Saat menjelang pagi, Mayleen merasa banyak lebih baik. "Jiu Long, cukup sekian dulu, aku sudah baikan, kamu perlu istirahat" Ia melepas tangannya dari punggung Mayleen.
Keduanya bersila. Jiu Long mengatur kembali tenaga dalamnya. Mayleen memeriksa tenaganya. Ia gembira sudah bisa mengerahkan tenaga dalam meski belum pulih sepenuhnya. Mayleen membalik tubuh. Ia melihat Jiu Long sedang bersila.
Keringat membasahi wajah Jiu Long dan seluruh tubuhnya, menebar aroma kelaki-lakian. Mayleen mencium bebauan asing, tetapi yang merangsang birahi.
Ia pernah mencium bau tubuh Jiu Long sewaktu bercinta. Sekarang ia membaui lagi. Tanpa sadar ia menatap lelaki itu dengan penuh rasa cinta, ia mengeluh dalam hati. "Ooh betapa aku mencintai lelaki ini, tetapi sungguh suatu kemustahilan. Oh Dewa , tolong aku, beri aku petunjuk dan jalan keluar."
Ia melangkah turun dari dipan, bermaksud menuju beranda hendak Memanggil dua pembantunya. Langkahnya terhenti, tubuhnya tertarik o
"Kamu tak akan mati, aku tak akan membiarkan kamu mati, sebenarnya apa yang menjadi beban deritamu, apa penyakitmu atau mungkin ada musuh yang mengancam kamu?""Tidak. Aku sehat, tak punya penyakit, aku juga tak punya musuh yang mengancam jiwaku. Tetapi kematian Memang hampir pasti akan menjemputku tiga bulan lagi, bahkan mungkin saja sebelum tiga purnama!""Apa sebenarnya yang terjadi? Ceritakan padaku, Mayleen! Mumpung masih punya waktu tiga bulan, aku akan cari jalan menyelamatkan isteri yang kucinta."Mayleen berbisik, "Jiu Long urusan itu ditunda dulu, aku mau kamu membahagiakan aku, aku mau kaucintai sekarang ini, aku tak mau yang lain." Ia merangkulkan kakinya ke tubuh Jiu Long, mencium bibir kekasihnya. Jiu Long mengibas, angin dingin meniup lampu damar. Kamar gelap gulita. Hanya terdengar nafas dua insan yang kasmaran dan dilanda birahi keringat membasahi tubuh. Mereka bercinta. Akhirnya tidur pulas sambil berpelukan.Jiu Long terjaga. Tangan lem
Mayleen terkejut. "Jiu Long, kamu tak bermaksud menceraikan mereka, iya kan? Jangan lakukan itu, terutama Hwang Mi Hee, ia sudah berbakti dan melayanimu semasa kau sakit. Kau sudah meniduri merenggut perawannya, kau tak pantas menyia-nyiakan dirinya.""Begini, aku putuskan menceraikan, kamu memilih memberi maaf. Dua pendapat ini sama kuat, satu satu. Aku akan minta pendapat Gwangsin. Apa pun yang dipilih Gwangsin, itulah keputusan atas Hwang Mi Hee dan Mei Li Tsu. Tetapi seharusnya kamu setuju dengan keputusanku, tidak mungkin kita hidup berkumpul bersama orang yang punya ganjalan sakit hati"Dia mengalihkan pembicaraan. "Jiu Long, kamu punya hutang padaku. Aku menagihnya sekarang, tetapi kau tak boleh marah. Jikalau kau tidak setuju, katakan saja, aku tak akan kecewa. Tetapi permintaan berikutnya pasti akan lebih sulit.""Benarlah apa yang kukatakan, kamu cerdas dan pandai berhitung, selalu ada syarat dan hutang, baik katakan saja, semoga saja syarat itu bukan
"Bagaimana jika ia mau ikut upacara kawin. Bagaimana jika ia minta upacara adat Dataran Tengah dengan kalian berdua sebagai pengantin perempuan?""Aku tak keberatan. Bagiku yang penting adalah upacara sakral itu, apakah itu adat Himalaya atau adat Dataran Tengah, aku mau saja."Jiu Long memeluk kekasihnya. "Kamu punya sesuatu yang jarang dimiliki perempuan lain, mau mengerti perasaan orang lain dan tidak suka memaksakan kemauan sendiri kepada orang lain."Samar-samar terdengar suara merdu seorang wanita berseru, "Banjao kisi ke kisi ko aapena banalo." Jelas bukan suara Xiuying maupun Xinxin. Mayleen tercenung, Jiu Long bertanya, apa artinya itu. Mayleen menerjemahkan, "Jadilah milik seseorang dan milikilah seseorang. Itu kata-kata sastra dari buku Natyam Sasrayang kenamaan, buku falsafah tua dari India. Pepatah itu nama jurus yang handal dan menjadi tanda pengenal kami dari perguruan di lereng Himalaya."Suara itu terdengar jauh, dan bergerak sampai akhir
Malini akhirnya bicara dalam bahasa Dataran Tengah. "Tidak bisa, ayahmu akan membunuh kami berdua, kamu sudah gila Mayleen, kamu sudah dijodohkan dengan Wasudeva. Kamu harus kawin dengan dia, kamu tak boleh kawin dengan orang Dataran Tengah, apalagi Jiu Long, murid dari musuh kakekmu. Kamu sudah gila."Kumarawet ikut-ikutan marah. "Kami tidak akan mengijinkan perbuatan gila ini. Tak ada ampun, ayahmu akan ngamuk besar dan kami berdua akan dicincang oleh ayahmu. Malini, kalau dia tetap ngotot, lebih baik kita kabur sekarang juga, biar kakak Yudistira tahu kita tidak ikut campur dan tidak terlibat dalam urusan gila ini. Dan Memang kita tak tahu apa- apa dan juga tidak terlibat!"Tumpah ruah kemarahan Malini kepada Jiu Long. "Kamu adalah musuh bebuyutan kami, hutang kekalahan kami tahun lalu akan kami lunasi sekarang ini. Kamu tidak ksatria, sengaja menjebak keponakan kami, itu bukan sifat pendekar namanya."Nada suara Jiu Long tawar. "Aku tak pernah memus
