Para punggawa Dinasti Giok Timur terkesima. Apa yang dikatakan Senpai Wu adalah perintah atas nama Raja Dinasti Giok Timur. Tidak seorang pun berani membangkang. Kepala Patlikur Sinelir Panglima Yu Ku telah mengumumkan perintah Senpai Wu.
Semua punggawa mengambil posisi istirahat, begitu juga para punggawa Dinasti Giok Barat dan murid Partai Naga Emas. Kejadian ini di luar perhitungan Ma Teng. Semua berantakan, Yun Ching dan para pendekar sewaan mati di tangan Jiu Long. Bahkan sekarang ini Senpai Wu dan punggawa Sinelir lepas tangan, tak mau terlibat. Dia harus menghadapi Jiu Long satu lawan satu.
Bagaimanapun juga Ma Teng seorang pendekar yang punya karakter dan ilmu mumpuni. Dalam situasi sulit dan terdesak, dia meyakinkan diri sendiri akan melawan Jiu Long sampai titik darah penghabisan. Seorang pendekar, kalaupun harus mati, dia mati bersama kehormatan dan harga diri. "Sehebat apa pun ilmu Jiu Long, ia toh belum merasakan hebatnya pukulan Halilintar Hitam, jurus pe
Jiu Long menatap Ma Teng yang sangat percaya diri. Matanya tajam, dalam dan dingin. "Orang ini kejam dan licik. Aku tak boleh meremehkan orang ini. Dia pernah menyerangku dengan pisau terbang, senjata itu sangat ampuh, aku harus waspada." Berpikir demikian, Jiu Long mengembangkan dua tangannya, mengangkat sama kakinya dalam sikap menanti. "Hutang nyawa bayar nyawa, beberapa waktu lalu kamu menghalangi aku menolong isteriku. Kamu sepuluh orang mengeroyok aku dan isteriku, padahal kita tak pernah bermusuhan bahkan kita tak pernah bertemu sebelumnya.""Jiu Long, tuan tak perlu bicara ngalor ngidul, mencari simpati orang. Waktu itu kita belum tarung tuntas, sekarang keadaan sangat berbeda, ini tarung mati atau hidup. Terimalah tamparan dari neraka." Belum habis ucapannya, Ma Teng sudah menerjang dengan tamparan berantai.Dua tangannya bagaikan saling mendahului. Angin panas terasa oleh sebagian orang dalam radius beberapa tongkat. Itu jurus Halilintar Hitam.Jiu Lon
Jiu Long meladeni gempuran Halilintar Hitam lawan dengan lamban. Bergerak dan melayang seperti awan yang digiring angin, semua berjalan sebagaimana mestinya. Tidak ada ketergesaan. Jiu Long melihat pertahanan Ma Teng sangat rapat. Ternyata Ampai tangguh melebihi Yun Ching. Ada bedanya, jika Yun Ching sangat bernafsu dan kelewat percaya diri dengan Naga Hitam Kelam.Ma Teng lebih hati-hati karena mengetahui ilmu Jiu Long sangat tinggi "Dia sudah bertarung menghadapi banyak lawan, sudah melewati seratus jurus lebih, tenaganya pasti terkuras. Aku hanya menunggu dia letih, saat itulah aku meyerang dengan pisau terbang," katanya dalam hati. Berpikir demikian, Ma Teng bertarung waspada, sabar dan tidak bergegas. Dia lebih banyak bertahan dan mengulur-ulur waktu. Jurus pedang Tujuh bulan dan tamparan Halilintar Hitam tidak mudah ditembus Jiu Long.Manusia punya keterbatasan, tenaga manusia terbatas. Jiu Long bukan manusia Dewa. Letih mulai mengganggu geraknya. Sejak
Hwang Mi Hee dengan wajah bingung memandang Jiu Long. Mata lelaki itu tertutup, tetapi nafasnya seperti biasa. Hwang Mi Hee mengulur tangan, hendak mencabut pisau di pundak ketuanya. Tetapi dicegah Gwangsin.Mayleen juga mencegah, berseru, "Jangan, jangan kamu cabut pisaunya!"Hwang Mi Hee yang sejak bertemu sudah cemburu dan kesal terhadap Mayleen, tak mau peduli. Ia meneruskan maksudnya. Tetapi Gwangsin dan Tian Shan yang entah kapan bergerak, sudah berada di dekat Jiu Long, menghalangi maksud gadis itu. "Jangan dicabut, pisau itu beracun, jika dicabut racun akan lebih cepat menjalar."Mayleen mendekat, namun dihalangi Hwang Mi Hee dan Gan Nung."Ketuamu kena racun ganas, aku mau memberi obat pemunah, kalian minggir," kata Mayleen.Hwang Mi Hee berkata ketus, "Obat? Obat apa? Pasti racun!"Gadis India itu tidak marah. "Terserah kamu, tetapi buat apa aku meracuni dia, aku ingin menolong karena dia masih punya hutang padaku, supaya dia
