Saat berikut Gwangsin berbalik. Ia melangkah ke Senpai Wu. Neneknya sudah sangat dekat dengan rombongan Dinasti Giok Timur. Melihat nenek tua renta yang jalannya saja sudah terseok- seok, tak seorang pun curiga sehingga membiarkan si nenek mendekati rombongan. Mendadak Nenek Sapu Lidi bergerak cepat. Ia menyerang dengan sapu lidi. Gwangsin ikut menerjang. Pada saat bersamaan Jiu Long sudah melayang.
Senpai Wu dan rombongan tak menyangka. Gebrakan nenek tua itu dahsyat, beberapa punggawa terdorong mundur. Senpai Wu yang ternyata seorang sakti berusaha mencegah, namun Jiu Long sudah sampai di dekatnya. Jiu Long marah, mengibas dua tangan bagai menyibak air di kolam. Kesiuran angin dingin menerpa Senpai Wu dan orang di sekitarnya. Pada saat yang sama Gwangsin menerobos ke dalam rombongan. Ia bersama neneknya bertarung keras, banyak korban berjatuhan.
Keributan yang terjadi memancing orang lain. Mayleen mengajak dua pembantunya membantu Jiu Long. Meski tidak mengenal
Para punggawa Dinasti Giok Timur terkesima. Apa yang dikatakan Senpai Wu adalah perintah atas nama Raja Dinasti Giok Timur. Tidak seorang pun berani membangkang. Kepala Patlikur Sinelir Panglima Yu Ku telah mengumumkan perintah Senpai Wu.Semua punggawa mengambil posisi istirahat, begitu juga para punggawa Dinasti Giok Barat dan murid Partai Naga Emas. Kejadian ini di luar perhitungan Ma Teng. Semua berantakan, Yun Ching dan para pendekar sewaan mati di tangan Jiu Long. Bahkan sekarang ini Senpai Wu dan punggawa Sinelir lepas tangan, tak mau terlibat. Dia harus menghadapi Jiu Long satu lawan satu.Bagaimanapun juga Ma Teng seorang pendekar yang punya karakter dan ilmu mumpuni. Dalam situasi sulit dan terdesak, dia meyakinkan diri sendiri akan melawan Jiu Long sampai titik darah penghabisan. Seorang pendekar, kalaupun harus mati, dia mati bersama kehormatan dan harga diri. "Sehebat apa pun ilmu Jiu Long, ia toh belum merasakan hebatnya pukulan Halilintar Hitam, jurus pe
Jiu Long menatap Ma Teng yang sangat percaya diri. Matanya tajam, dalam dan dingin. "Orang ini kejam dan licik. Aku tak boleh meremehkan orang ini. Dia pernah menyerangku dengan pisau terbang, senjata itu sangat ampuh, aku harus waspada." Berpikir demikian, Jiu Long mengembangkan dua tangannya, mengangkat sama kakinya dalam sikap menanti. "Hutang nyawa bayar nyawa, beberapa waktu lalu kamu menghalangi aku menolong isteriku. Kamu sepuluh orang mengeroyok aku dan isteriku, padahal kita tak pernah bermusuhan bahkan kita tak pernah bertemu sebelumnya.""Jiu Long, tuan tak perlu bicara ngalor ngidul, mencari simpati orang. Waktu itu kita belum tarung tuntas, sekarang keadaan sangat berbeda, ini tarung mati atau hidup. Terimalah tamparan dari neraka." Belum habis ucapannya, Ma Teng sudah menerjang dengan tamparan berantai.Dua tangannya bagaikan saling mendahului. Angin panas terasa oleh sebagian orang dalam radius beberapa tongkat. Itu jurus Halilintar Hitam.Jiu Lon
Jiu Long meladeni gempuran Halilintar Hitam lawan dengan lamban. Bergerak dan melayang seperti awan yang digiring angin, semua berjalan sebagaimana mestinya. Tidak ada ketergesaan. Jiu Long melihat pertahanan Ma Teng sangat rapat. Ternyata Ampai tangguh melebihi Yun Ching. Ada bedanya, jika Yun Ching sangat bernafsu dan kelewat percaya diri dengan Naga Hitam Kelam.Ma Teng lebih hati-hati karena mengetahui ilmu Jiu Long sangat tinggi "Dia sudah bertarung menghadapi banyak lawan, sudah melewati seratus jurus lebih, tenaganya pasti terkuras. Aku hanya menunggu dia letih, saat itulah aku meyerang dengan pisau terbang," katanya dalam hati. Berpikir demikian, Ma Teng bertarung waspada, sabar dan tidak bergegas. Dia lebih banyak bertahan dan mengulur-ulur waktu. Jurus pedang Tujuh bulan dan tamparan Halilintar Hitam tidak mudah ditembus Jiu Long.Manusia punya keterbatasan, tenaga manusia terbatas. Jiu Long bukan manusia Dewa. Letih mulai mengganggu geraknya. Sejak
Hwang Mi Hee dengan wajah bingung memandang Jiu Long. Mata lelaki itu tertutup, tetapi nafasnya seperti biasa. Hwang Mi Hee mengulur tangan, hendak mencabut pisau di pundak ketuanya. Tetapi dicegah Gwangsin.Mayleen juga mencegah, berseru, "Jangan, jangan kamu cabut pisaunya!"Hwang Mi Hee yang sejak bertemu sudah cemburu dan kesal terhadap Mayleen, tak mau peduli. Ia meneruskan maksudnya. Tetapi Gwangsin dan Tian Shan yang entah kapan bergerak, sudah berada di dekat Jiu Long, menghalangi maksud gadis itu. "Jangan dicabut, pisau itu beracun, jika dicabut racun akan lebih cepat menjalar."Mayleen mendekat, namun dihalangi Hwang Mi Hee dan Gan Nung."Ketuamu kena racun ganas, aku mau memberi obat pemunah, kalian minggir," kata Mayleen.Hwang Mi Hee berkata ketus, "Obat? Obat apa? Pasti racun!"Gadis India itu tidak marah. "Terserah kamu, tetapi buat apa aku meracuni dia, aku ingin menolong karena dia masih punya hutang padaku, supaya dia
