Para murid Partai Naga Emas kecewa melihat sepak terjang Jiu Long. Hal ini tak luput dari pengamatan Jiu Long. Ia Memanggil Diaochan, Lan Yan, Gan Nung dan Satrung Agar tidak beredar kabar yang tidak benar, Jiu Long menjelaskan perihal ia menceraikan Hwang Mi Hee dan Mei Li Tsu. Apa perbuatan dua perempuan itu dan alasan mengapa ia harus menceraikan mereka. Keduanya kini bebas untuk mencari jodoh lelaki lain.
Hwang Mi Hee tak menyangka mendapat perlakuan setegas itu dari Jiu Long. Malam itu kepada Lan Yan dan Diaochan, ia mengatakan menyesal mengikuti saran dan ajakan Mei Li Tsu. "Aku tahu tak seharusnya malam itu aku dan Mei Li Tsu memukul Mayleen muntah darah. Karena aku melihat bahwa ketua dan Mayleen tidak tarung, mereka seperti menikmati musik dan tari. Tak ada sesuatu pun yang membahayakan jiwa ketua. Aku marah dan cemburu, sehingga begitu Mei Li Tsu mengajak menyerbu masuk dan menghantam Mayleen, seperti orang tolol aku ikut saja."
Hwang Mi Hee menyesal, tetapi
Senja di hari terakhir bulan Cakra, matahari bersinar merah lembut. Desa Limo di lereng gunung Laojun biasanya tenang dan damai. Semua penduduk sudah mengungsi. Tetapi kehadiran para pendekar membuat suasana ramai. Tidak lama lagi, saat tengah malam dan gelap menyelimuti gunung, itulah saat binatang sakti sakti keluar dari persembunyiannya, mencari mangsa atau dimangsa.Di sana sini tampak para pendekar bersiap dan siaga. Ada yang mengasah senjata, ada yang semadi menata tenaga dalam. Semua dengan kesibukannya. Sayup-sayup dari jauh terdengar suara seruling yang merdu. Seorang lelaki usia empatpuluhan berbaju putih muncul dari kaki gunung. Ia diikuti sepuluh pria dan wanita yang semuanya berbaju hitam Mereka mendatangi rumah rombongan Partai Naga Emas."Aku dari Gunung Dingjun, namaku Raka chuang, aku murid pendekar Senpai Han dari Gunung Dingjun. Aku datang untuk menemui Kak Jiu Long, ketua Partai Naga Emas."Diaochan dan Gan Nung memberi hormat. "Tak disangka
Hwang Mi Hee memotong bicara, nadanya agak marah. "Jika kamu benar diperkosa, tentu kamu mengenal wajah dan tubuhnya, coba kamu ceritakan bagaimana bentuk wajah dan tampang Kak Jiu Long.""Ia memerkosa aku beberapa kali sampai pagi, setelah memerkosa, ia pergi dan berpesan supaya aku mencarinya ke Partai Naga Emas, ia mengaku ketua Partai Naga Emas, namanya Jiu Long.""Kamu kenal bentuk tubuh dan wajahnya?" Tanya ulang Hwang Mi Hee.Agak malu-malu Kemini menjelaskan sambil ia menatap ujung kakinya. "Ia tampan, kurus, langsing, rambutnya panjang dikuncir dan digelung di atas kepala.""Usianya kira-kira berapa, sudah tua atau masih muda?""Mungkin sekitar limapuluhan."Terdengar suara kasak-kusuk lagi di rombongan Partai Naga Emas. Gan Nung semakin tidak percaya itu perbuatan Jiu Long. "Rambutnya hitam?""Ya sudah tentu rambutnya hitam!""Sebelum itu, apakah kamu pernah jumpa dengan lelaki tersebut?" Kemini menggeleng kepala. "Da
Raka chuang terkejut. "Gila. Jika benar demikian siapa lelaki itu. Apakah kami bisa berjumpa dengan ketua Kak Jiu Long?""Maaf tuan pendekar yang kami hormati, sudah kami katakan, ketua kami sudah turun gunung, ia tak mau ikut- ikutan berburu binatang sakti, begini saja, jika tuan masih belum percaya boleh saja datang berkunjung ke Partai Naga Emas, mungkin sekitar sepuluh hari lagi ketua sudah pulang."Setelah mengucapkan maaf, Raka chuang dan rombongan pendekar Gunung Dingjun berlalu. Mereka tidak langsung turun gunung, barangkali mau ikut berburu binatang sakti. Sementara murid Partai Naga Emas masuk kembali ke ruang dalam. Hwang Mi Hee masuk ke bilik tempatnya bersama Lan Yan. Murid lainnya berkumpul di ruang tengah. Dalam hati merasa bersalah sempat menyalahkan ketuanya.Diaochan dan Gan Nung membincangkan kejadian aneh itu. Setelah berpikir sejenak, Diaochan mengatakan kemungkinan besar lelaki pemerkosa itu adalah Yun Ching. "Dia amat dendam terhadap ketua