Mayleen tidak meladeni. Ia hanya berkata lirih, "Itu racun ganas, mulutmu akan merasa gatal, kemudian rasa baal, lalu kesemutan, kau pasti akan keracunan. Akan lebih sulit mengobatimu dibanding luka Jiu Long, karena mulut berhubungan langsung dengan pernafasan, racun akan cepat menjalar ke jantung."Hwang Mi Hee bersikeras dengan nada tinggi "Aku tidak takut." Ia kemudian merunduk, namun tangan Jiu Long mencegahnya. "Tunggu Hwang Mi Hee! Katakan Mayleen, bagaimana baiknya."Saat itu Gwangsin mencari-cari seseorang, mana nenek Dewi Obat dan Nenek Sapu Lidi. Ia melihat neneknya sedang mengurut punggung Dewi Obat."Terserah padamu, aku punya obat yang bisa membasmi segala macam racun ganas. Tetapi darah beku harus dikeluarkan, setelah itu baru bisa diobati. Hanya orang yang mengisap akan terkena racun dan kalau pun bisa diobati mulut orang itu akan cacat."Jiu Long mengambil keputusan. "Kalau begitu biarlah, tak seorang pun yang perlu mengisap darahku ini. A
Tanpa sadar Hwang Mi Hee berseru, "Kamu keracunan?"Gwangsin menjawab lirih, "Aku tak apa-apa, aku cuma tak tahan bau racun itu."Mayleen merogoh sakunya, memberi Gwangsin sebutir pil warna biru."Apa ini?" tanya Gwangsin.Gadis India berbisik di telinganya. "Supaya mulutmu wangi, suami kita itu suka mencium bibir, kamu tahu kan?"Gwangsin memandang heran. Mayleen tertawa lirih. Ia berbisik lagi. "Perawanku sudah dia ambil, dua malam berturutan, sungguh liar dan kuat. Apa kamu marah padaku?"Gwangsin menggeleng. Ia berbisik lirih di telinga Mayleen. "Dasar mata keranjang, bajingan. Mungkin Jiu Long harus punya isteri lebih, kalau hanya seorang, isterinya bisa cepat tua dan cepat mati.""Eh Gwangsin, kenapa kau percaya padaku, mau menelan pil obatku, padahal kita pernah tarung? Kamu tak takut pil itu beracun?""Matamu jujur dan polos, tak ada sinar dendam dan amarah. Lagipula buat apa kamu meracuniku?"Mayleen berbisik, "
Gwangsin membantah, "Tidak bisa begitu, aku tetap harus nomor satu, Jiu Long kamu harus tegas, kamu sudah janji padaku!"Jiu Long menoleh keliling. Tak ada orang. Semua orang sudah bubar. Hari mulai gelap. Ia berkata dengan wibawa yang dibuat-buat "Baik, ini keputusanku, adil. Tak boleh dibantah. Gwangsin nomor satu, dia lebih dahulu dari kalian bertiga. Mayleen nomor dua, karena aku berjanji mengawininya. Sebenarnya Hwang Mi Hee lebih duluan, tetapi aku tidak berjanji padanya. Mei Li Tsu juga aku tidak berjanji. Jadi Hwang Mi Hee nomor tiga, Mei Li Tsu nomor empat, semua sudah beres, tak boleh ada yang protes!"Mayleen memotong, "Aku tidak protes, tetapi kamu sudah janji tadi akan datang ke rumahku, menyelesaikan urusan kita."Gwangsin memotong, "Urusan Mayleen itu bisa ditunda. Jiu Long harus bersamaku, aku sudah enambelas purnama berpisah."Jiu Long merangkul erat pinggang Gwangsin. "Aku rindu isteriku yang ini. Aku pergi dengannya, kalian kembali ke r
Ketika fajar menyingsing, Jiu Long lelap. Gwangsin bangun. Ia menatap sepuasnya kekasih pujaannya. Ia menciumi tubuh Jiu Long. Lelaki itu terjaga. "Aku rindu padamu Jiu Long. Enambelas purnama aku tersiksa memikirkan kamu, padahal kamu enak-enakan bercinta dengan Jen Ting, Hwang Mi Hee, Mayleen bahkan Mei Li Tsu juga.""Kamu marah, cemburu?"Gwangsin menggeleng. "Aku cemburu, tetapi aku mengerti apa maumu dan aku memberi kamu kebebasan. Aku senang, karena kamu lebih mementingkan aku dari yang lain. Menurutmu siapa paling cantik, paling indah tubuhnya dan paling panas dalam bercinta?"“Tentu saja kamu, Gwangsin, kekasihku.""Kamu bohong, semua perempuan kamu puji. Di depan Mayleen kamu memuji Mayleen."Jiu Long mencium lehernya. "Aku sungguh-sungguh, kamu paling cantik. Matamu, mulutmu, semuanya. Kamu cantik jelita, segar dan ceria. Tubuhmu paling indah, pinggang kecil, perut rata, buah dada tegak sintal, bokong dan pinggulmu tak ada lawan, pa
Jiu Long menggumam sambil menggumuli tubuh isterinya. "Aku bercinta dengan banyak perempuan, tetapi aku hanya mencintai seorang perempuan, namanya Gwangsin. Aku juga tersiksa memendam rindu. Aku sering mengingat percintaan kita di Lembah Buah Persik, itu percintaan dahsyat, aku tak pernah bisa lupa. Tetapi, tadi malam caramu bercinta lebih dahsyat lagi. Gwangsin, aku tadinya cemburu melihat Senpai Wu memegang lenganmu, tangannya hampir nyenggol buah dadamu."Gwangsin tertawa menggoda. "Ia kasmaran padaku, tetapi ia sopan, selama tiga hari bersamanya, ia tidak berani menyentuhku. Ia tahu aku akan melawan meskipun harus korban jiwa."Gwangsin sebenarnya baru empatbelas hari turun gunung. Tujuannya hanya satu yang paling penting, ia ingin menemui Jiu Long. Ia menuju Partai Naga Emas. Di tengah jalan di desa Guandong ia berjumpa bahkan tarung dengan Mayleen. Di desa itu ia mendengar berita perburuan binatang sakti di gunung Laojun membuat ia mengubah perjalanan."Ak