"Bagaimana jika ia mau ikut upacara kawin. Bagaimana jika ia minta upacara adat Dataran Tengah dengan kalian berdua sebagai pengantin perempuan?"
"Aku tak keberatan. Bagiku yang penting adalah upacara sakral itu, apakah itu adat Himalaya atau adat Dataran Tengah, aku mau saja."
Jiu Long memeluk kekasihnya. "Kamu punya sesuatu yang jarang dimiliki perempuan lain, mau mengerti perasaan orang lain dan tidak suka memaksakan kemauan sendiri kepada orang lain."
Samar-samar terdengar suara merdu seorang wanita berseru, "Banjao kisi ke kisi ko aapena banalo." Jelas bukan suara Xiuying maupun Xinxin. Mayleen tercenung, Jiu Long bertanya, apa artinya itu. Mayleen menerjemahkan, "Jadilah milik seseorang dan milikilah seseorang. Itu kata-kata sastra dari buku Natyam Sasrayang kenamaan, buku falsafah tua dari India. Pepatah itu nama jurus yang handal dan menjadi tanda pengenal kami dari perguruan di lereng Himalaya."
Suara itu terdengar jauh, dan bergerak sampai akhir
Malini akhirnya bicara dalam bahasa Dataran Tengah. "Tidak bisa, ayahmu akan membunuh kami berdua, kamu sudah gila Mayleen, kamu sudah dijodohkan dengan Wasudeva. Kamu harus kawin dengan dia, kamu tak boleh kawin dengan orang Dataran Tengah, apalagi Jiu Long, murid dari musuh kakekmu. Kamu sudah gila."Kumarawet ikut-ikutan marah. "Kami tidak akan mengijinkan perbuatan gila ini. Tak ada ampun, ayahmu akan ngamuk besar dan kami berdua akan dicincang oleh ayahmu. Malini, kalau dia tetap ngotot, lebih baik kita kabur sekarang juga, biar kakak Yudistira tahu kita tidak ikut campur dan tidak terlibat dalam urusan gila ini. Dan Memang kita tak tahu apa- apa dan juga tidak terlibat!"Tumpah ruah kemarahan Malini kepada Jiu Long. "Kamu adalah musuh bebuyutan kami, hutang kekalahan kami tahun lalu akan kami lunasi sekarang ini. Kamu tidak ksatria, sengaja menjebak keponakan kami, itu bukan sifat pendekar namanya."Nada suara Jiu Long tawar. "Aku tak pernah memus
Mendengar cerita itu, bukan hanya Jiu Long juga empat pendekar Himalaya itu terkejut. Ini peristiwa luar biasa. Kini Kumarawet dan Malini mengerti alasan Mayleen menolak Wasudeva. Tetapi orangtua Mayleen pasti akan ngamuk mengapa putrinya mau mengawini Jiu Long, orang luar dan musuh perguruan. Tidak mustahil mereka akan menghukum Mayleen, bahkan juga semua yang terlibat dalam urusan ini. Empat orang itu termenung, bingung tak tahu harus bersikap. Mereka suka dan bersedia menolong Mayleen, tetapi mereka lebih takut kepada ayah dan ibu Mayleen. Apa jalan keluarnya?Kumarawet bertanya kepada Jiu Long apakah sungguh-sungguh mencintai Mayleen. Jiu Long mengiyakan. Kumarawet menanyakan kepada Mayleen apakah sudah berpikir matang menjadi isteri Jiu Long, sebab itu sama artinya memutus hubungan dengan orangtua bahkan juga dengan perguruan. Mayleen mengiyakan. Kumarawet setuju menikahkan dua sejoli itu dalam upacara adat Himalaya.Wajah Xinxin dan Xiuying pucat "Kami p
Keduanya mengeroyok, memegang dan membanting Jiu Long ke lantai. "Kamu harus ngaku bahwa kamu yang beruntung mendapatkan isteri secantik aku dan Mayleen." Dua perempuan itu mencopot busana masing-masing. "Lihat tubuh kita, indah dan molek."Jiu Long terangsang. "Kalian benar, aku salah. Memang aku yang beruntung mendapatkan kalian sebagai isteri, kemarilah sayang."Dua perempuan itu melompat keluar kamar. Jiu Long berseru "Hei tunggu dulu!" Dua gadis cantik itu tertawa cekikikan menatap Jiu Long yang juga tertawa.Tanpa berunding lagi, Gwangsin menyatakan setuju perkawinan adat Himalaya. Tetapi Kumarawet protes, "Bagaimana mungkin seorang lelaki kawin sekaligus dengan dua perempuan, aku belum biasa."Tiga perempuan itu, Malini, Xinxin dan Xiuying membela Mayleen. "Lakukan saja, yang penting upacaranya sakral," kata Malini.Pernikahan dilaksanakan malam itu juga. Xinxin, Xiuying dan Malini mencari perlengkapan. Bunga, dedaunan, kulit pohon warna war
Malam itu juga mereka menuju penginapan Partai Naga Emas. Di tengah jalan Jiu Long cerita pada Gwangsin, bahwa ia akan menceraikan Hwang Mi Hee dan Mei Li Tsu. Tetapi Mayleen justru mengusul agar Hwang Mi Hee diampuni. "Keadaan satu satu. Tinggal kamu Gwangsin, apapun keputusanmu, maka itulah keputusanku," tegas Jiu Long.Tertegun sesaat Gwangsin berkata lirih, "Sulit, apabila pada awalnya sudah ada perasaan tidak suka atau tidak percaya. Lama-lama bisa bagaikan api dalam sekam, sekali waktu bisa meletus dan membakar kita sekeluarga. Ceraikan saja, Jiu Long!"Mayleen terkejut. Gwangsin mendekati dan memeluknya "Kamu dan aku, yang paling dirugikan nantinya"Mayleen berbisik lirih, "Aku ikut apa katamu."Jiu Long dan dua isterinya tiba di rumah Partai Naga Emas. Mereka menyambut ketuanya. Sedikit basa-basi, Jiu Long mengumumkan dia baru saja melakukan upacara sederhana perkawinan dengan Gwangsin dan Mayleen. Kontan saja, semua murid terperanjat. Kabar ini m
