Yu Jin menatap muridnya. "Muridku, selama kamu sakit, ada utusan Wuwei datang mengundang kamu. Belakangan aku mendengar bahwa mereka telah mengganti dirimu dengan Dong Zhuo. Tarung itu akan dilaksanakan pada saat purnama bulan, tempatnya di hutan bagian selatan Pegunungan Salju Meili, sekarang masih ada sisa waktu tiga hari lagi. Jika kau bergegas menunggang kuda, kau akan tiba pada siang di hari tarung."Sebelum Jiu Long menjawab, terdengar suara Jen Ting, "Aku dan Gwangsin ikut bersamamu" Dua perempuan itu sudah berada di situ."Guru, aku ke sana hanya sekadar nonton tarung. Aku tak punya maksud unjuk jago." Ia menoleh ke dua isterinya. "Jadi sebaiknya aku pergi sendiri saja.""Jiu Long, ajaklah isterimu. Kamu perlu ada yang menemani. Biar aku yang menjaga perguruan ini."Dua perempuan itu cepat berkemas dan menyediakan kuda. Jiu Long bertiga kemudian pamit pada Yu Jin dan sebagian murid. Mereka melecut kuda tunggangannya masing- masing. Malam hari mereka istirahat di hutan. Mereka
Jiu Long tertawa geli. "Kalian berteriak kesakitan?""Gila kamu, mana mungkin kami berteriak, malu didengar orang!" kata Gwangsin sambil menindih tubuh suaminya.Esok paginya mereka melanjutkan perjalanan. Siang hari mereka istirahat di sebuah desa kecil. Lima orang tampak mengawasi saat ketiganya memasuki warung makan. Salah seorang mendekati pemilik warung. "Lelaki itu penjahat cabul dua wanita itu tawanan dan terpaksa mengikuti kemauan lelaki itu karena takut mati. Kami orang baik-baik ingin menolong dua wanita itu, maka tolong kamu bantu kami mencampur racun di dalam makanan mereka. Racun ini tidak berbahaya, hanya membuat orang menjadi lemas tak berdaya."Pemilik warung manggut kepala.Saking laparnya, semua jenis makanan dipesan.Menyaksikan dua isterinya makan begitu lahap, Jiu Long tak sampai hati. Ia makan sekadarnya, suap demi suap. Tiba-tiba Jen Ting dan Gwangsin, hampir berbarengan memegang kerongkongan, dan mengeluarkan suara ngorok.Jiu Long terkejut. Ia tahu ada racun d
Tadinya ia sangat marah, tetapi belakangan ia merasa kasihan. "Kalian membalas dendam kematian gurumu, itu perbuatan lelaki sejati, tak peduli jahat atau buruk kelakuanmu. Kamu pergilah! Lupakan dendam kalian! Percuma, dendam tak akan pernah selesai. Pergilah, bawa serta mayat temanmu!" Orang itu kabur.Setelah mencari keliling, Jiu Long menemukan si pemilik warung sedang bersembunyi ketakutan. Jiu Long memanggil berulangkali dengan seruan marah. Pemilik warung muncul dengan ketakutan. Ia menyembah minta ampun. Jiu Long membentak, "Cepat kamu ambil tuak yang banyak!"Jiu Long memaksa dua isterinya membuka mulut. Ia menuang tuak ke mulut. Hampir empat tabung, masuk kerongkongan Jen Ting dan Gwangsin. Ia mendudukkan mereka, kemudian dua tangannya menempel di punggung dan mulai mengurut disertai pengerahan tenaga dalam. Tenaga panas yang disalurkan, membuat dua isterinya merintih kesakitan. Isi perut macam dibakar. Tak lama keduanya muntah lagi, memuntahkan air tuak yang berbusa.Melihat
Mei Lan terkejut melihat Jiu Long, "Oh kamu Kak Jiu Long, kau sudah sembuh, syukurlah! Kau baru datang rupanya, jago-jago kita sudah kalah semua, harapan tinggal pada pendeta Quan Bei. Tapi lihatlah sendiri, apa masih ada harapan?"Tadi sebelum Jiu Long tiba, sudah diselesaikan empat pertarungan. Kok Bun satu-satunya jago pihak lawan yang kalah, ia dikalahkan Antahuang. Jago-jago Himalaya lainnya menang meski pun lewat keunggulan tipis.Pak Beng mengalahkan dua lawan beruntun, Antahuang dan Liang Zhipu. Kemudian Liong Kam mengalahkan Dong Zhuo. Jago nomor satu Himalaya, Ladalinu mengalahkan pendekar Huangshan, Yue Jin dalam pertarungan yang paling seru. Dan kini yang sedang dihadapi pendeta Quan Bei adalah jago nomor dua Himalaya, Sin Thong.Jiu Long menoleh memandang Gwangsin dan Jen Ting yang ikut mendengar penuturan Mei Lan. Jiu Long seperti bisa membaca pikiran Jen Ting.Pikiran yang sama seperti apa yang ia pikirkan. Ia tak bisa berdiam diri, karena