Mendengar cerita itu, bukan hanya Jiu Long juga empat pendekar Himalaya itu terkejut. Ini peristiwa luar biasa. Kini Kumarawet dan Malini mengerti alasan Mayleen menolak Wasudeva. Tetapi orangtua Mayleen pasti akan ngamuk mengapa putrinya mau mengawini Jiu Long, orang luar dan musuh perguruan. Tidak mustahil mereka akan menghukum Mayleen, bahkan juga semua yang terlibat dalam urusan ini. Empat orang itu termenung, bingung tak tahu harus bersikap. Mereka suka dan bersedia menolong Mayleen, tetapi mereka lebih takut kepada ayah dan ibu Mayleen. Apa jalan keluarnya?Kumarawet bertanya kepada Jiu Long apakah sungguh-sungguh mencintai Mayleen. Jiu Long mengiyakan. Kumarawet menanyakan kepada Mayleen apakah sudah berpikir matang menjadi isteri Jiu Long, sebab itu sama artinya memutus hubungan dengan orangtua bahkan juga dengan perguruan. Mayleen mengiyakan. Kumarawet setuju menikahkan dua sejoli itu dalam upacara adat Himalaya.Wajah Xinxin dan Xiuying pucat "Kami p
Keduanya mengeroyok, memegang dan membanting Jiu Long ke lantai. "Kamu harus ngaku bahwa kamu yang beruntung mendapatkan isteri secantik aku dan Mayleen." Dua perempuan itu mencopot busana masing-masing. "Lihat tubuh kita, indah dan molek."Jiu Long terangsang. "Kalian benar, aku salah. Memang aku yang beruntung mendapatkan kalian sebagai isteri, kemarilah sayang."Dua perempuan itu melompat keluar kamar. Jiu Long berseru "Hei tunggu dulu!" Dua gadis cantik itu tertawa cekikikan menatap Jiu Long yang juga tertawa.Tanpa berunding lagi, Gwangsin menyatakan setuju perkawinan adat Himalaya. Tetapi Kumarawet protes, "Bagaimana mungkin seorang lelaki kawin sekaligus dengan dua perempuan, aku belum biasa."Tiga perempuan itu, Malini, Xinxin dan Xiuying membela Mayleen. "Lakukan saja, yang penting upacaranya sakral," kata Malini.Pernikahan dilaksanakan malam itu juga. Xinxin, Xiuying dan Malini mencari perlengkapan. Bunga, dedaunan, kulit pohon warna war
Malam itu juga mereka menuju penginapan Partai Naga Emas. Di tengah jalan Jiu Long cerita pada Gwangsin, bahwa ia akan menceraikan Hwang Mi Hee dan Mei Li Tsu. Tetapi Mayleen justru mengusul agar Hwang Mi Hee diampuni. "Keadaan satu satu. Tinggal kamu Gwangsin, apapun keputusanmu, maka itulah keputusanku," tegas Jiu Long.Tertegun sesaat Gwangsin berkata lirih, "Sulit, apabila pada awalnya sudah ada perasaan tidak suka atau tidak percaya. Lama-lama bisa bagaikan api dalam sekam, sekali waktu bisa meletus dan membakar kita sekeluarga. Ceraikan saja, Jiu Long!"Mayleen terkejut. Gwangsin mendekati dan memeluknya "Kamu dan aku, yang paling dirugikan nantinya"Mayleen berbisik lirih, "Aku ikut apa katamu."Jiu Long dan dua isterinya tiba di rumah Partai Naga Emas. Mereka menyambut ketuanya. Sedikit basa-basi, Jiu Long mengumumkan dia baru saja melakukan upacara sederhana perkawinan dengan Gwangsin dan Mayleen. Kontan saja, semua murid terperanjat. Kabar ini m
Para murid Partai Naga Emas kecewa melihat sepak terjang Jiu Long. Hal ini tak luput dari pengamatan Jiu Long. Ia Memanggil Diaochan, Lan Yan, Gan Nung dan Satrung Agar tidak beredar kabar yang tidak benar, Jiu Long menjelaskan perihal ia menceraikan Hwang Mi Hee dan Mei Li Tsu. Apa perbuatan dua perempuan itu dan alasan mengapa ia harus menceraikan mereka. Keduanya kini bebas untuk mencari jodoh lelaki lain.Hwang Mi Hee tak menyangka mendapat perlakuan setegas itu dari Jiu Long. Malam itu kepada Lan Yan dan Diaochan, ia mengatakan menyesal mengikuti saran dan ajakan Mei Li Tsu. "Aku tahu tak seharusnya malam itu aku dan Mei Li Tsu memukul Mayleen muntah darah. Karena aku melihat bahwa ketua dan Mayleen tidak tarung, mereka seperti menikmati musik dan tari. Tak ada sesuatu pun yang membahayakan jiwa ketua. Aku marah dan cemburu, sehingga begitu Mei Li Tsu mengajak menyerbu masuk dan menghantam Mayleen, seperti orang tolol aku ikut saja."Hwang Mi Hee menyesal, tetapi