Berbareng saat kritis itu Mei Li Tsu dan Hwang Mi Hee menjerit. Mei Li Tsu berteriak, "Jiu Long!" Hwang Mi Hee berseru, "Ketua!" Sambil berteriak kedua wanita ini melompat keluar dari persembunyian menyerbu masuk rumah lewat jendela. Dua wanita itu yang sedang dirasuk cemburu dan marah, punya alasan menyerang Mayleen. Keduanya menyerang dengan tamparan keras.
Jurus tari itu diciptakan untuk tarung langsung. Tiga gadis itu biasanya tarung sambil menari dan menyanyi. Seharusnya Mayleen sanggup mengelak dan memukul balik membuat penyerangnya luka parah. Tetapi saat itu ia dalam keadaan tidak sadar meski masih menari mengikuti irama musik. Xinxin dan Xiuying terkejut mendengar teriak dua pendekar wanita itu. Keduanya rhelihat Mayleen masih seperti orang mabuk Mereka tetap tidak berani menghentikan musik, hanya mampu berseru memperingatkan, "Putri awas!"
Jiu Long mendengar teriakan Hwang Mi Hee dan Mei Li Tsu, juga peringatan Xinxin. Ia melihat Mayleen seperti orang mabuk,
Xinxin dan Xiuying terkejut melihat majikannya kena pukul dan roboh muntah darah. Mereka luput dari bahaya terluka sebab tarian Mayleen berhenti seketika, dihentikan serangan Mei Li Tsu dan Hwang Mi Hee. Melihat majikannya terluka muntah darah, dua pembantu itu meradang menyerbu Mei Li Tsu dan Hwang Mi Hee. Xinxin menyerang Hwang Mi Hee, Xiuying menggempur Mei Li Tsu. Sekejap saja, dua gadis India itu unggul dan mendesak hebat lawannya.Jiu Long berteriak, "Xinxin berhenti, lebih penting sekarang menolong Mayleen."Siapa pun tak pernah tahu, Jiu Long pun tak pernah tahu, bahwa dua pukulan itu telah menyelamatkan Mayleen dari ajal atau kegilaan. Hantaman itu tanpa sengaja telah membetot Mayleen keluar dari perangkap pengaruh tarian itu. Hantaman di pundak dan dada tak terlalu parah. Meski dalam keadaan tidak sadar, tetapi Mayleen masih menari dengan pengerahan tenaga batin tinggi. Itu sebab ia tidak sampai tewas meski tak terhindari luka parah.Jiu Long memeluk M
Jiu Long berpikir cepat. Tak ada jalan lebih cepat dan tepat dalam upaya menyadarkan Mayleen melainkan dengan pernafasan lewat mulut. Tanpa rasa kikuk, Jiu Long mencium bibir Mayleen. Mulut itu terkatup erat, perlahan-lahan terbuka. Ia kaget begitu hendak menyalurkan nafas dan tenaga batin lewat mulut, Mayleen membuka mata, mengedip. Ia bahkan bereaksi membalas ciuman.Keduanya berciuman. Empat perempuan itu menyaksikan dengan aneka macam perasaan. Mei Li Tsu kabur, ia marah dan cemburu. Hwang Mi Hee kabur dengan tangisan. Xinxin dan Xiuying lega, mereka sempat melihat majikannya main mata. "Tuan Putri, kamu pasti tidak apa-apa, kita berdua keluar, menunggu di beranda saja," kata Xiuying dalam bahasa India.Setelah ciuman panjang itu. Jiu Long masih memeluk erat Mayleen. "Aku mencintaimu, bagaimana lukamu?"Gadis cantik itu menggeleng kepalanya. "Dadaku sakit, rasanya ngilu. Coba kau panggil Xiuying."Kedua pembantu itu muncul. Mayleen meminta Xiuying mer
Saat menjelang pagi, Mayleen merasa banyak lebih baik. "Jiu Long, cukup sekian dulu, aku sudah baikan, kamu perlu istirahat" Ia melepas tangannya dari punggung Mayleen.Keduanya bersila. Jiu Long mengatur kembali tenaga dalamnya. Mayleen memeriksa tenaganya. Ia gembira sudah bisa mengerahkan tenaga dalam meski belum pulih sepenuhnya. Mayleen membalik tubuh. Ia melihat Jiu Long sedang bersila.Keringat membasahi wajah Jiu Long dan seluruh tubuhnya, menebar aroma kelaki-lakian. Mayleen mencium bebauan asing, tetapi yang merangsang birahi.Ia pernah mencium bau tubuh Jiu Long sewaktu bercinta. Sekarang ia membaui lagi. Tanpa sadar ia menatap lelaki itu dengan penuh rasa cinta, ia mengeluh dalam hati. "Ooh betapa aku mencintai lelaki ini, tetapi sungguh suatu kemustahilan. Oh Dewa , tolong aku, beri aku petunjuk dan jalan keluar."Ia melangkah turun dari dipan, bermaksud menuju beranda hendak Memanggil dua pembantunya. Langkahnya terhenti, tubuhnya tertarik o