"Maksudmu tadi bekerjasama, apa dan bagaimana?" tanya Hwang Mi Hee bingung."Kita pisahkan Mayleen dari Jiu Long. Perempuan itu sekarang luka parah, aku akan kirim orang membunuhnya. Tetapi yang kita perlukan adalah saat perempuan itu berada sendirian, karenanya kiia harus pancing agar Jiu Long pergi meskipun setengah hari saja."Mata Hwang Mi Hee terbelalak. "Tidak, aku tak mau mengkhianati ketua, aku tak mau membunuh orang tak berdosa, kamu pergi saja Mei Li Tsu, aku tidak tertarik."Mei Li Tsu marah. "Kamu perempuan lemah, apakah kamu mami saja dicampakkan begitu saja oleh lelaki setelah dia puas meniduri kamu, benar-benar kamu lemah dan tak bermartabat"Hwang Mi Hee naik darah, setengah berteriak ia mengusir Mei Li Tsu. "Iya, Memang aku lemah, kamu pergi saja, aku tak mau berkawan dengan orang yang akan memusuhi ketua, pergilah kamu."Mendengar suara bernada tinggi Hwang Mi Hee itu, Lan Yan dan Gan Nung masuk kamar, "Ada apa?""Tidak ada
Tian Shan merasa tangan Mei Hwa dingin dan basah. ”Koko, aku merasa ngeri dan seram, binatang itu tak mungkin bisa dikalahkan, kurasa lebih baik kita turun gunung saja."Tian Shan memikirkan hal yang sama. “Lebih baik begitu, kita pergi saja, aku sudah kangen pada anak kita. Ayo Mei, sekalian kita ajak ibumu, binatang sakti itu sangat berbahaya."Tetapi Sian Hwa memilih menetap bersama kawan-kawannya. "Aku sudah jumpa dengan kamu, aku sudah senang. Melihat kamu hidup bahagia, aku pun senang. Pergilah kalian, rawat cucuku baik-baik, di sini memang sangat berbahaya seperti katamu itu."Malam kelam makin mencekam ketika turun hujan deras. Suara guruh dan kilat menambah seram suasana. Air hujan mengalir deras menuruni lereng. Tanah menjadi licin. Para pendekar makin kalang kabut dicekam rasa gentar, di sana sini terdengar jeritan orang, lolong serigala dan suara binatang sakti yang mirip jerit kucing. Binatang sakti bergerak cepat seperti kilat halilinta
Setelah perjalanan santai dari lereng Laojun, senja hari Jiu Long dan empat perempuan itu tiba di desa Kipang, desa terpencil agak jauh dari gunung Laojun. Tak ada warung makan, tak ada penginapan. Jiu Long menyewa rumah penduduk, sekaligus membayar makanan untuk makan malam.Selesai santap malam, Jiu Long dan dua isterinya masuk kamar. Ia berpesan kepada Xinxin dan Xiuying agar berjaga- jaga sementara pengobatan dengan tenaga dalam berlangsung. Tangan Jiu Long menempel di punggung halus isterinya, tenaga dalam menerobos bergantian panas dan dingin. Tubuh Mayleen menggigil kedinginan, saat berikut berkeringat kepanasan.Jiu Long menjelaskan akan lebih cepat sembuh jika bisa mengurut di tempat yang kena pukulan. Mayleen mengangguk. Ia merasa tak perlu malu, meskipun di kamar itu ada Gwangsin. Ia membuka pakaian, membiarkan tubuh atas telanjang. Keduanya berhadapan. Mayleen melihat Jiu Long memejam mata, satu tangan Jiu Long menempel di pundak, satu lainnya di celah anta
Mayleen memeluk erat, menyembunyikan wajahnya di dada Jiu Long. "Terimakasih, Gwangsin, kamu sangat baik. Sesungguhnya aku tidak menyesal, setetes penyesalan pun tak ada dalam dadaku, aku bahagia hidup bertiga seperti ini. Untuk itu, tidaklah rugi jika aku harus menebus dengan nyawaku Aku anak bontot ketua perguruan Yudistira di Himalaya, ayahku berpegang keras pada tradisi kuno, anak perempuan harus patuh pada jodoh yang diatur ayah."Mayleen berbaring terlentang, pikirannya menerawang jauh. Ia seperti melihat ayah dan kakaknya yang galak serta wajah ibunya yang lembut tetapi tak berdaya. "Dua bulan lagi, pada akhir bulan Iyestha atau awal bulan Asadha, di situlah jadwal kematianku sudah tertulis. Tak ada yang bisa menolongku."Gwangsin penasaran. "Siapa bilang tidak ada yang bisa menolong, aku dan Jiu Long dan juga kamu akan berupaya keras menyelamatkan kamu, jangan khawatir, kita pasti bisa.""Aku punya seorang kakak perempuan, namanya Manisha dan dua kakak l
"Nasib kakakmu amat tragis, apakah sampai sekarang tak seorang pun dari keluargamu yang mengetahui kelakuan Wasudeva itu?" tanya Gwangsin sambil menciumi dada suaminya."Ceritanya panjang. Setelah kematian kakak, Wasudeva datang berkunjung. Ia merayuku, aku benci dan muak melihatnya. Ia melamar aku pada ayah. Ayah setuju. Aku tak bisa menceritakan perlakuan buruknya terhadap Manisha kepada ayah. Tetapi tak mungkin aku menerima perjodohan ini, mustahil aku kawin dengan Wasudeva, dia bejat dan aku tidak suka tampangnya, tidak ada jalan lain, terpaksa aku kabur ke negeri Dataran Tengah.""Kenapa ke negeri Dataran Tengah?""Aku ingin lari dari Wasudeva, makin jauh makin baik, mungkin dia tak akan berani kemari, semoga saja demikian.""Lantas penyakitmu itu?" tanya Gwangsin."Aku sehat, tak ada penyakit. Tetapi yang pasti, ayah, ibu dan dua kakakku akan datang ke negeri ini, mereka akan menjemput aku, menghukumku. Mereka akan muncul pa