Ketika fajar menyingsing, Jiu Long lelap. Gwangsin bangun. Ia menatap sepuasnya kekasih pujaannya. Ia menciumi tubuh Jiu Long. Lelaki itu terjaga. "Aku rindu padamu Jiu Long. Enambelas purnama aku tersiksa memikirkan kamu, padahal kamu enak-enakan bercinta dengan Jen Ting, Hwang Mi Hee, Mayleen bahkan Mei Li Tsu juga."
"Kamu marah, cemburu?"
Gwangsin menggeleng. "Aku cemburu, tetapi aku mengerti apa maumu dan aku memberi kamu kebebasan. Aku senang, karena kamu lebih mementingkan aku dari yang lain. Menurutmu siapa paling cantik, paling indah tubuhnya dan paling panas dalam bercinta?"
“Tentu saja kamu, Gwangsin, kekasihku."
"Kamu bohong, semua perempuan kamu puji. Di depan Mayleen kamu memuji Mayleen."
Jiu Long mencium lehernya. "Aku sungguh-sungguh, kamu paling cantik. Matamu, mulutmu, semuanya. Kamu cantik jelita, segar dan ceria. Tubuhmu paling indah, pinggang kecil, perut rata, buah dada tegak sintal, bokong dan pinggulmu tak ada lawan, pa
Jiu Long menggumam sambil menggumuli tubuh isterinya. "Aku bercinta dengan banyak perempuan, tetapi aku hanya mencintai seorang perempuan, namanya Gwangsin. Aku juga tersiksa memendam rindu. Aku sering mengingat percintaan kita di Lembah Buah Persik, itu percintaan dahsyat, aku tak pernah bisa lupa. Tetapi, tadi malam caramu bercinta lebih dahsyat lagi. Gwangsin, aku tadinya cemburu melihat Senpai Wu memegang lenganmu, tangannya hampir nyenggol buah dadamu."Gwangsin tertawa menggoda. "Ia kasmaran padaku, tetapi ia sopan, selama tiga hari bersamanya, ia tidak berani menyentuhku. Ia tahu aku akan melawan meskipun harus korban jiwa."Gwangsin sebenarnya baru empatbelas hari turun gunung. Tujuannya hanya satu yang paling penting, ia ingin menemui Jiu Long. Ia menuju Partai Naga Emas. Di tengah jalan di desa Guandong ia berjumpa bahkan tarung dengan Mayleen. Di desa itu ia mendengar berita perburuan binatang sakti di gunung Laojun membuat ia mengubah perjalanan."Ak
Selesai semadi, Jiu Long berkata pada Hwang Mi Hee. "Aku harus pergi menemui Mayleen." Ia melangkah ke jendela. Hwang Mi Hee berdiri, sambil berkata lirih dan agak sendu. "Ketua, aku mohon jangan tinggalkan aku, biarkan aku tetap melayanimu. Kau sudah berjanji padaku."Laki-laki itu memandang Hwang Mi Hee. Ia menghampiri, memeluknya lembut. "Tidak, aku tak akan meninggalkan kamu, aku tak akan melupakan kamu Mi Hee."Lelaki itu melompat lewat jendela dan menghilang di kegelapan malam Hwang Mi Hee menatap keluar jendela. Di luar gelap gulita, segelap hatinya yang gundah. Hwang Mi Hee berbaring, mendadak ia bangkit, melompati jendela. Ia nekad membuntuti Jiu Long. "Aku akan ngintip dari jauh, aku tak percaya gadis India itu, mungkin dia memasang perangkap."Begitu Jiu Long menginjak kaki di beranda rumah, tiba-tiba serangan bor maut mengancamnya. "Tahan seranganmu, ini aku." Xinxin dan Xiuying keluar dari ruangan dalam "Oh maaf, kami hanya berjaga-jaga, silahkan ma
Jiu Long melahap ayam panggang yang Kakakak dengan bumbu khas India. "Lezat, ternyata tidak cuma cantik kamu juga pandai masak. Kamu belum mengatakan apa saja kesalahanku?"Gadis itu menatap Jiu Long. Matanya berkaca-kaca. "Aku sungguh mencintaimu. Aku sampai lupa daratan, memberikan tubuhku yang masih perawan dan yang belum pernah disentuh lelaki. Kamu tahu Jiu Long, jika orangtuaku tahu aku sudah tidak perawan lagi, hukumannya mati." Airmata mengalir di pipinya. "Tetapi kamu mempermainkan aku""Tidak Mayleen. Aku tidak mempermainkan kamu, aku mencintaimu dengan sungguh-sungguh." Suara Jiu Long meski lirih namun mengandung ketegasan.Gadis itu menggeleng kepalanya. "Jelas, kamu mempermainkan aku. Kamu sudah tahu aku sedang mencari Jiu Long untuk tarung dan membalas dendam. Tetapi kamu memberi nama palsu, Fei Hung, kamu meniduriku, kamu pura-pura mencintaiku. Jika saat itu kamu mengaku Jiu Long, aku pasti tak sampai terjebak dan kehilangan perawan. Kamu tega ber
Ia mengerahkan segenap pesona diri yang dimilikinya lewat mimik wajah dan gerak tubuh. Dan Memang Jiu Long terpesona memandang kecantikan di hadapannya. Kecantikan yang nyaris sempurna. Jiu Long merasa getaran cinta dan kehangatan memancar dari sepasang mata coklat Mayleen yang indah. Semakin Mayleen mencintainya semakin ia kasmaran akan gadis itu. Jiu Long menghela nafas.Sejak pertemuan pertama, Jiu Long tak pernah tidak memikirkan gadis ini. Dia bercinta dengan Mei Li Tsu tetapi fantasinya mencari-cari wajah Mayleen. Bercinta dengan Mayleen, satu malam di desa Guandong dan satu malam dalam perjalanan, adalah petualangan sangat berkesan. Malam menjelang berangkat ke Laojun, ia meniduri Hwang Mi Hee lantaran rindu asmara kepada Mayleen. Tetapi kemarin waktu bercinta dengan Gwangsin, pelepas rindu enambelas purnama, ia tahu bahwa Gwangsin lebih penting dari segala apa di muka bumi, juga lebih penting dari Mayleen. Namun ia tetap terangsang akan pesona Mayleen.Jiu Long