Mayleen tidak meladeni. Ia hanya berkata lirih, "Itu racun ganas, mulutmu akan merasa gatal, kemudian rasa baal, lalu kesemutan, kau pasti akan keracunan. Akan lebih sulit mengobatimu dibanding luka Jiu Long, karena mulut berhubungan langsung dengan pernafasan, racun akan cepat menjalar ke jantung."Hwang Mi Hee bersikeras dengan nada tinggi "Aku tidak takut." Ia kemudian merunduk, namun tangan Jiu Long mencegahnya. "Tunggu Hwang Mi Hee! Katakan Mayleen, bagaimana baiknya."Saat itu Gwangsin mencari-cari seseorang, mana nenek Dewi Obat dan Nenek Sapu Lidi. Ia melihat neneknya sedang mengurut punggung Dewi Obat."Terserah padamu, aku punya obat yang bisa membasmi segala macam racun ganas. Tetapi darah beku harus dikeluarkan, setelah itu baru bisa diobati. Hanya orang yang mengisap akan terkena racun dan kalau pun bisa diobati mulut orang itu akan cacat."Jiu Long mengambil keputusan. "Kalau begitu biarlah, tak seorang pun yang perlu mengisap darahku ini. A
Tanpa sadar Hwang Mi Hee berseru, "Kamu keracunan?"Gwangsin menjawab lirih, "Aku tak apa-apa, aku cuma tak tahan bau racun itu."Mayleen merogoh sakunya, memberi Gwangsin sebutir pil warna biru."Apa ini?" tanya Gwangsin.Gadis India berbisik di telinganya. "Supaya mulutmu wangi, suami kita itu suka mencium bibir, kamu tahu kan?"Gwangsin memandang heran. Mayleen tertawa lirih. Ia berbisik lagi. "Perawanku sudah dia ambil, dua malam berturutan, sungguh liar dan kuat. Apa kamu marah padaku?"Gwangsin menggeleng. Ia berbisik lirih di telinga Mayleen. "Dasar mata keranjang, bajingan. Mungkin Jiu Long harus punya isteri lebih, kalau hanya seorang, isterinya bisa cepat tua dan cepat mati.""Eh Gwangsin, kenapa kau percaya padaku, mau menelan pil obatku, padahal kita pernah tarung? Kamu tak takut pil itu beracun?""Matamu jujur dan polos, tak ada sinar dendam dan amarah. Lagipula buat apa kamu meracuniku?"Mayleen berbisik, "
Gwangsin membantah, "Tidak bisa begitu, aku tetap harus nomor satu, Jiu Long kamu harus tegas, kamu sudah janji padaku!"Jiu Long menoleh keliling. Tak ada orang. Semua orang sudah bubar. Hari mulai gelap. Ia berkata dengan wibawa yang dibuat-buat "Baik, ini keputusanku, adil. Tak boleh dibantah. Gwangsin nomor satu, dia lebih dahulu dari kalian bertiga. Mayleen nomor dua, karena aku berjanji mengawininya. Sebenarnya Hwang Mi Hee lebih duluan, tetapi aku tidak berjanji padanya. Mei Li Tsu juga aku tidak berjanji. Jadi Hwang Mi Hee nomor tiga, Mei Li Tsu nomor empat, semua sudah beres, tak boleh ada yang protes!"Mayleen memotong, "Aku tidak protes, tetapi kamu sudah janji tadi akan datang ke rumahku, menyelesaikan urusan kita."Gwangsin memotong, "Urusan Mayleen itu bisa ditunda. Jiu Long harus bersamaku, aku sudah enambelas purnama berpisah."Jiu Long merangkul erat pinggang Gwangsin. "Aku rindu isteriku yang ini. Aku pergi dengannya, kalian kembali ke r
Ketika fajar menyingsing, Jiu Long lelap. Gwangsin bangun. Ia menatap sepuasnya kekasih pujaannya. Ia menciumi tubuh Jiu Long. Lelaki itu terjaga. "Aku rindu padamu Jiu Long. Enambelas purnama aku tersiksa memikirkan kamu, padahal kamu enak-enakan bercinta dengan Jen Ting, Hwang Mi Hee, Mayleen bahkan Mei Li Tsu juga.""Kamu marah, cemburu?"Gwangsin menggeleng. "Aku cemburu, tetapi aku mengerti apa maumu dan aku memberi kamu kebebasan. Aku senang, karena kamu lebih mementingkan aku dari yang lain. Menurutmu siapa paling cantik, paling indah tubuhnya dan paling panas dalam bercinta?"“Tentu saja kamu, Gwangsin, kekasihku.""Kamu bohong, semua perempuan kamu puji. Di depan Mayleen kamu memuji Mayleen."Jiu Long mencium lehernya. "Aku sungguh-sungguh, kamu paling cantik. Matamu, mulutmu, semuanya. Kamu cantik jelita, segar dan ceria. Tubuhmu paling indah, pinggang kecil, perut rata, buah dada tegak sintal, bokong dan pinggulmu tak ada lawan, pa
Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela
"Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat
Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c
Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba
Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju
Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan
Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g
"Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag
Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d