"Kamu tak akan mati, aku tak akan membiarkan kamu mati, sebenarnya apa yang menjadi beban deritamu, apa penyakitmu atau mungkin ada musuh yang mengancam kamu?""Tidak. Aku sehat, tak punya penyakit, aku juga tak punya musuh yang mengancam jiwaku. Tetapi kematian Memang hampir pasti akan menjemputku tiga bulan lagi, bahkan mungkin saja sebelum tiga purnama!""Apa sebenarnya yang terjadi? Ceritakan padaku, Mayleen! Mumpung masih punya waktu tiga bulan, aku akan cari jalan menyelamatkan isteri yang kucinta."Mayleen berbisik, "Jiu Long urusan itu ditunda dulu, aku mau kamu membahagiakan aku, aku mau kaucintai sekarang ini, aku tak mau yang lain." Ia merangkulkan kakinya ke tubuh Jiu Long, mencium bibir kekasihnya. Jiu Long mengibas, angin dingin meniup lampu damar. Kamar gelap gulita. Hanya terdengar nafas dua insan yang kasmaran dan dilanda birahi keringat membasahi tubuh. Mereka bercinta. Akhirnya tidur pulas sambil berpelukan.Jiu Long terjaga. Tangan lem
Mayleen terkejut. "Jiu Long, kamu tak bermaksud menceraikan mereka, iya kan? Jangan lakukan itu, terutama Hwang Mi Hee, ia sudah berbakti dan melayanimu semasa kau sakit. Kau sudah meniduri merenggut perawannya, kau tak pantas menyia-nyiakan dirinya.""Begini, aku putuskan menceraikan, kamu memilih memberi maaf. Dua pendapat ini sama kuat, satu satu. Aku akan minta pendapat Gwangsin. Apa pun yang dipilih Gwangsin, itulah keputusan atas Hwang Mi Hee dan Mei Li Tsu. Tetapi seharusnya kamu setuju dengan keputusanku, tidak mungkin kita hidup berkumpul bersama orang yang punya ganjalan sakit hati"Dia mengalihkan pembicaraan. "Jiu Long, kamu punya hutang padaku. Aku menagihnya sekarang, tetapi kau tak boleh marah. Jikalau kau tidak setuju, katakan saja, aku tak akan kecewa. Tetapi permintaan berikutnya pasti akan lebih sulit.""Benarlah apa yang kukatakan, kamu cerdas dan pandai berhitung, selalu ada syarat dan hutang, baik katakan saja, semoga saja syarat itu bukan
"Bagaimana jika ia mau ikut upacara kawin. Bagaimana jika ia minta upacara adat Dataran Tengah dengan kalian berdua sebagai pengantin perempuan?""Aku tak keberatan. Bagiku yang penting adalah upacara sakral itu, apakah itu adat Himalaya atau adat Dataran Tengah, aku mau saja."Jiu Long memeluk kekasihnya. "Kamu punya sesuatu yang jarang dimiliki perempuan lain, mau mengerti perasaan orang lain dan tidak suka memaksakan kemauan sendiri kepada orang lain."Samar-samar terdengar suara merdu seorang wanita berseru, "Banjao kisi ke kisi ko aapena banalo." Jelas bukan suara Xiuying maupun Xinxin. Mayleen tercenung, Jiu Long bertanya, apa artinya itu. Mayleen menerjemahkan, "Jadilah milik seseorang dan milikilah seseorang. Itu kata-kata sastra dari buku Natyam Sasrayang kenamaan, buku falsafah tua dari India. Pepatah itu nama jurus yang handal dan menjadi tanda pengenal kami dari perguruan di lereng Himalaya."Suara itu terdengar jauh, dan bergerak sampai akhir
Malini akhirnya bicara dalam bahasa Dataran Tengah. "Tidak bisa, ayahmu akan membunuh kami berdua, kamu sudah gila Mayleen, kamu sudah dijodohkan dengan Wasudeva. Kamu harus kawin dengan dia, kamu tak boleh kawin dengan orang Dataran Tengah, apalagi Jiu Long, murid dari musuh kakekmu. Kamu sudah gila."Kumarawet ikut-ikutan marah. "Kami tidak akan mengijinkan perbuatan gila ini. Tak ada ampun, ayahmu akan ngamuk besar dan kami berdua akan dicincang oleh ayahmu. Malini, kalau dia tetap ngotot, lebih baik kita kabur sekarang juga, biar kakak Yudistira tahu kita tidak ikut campur dan tidak terlibat dalam urusan gila ini. Dan Memang kita tak tahu apa- apa dan juga tidak terlibat!"Tumpah ruah kemarahan Malini kepada Jiu Long. "Kamu adalah musuh bebuyutan kami, hutang kekalahan kami tahun lalu akan kami lunasi sekarang ini. Kamu tidak ksatria, sengaja menjebak keponakan kami, itu bukan sifat pendekar namanya."Nada suara Jiu Long tawar. "Aku tak pernah memus
Mendengar cerita itu, bukan hanya Jiu Long juga empat pendekar Himalaya itu terkejut. Ini peristiwa luar biasa. Kini Kumarawet dan Malini mengerti alasan Mayleen menolak Wasudeva. Tetapi orangtua Mayleen pasti akan ngamuk mengapa putrinya mau mengawini Jiu Long, orang luar dan musuh perguruan. Tidak mustahil mereka akan menghukum Mayleen, bahkan juga semua yang terlibat dalam urusan ini. Empat orang itu termenung, bingung tak tahu harus bersikap. Mereka suka dan bersedia menolong Mayleen, tetapi mereka lebih takut kepada ayah dan ibu Mayleen. Apa jalan keluarnya?Kumarawet bertanya kepada Jiu Long apakah sungguh-sungguh mencintai Mayleen. Jiu Long mengiyakan. Kumarawet menanyakan kepada Mayleen apakah sudah berpikir matang menjadi isteri Jiu Long, sebab itu sama artinya memutus hubungan dengan orangtua bahkan juga dengan perguruan. Mayleen mengiyakan. Kumarawet setuju menikahkan dua sejoli itu dalam upacara adat Himalaya.Wajah Xinxin dan Xiuying pucat "Kami p