"Kamu yakin aku jujur padamu? Kau yakin makanan yang kau telan tadi tak ada racunnya? Kau yakin aku tak membunuhmu atau berencana membalas dendam kakek Takadagawe?" Mayleen menatap lekat-lekat mata lelaki itu.Jiu Long menggeleng, "Aku yakin kamu mencintaiku. Aku tahu itu waktu bercinta denganmu. Kalau aku salah menilai dirimu, aku tidak menyesal mati di tanganmu.*'Perempuan itu menghela napas. "Sekarang, kau yakin bahwa aku mencintaimu, amat mencintaimu?" Ia merapatkan tubuhnya ke tubuh Jiu Long. Tangannya melingkar di leher Jiu Long. Keduanya berciuman. Lama dan panjang. Birahi kelaki-lakiannya bergelora. "Mayleen, aku terangsang.""Hati-hati, permainan cinta ini bagian dari rencana dan siasat tarung, jika kamu terangsang, kamu bisa kalah.""Aku tak peduli dengan tarung itu, aku pasti akan kalah.""Kamu tidak boleh kalah, jika kalah kamu tak akan mendapatkan aku sebagai isteri, aku akan pulang dan mati di India. Tetapi kalau kamu menang, aku aka
Di ruangan itu, Xinxin dan Xiuying sibuk mengerjakan sesuatu. Tampak seperti alat musik. Xinxin membenahi gendang, Xiuying mempersiapkan seruling. Dua gadis ini mengambil tempat duduk bersandar ke dinding rumah. "Putri, kami sudah siap," kata Xiuying sambil menarik napas.Tampak wajah dua gadis pembantu itu tegang dan serius.Jiu Long dan Mayleen masih berpelukan. Jiu Long melumat mulut kekasihnya. Tangan Mayleen mengelus dada dengan sentuhan lembut. Jiu Long merasa birahinya tak terbendung lagi Ia sangat terangsang. Nafasnya terasa panas.Mayleen tersenyum dalam hati. "Kamu akan kalah dan menjadi tawananku. Aku akan membawa kamu ke Himalaya. Pasti ayah akan senang. Jiu Long, murid Sun Jian, menjadi tawanan dan suami Mayleen"Ia melepaskan diri dari pelukan Jiu Long. Ia memandang dengan penuh arti dan makna cinta. "Jiu Long, kamu harus bisa mengalahkan aku untuk kebahagiaan kita berdua, dan aku akan menghadapimu dengan ilmu andalan perguruanku, jangan pan
Jiu Long tenggelam dalam pesona kecantikan dan keindahan. Ia berusaha bertahan, memusatkan pikiran pada tenaga batin. Ia masih di kursi. Ia memejamkan mata, tak mau lagi menyaksikan goyang tubuh Mayleen. Tetapi musik terus menerobos pendengaran yang otomatis memantulkan visual tarian yang penuh pesona dalam benaknya. Ia mulai mabuk, pikiran kalut, rangsangan birahi mulai menguasai dirinya.Tepuk gendang dan nada suling makin tinggi, mengikuti gerak tari Mayleen yang makin agresif. Tenaga batin tiga gadis ini makin diumbar begitu melihat Jiu Long mulai gelisah. Sesaat lagi Jiu Long akan roboh. Saat itu Jiu Long merasa dorongan birahi untuk menghampiri, memeluk dan mencium si gadis. Antara sadar dan tidak, ia bangkit dari kursi. Saat melangkah, ia terhuyung dan roboh ke tanah. Saat itu, ketika kepala terantuk di tanah, pikirannya tergugah bahwa ada sesuatu yang tidak beres.Ia belum pernah mendengar ada ilmu mirip sihir seperti yang diperagakan tiga gadis India. Musik da
Berbareng saat kritis itu Mei Li Tsu dan Hwang Mi Hee menjerit. Mei Li Tsu berteriak, "Jiu Long!" Hwang Mi Hee berseru, "Ketua!" Sambil berteriak kedua wanita ini melompat keluar dari persembunyian menyerbu masuk rumah lewat jendela. Dua wanita itu yang sedang dirasuk cemburu dan marah, punya alasan menyerang Mayleen. Keduanya menyerang dengan tamparan keras.Jurus tari itu diciptakan untuk tarung langsung. Tiga gadis itu biasanya tarung sambil menari dan menyanyi. Seharusnya Mayleen sanggup mengelak dan memukul balik membuat penyerangnya luka parah. Tetapi saat itu ia dalam keadaan tidak sadar meski masih menari mengikuti irama musik. Xinxin dan Xiuying terkejut mendengar teriak dua pendekar wanita itu. Keduanya rhelihat Mayleen masih seperti orang mabuk Mereka tetap tidak berani menghentikan musik, hanya mampu berseru memperingatkan, "Putri awas!"Jiu Long mendengar teriakan Hwang Mi Hee dan Mei Li Tsu, juga peringatan Xinxin. Ia melihat Mayleen seperti orang mabuk,