Para murid Partai Naga Emas kecewa melihat sepak terjang Jiu Long. Hal ini tak luput dari pengamatan Jiu Long. Ia Memanggil Diaochan, Lan Yan, Gan Nung dan Satrung Agar tidak beredar kabar yang tidak benar, Jiu Long menjelaskan perihal ia menceraikan Hwang Mi Hee dan Mei Li Tsu. Apa perbuatan dua perempuan itu dan alasan mengapa ia harus menceraikan mereka. Keduanya kini bebas untuk mencari jodoh lelaki lain.Hwang Mi Hee tak menyangka mendapat perlakuan setegas itu dari Jiu Long. Malam itu kepada Lan Yan dan Diaochan, ia mengatakan menyesal mengikuti saran dan ajakan Mei Li Tsu. "Aku tahu tak seharusnya malam itu aku dan Mei Li Tsu memukul Mayleen muntah darah. Karena aku melihat bahwa ketua dan Mayleen tidak tarung, mereka seperti menikmati musik dan tari. Tak ada sesuatu pun yang membahayakan jiwa ketua. Aku marah dan cemburu, sehingga begitu Mei Li Tsu mengajak menyerbu masuk dan menghantam Mayleen, seperti orang tolol aku ikut saja."Hwang Mi Hee menyesal, tetapi
Senja di hari terakhir bulan Cakra, matahari bersinar merah lembut. Desa Limo di lereng gunung Laojun biasanya tenang dan damai. Semua penduduk sudah mengungsi. Tetapi kehadiran para pendekar membuat suasana ramai. Tidak lama lagi, saat tengah malam dan gelap menyelimuti gunung, itulah saat binatang sakti sakti keluar dari persembunyiannya, mencari mangsa atau dimangsa.Di sana sini tampak para pendekar bersiap dan siaga. Ada yang mengasah senjata, ada yang semadi menata tenaga dalam. Semua dengan kesibukannya. Sayup-sayup dari jauh terdengar suara seruling yang merdu. Seorang lelaki usia empatpuluhan berbaju putih muncul dari kaki gunung. Ia diikuti sepuluh pria dan wanita yang semuanya berbaju hitam Mereka mendatangi rumah rombongan Partai Naga Emas."Aku dari Gunung Dingjun, namaku Raka chuang, aku murid pendekar Senpai Han dari Gunung Dingjun. Aku datang untuk menemui Kak Jiu Long, ketua Partai Naga Emas."Diaochan dan Gan Nung memberi hormat. "Tak disangka
Hwang Mi Hee memotong bicara, nadanya agak marah. "Jika kamu benar diperkosa, tentu kamu mengenal wajah dan tubuhnya, coba kamu ceritakan bagaimana bentuk wajah dan tampang Kak Jiu Long.""Ia memerkosa aku beberapa kali sampai pagi, setelah memerkosa, ia pergi dan berpesan supaya aku mencarinya ke Partai Naga Emas, ia mengaku ketua Partai Naga Emas, namanya Jiu Long.""Kamu kenal bentuk tubuh dan wajahnya?" Tanya ulang Hwang Mi Hee.Agak malu-malu Kemini menjelaskan sambil ia menatap ujung kakinya. "Ia tampan, kurus, langsing, rambutnya panjang dikuncir dan digelung di atas kepala.""Usianya kira-kira berapa, sudah tua atau masih muda?""Mungkin sekitar limapuluhan."Terdengar suara kasak-kusuk lagi di rombongan Partai Naga Emas. Gan Nung semakin tidak percaya itu perbuatan Jiu Long. "Rambutnya hitam?""Ya sudah tentu rambutnya hitam!""Sebelum itu, apakah kamu pernah jumpa dengan lelaki tersebut?" Kemini menggeleng kepala. "Da
Raka chuang terkejut. "Gila. Jika benar demikian siapa lelaki itu. Apakah kami bisa berjumpa dengan ketua Kak Jiu Long?""Maaf tuan pendekar yang kami hormati, sudah kami katakan, ketua kami sudah turun gunung, ia tak mau ikut- ikutan berburu binatang sakti, begini saja, jika tuan masih belum percaya boleh saja datang berkunjung ke Partai Naga Emas, mungkin sekitar sepuluh hari lagi ketua sudah pulang."Setelah mengucapkan maaf, Raka chuang dan rombongan pendekar Gunung Dingjun berlalu. Mereka tidak langsung turun gunung, barangkali mau ikut berburu binatang sakti. Sementara murid Partai Naga Emas masuk kembali ke ruang dalam. Hwang Mi Hee masuk ke bilik tempatnya bersama Lan Yan. Murid lainnya berkumpul di ruang tengah. Dalam hati merasa bersalah sempat menyalahkan ketuanya.Diaochan dan Gan Nung membincangkan kejadian aneh itu. Setelah berpikir sejenak, Diaochan mengatakan kemungkinan besar lelaki pemerkosa itu adalah Yun Ching. "Dia amat dendam terhadap ketua
Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela
"Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat
Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c
Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba
Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju
Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan
Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g
"Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag
Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d