembantunya sedang duduk menghadapi sarapan pagi yang baru saja diantar pemilik rumah. Lima orang itu melahap sarapan singkong dan ayam bakar.Pada kesempatan itu Xinxin dan Xiuying menyampaikan maksud mereka hasil pemikiran semalam. Keduanya merasa tidak lagi layak mendampingi Mayleen. "Putri, kamu adik perguruan kami, tetapi ilmu-mu lebih tinggi, kau juga putri guru kami, tugas kami selama ini adalah mengawalmu. Tetapi sekarang keadaan sudah lain, kamu sudah bersuami."Mayleen memotong bicara Xinxin yang mulai tersendat- sendat saking terharu. "Kamu ingin meninggalkan aku, begitu? Katakan
Kecantikan Mayleen adalah kecantikan wanita asing, cantik India. Kecantikan Gwangsin, cantiknya perempuan Dataran Tengah. Dua kakek itu membatin mungkin Jiu Long terpikat kecantikan yang luar biasa itu tetapi tidak tahu kelakuan dan isi hati si perempuan. Yu Jin membatin, "Apa yang kutakutkan akhirnya terjadi, Jiu Long kawin dengan orang luar, ah kasihan si Hwang Mi Hee, bagaimana perasaannya."Keduanya lebih kaget lagi mendengar penjelasan Jiu Long bahwa Mayleen adalah cucu pendekar Takadagawe yang pernah dikalahkan Sepuh Sun Jian di perang Luoyang.Sebagai orang tua yang sudah banyak pengalaman hidup, keduanya tidak memperlihatkan rasa curiga. Namun Jiu Long dan Mayleen tahu bahwa dua kakek itu curiga perkawinan hanya alasan Mayleen membalas dendam. Dua kakek lebih heran mendengar Jiu Long meninggalkan Laojun saat di mana binatang sakti sakti keluar dari persembunyian. "Mengapa kau pergi meninggalkan anak buahmu?" tanya Yu Jin kecewa.Jiu Long merasa aneh. "Kenapa kakek bertanya itu
Jiu Long memandang isterinya. Ia berharap Mayleen dan Gwangsin bisa menolongnya. Ini aib besar. Terdengar suara Mayleen, "Tadi ketika masuk pintu gerbang dan melewati pendopo aku melihat banyak orang, aku melihat beberapa perempuan. Tetapi saat kita lewat tak seorang pun yang berteriak menyebut nama suamiku, tidak seorang pun. Ini bukti, mereka melihat suamiku, tetapi mereka tidak mengenal suamiku, padahal hari masih senja, matahari masih terang. Ini bukti jelas. Itu sebabnya aku mencegah suamiku menemui mereka sekarang."Dua orangtua itu mengagumi kecerdasan Mayleen. Tetapi sebelum mereka bicara, gadis India ini sudah melanjutkan bicara, "Aku katakan tadi, aku sangat yakin suamiku tidak melakukan perbuatan itu, mengapa aku yakin?" Ia menatap dua kakek itu yang menahan nafas ingin tahu penjelasannya. Ia kemudian menceritakan pertemuannya dengan Jiu Long. Ketika ia nyaris diperkosa penjahat, "Aku tahu aku cantik, tubuh atasku telanjang, tetapi Jiu Long bisa mengendalikan diri, jika saj
Liu Xing mempersiapkan rencana Mayleen. Tiga murid mengaku Jiu Long. Tujuh perempuan itu bingung. Empat perempuan mengaku ketiga murid itu bukan Jiu Long.Tiga lainnya menuding murid dengan rambut beruban sebagai Jiu Long. Semua disaksikan Mayleen. Sementara Jiu Long menanti di kamarnya.Dibantu beberapa murid, Mayleen memisahkan dua kelompok. "Jelas, empat wanita itu tidak mengenal Jiu Long, berarti bukan suamiku yang melakukan perbuatan itu tetapi orang lain yang mengaku sebagai Jiu Long. Tiga lainnya juga tidak mengenal Jiu Long, hanya mengetahui ciri rambut ubanan saja. Nah tugasku membersihkan nama suamiku sudah selesai, aku pamit menemui suamiku." Mayleen berdua Gwangsin meninggalkan pendopo, menemui Jiu Long di biliknya. Sementara Yu Jin dan Liu Xing serta beberapa murid melakukan pemeriksaan. Kesimpulannya, ada orang yang sengaja memerkosa wanita-wanita itu sambil memperkenalkan diri sebagai Jiu Long, ketua Partai Naga Emas. Pemerkosaan terhadap empat perempuan dilakukan lela