Suasana penonton yang tadi begitu sunyi karena merasa prihatin atas kekalahan jago-jago negeri sendiri, berobah gaduh. Mereka yang pernah hadir di Wuwei dan Tajinan menyaksikan sepak terjang Jiu Long, kontan berseru, "Itu Jiu Long!"Dua bulan belakangan ini nama Jiu Long berkibar di dunia kependekaran, dia dikenal hampir semua pendekar silat. Kemenangan atas Zhang Ma dan sepasang pendekar Himalaya memang pantas jadi bahan kekaguman orang. Kemarin pun namanya disebut-sebut berkaitan kabar yang mengatakan ia gila lantaran melatih ilmu sesat.Sin Thong memandang Jiu Long dengan amarah luar biasa. Ia memaki dalam bahasa India. Jiu Long tertawa dingin, balas memaki dengan meniru ucapan Sin Thong. Amarah Sin Thong memuncak.Dari gebrakan Jiu Long tadi, Sin Thong tahu lawannya berilmu tinggi. Itu sebabnya sambil memaki, Sin Thong menyerang sengit. Sepasang pedangnya, mengarah empatbelas jalan darah Jiu Long. Melihat lawan begitu telengas, Jiu Long segera menge
Jiu Long balas membentak, "Siapa kau, berani mengatakan dataran tengah kalah. Aku belum bertanding bagaimana bisa kalah?""Aku, Ladalinu dari partai Whu Than Himalaya, aku pemimpin rombongan Himalaya ini. Kau pura-pura tidak tahu atau memang matamu tidak melihat semua jago dataran tengah sudah kalah!" Mei Hwa sibuk menerjemahkan dari bahasa India ke Dataran tengah dan juga sebaliknya dari bahasa dataran tengah ke bahasa India."Tidak bisa! Aku belum bertanding, tak bisa dikatakan dataran tengah kalah! Kalau kalian sudah kalahkan aku, baru boleh temberang dan tepuk dada.""Kamu siapa, kita sudah membuat aturan sebelum pertarungan dimulai, yaitu masing-masing kubu diwakili lima pendekar. Siapa yang menang paling akhir, dia yang keluar sebagai pemenang. Jago kalian sudah kalah semua. Apalagi yang mau dibicarakan!"Jiu Long tahu bahwa ia harus memancing kemarahan orang-orang Himalaya agar mau membuka pertarungan lagi. Karena ia yakin dengan pengendalian Jurus
Ladalinu segera melompat turun bersama Mei Hwa diikuti pendeta Quan Bei, Jen Ting dan Gwangsin. Tinggal Jiu Long dan Sin Thong yang akan tarung.Sin Thong memberi hormat, "Silahkan tuan mengambil senjata!"Jiu Long tertawa keras, sengaja pamer tertawa dari Lembah Kera kemudian menjawab, "Maaf, aku tak pernah pakai senjata!"Tanpa sungkan Sin Thong menyerang sengit. Ia memutar sepasang pedangnya bagai titiran dan menyerang semua jalan darah kematian. Jiu Long menyambut dengan tertawa dingin.Terlihat ia seperti orang bersedih hati, tangannya ditopang ke dagu, dua kakinya seperti berjalan gontai, tangannya yang lain mendorong ke depan.Percuma memutar pedangnya dengan gencar, ada tenaga besar yang membuat Sin Thong terpukul mundur. Pendekar Himalaya ini terkejut, ilmu apa itu dan betapa besar tenaga yang dikeluarkan Jiu Long.Tetapi pendekar himalaya ini tak mengendurkan serangan, dalam sepuluh jurus ia sudah mengurung Jiu Long
Penonton bersorak riuh. Wajah semua anggota tamu pucat pasi. Tidak bisa tidak, kini Ladalinu harus maju meski dalam hati ia agak gentar. Tetapi ini masalah gengsi, lebih baik mati daripada menanggung malu. Ladalinu meloncat ke panggung. Ia berseru, suaranya menggema. Mei Hwa menerjemahkan. "Ketua Partai Naga Emas ternyata seorang pendekar dengan ilmu kepandaian hebat, aku kagum dibuatnya. Terpaksa aku harus mencoba unjuk kepandaianku yang tak seberapa ini".Jiu Long menatap lawannya ini, yang merupakan pendekar kenamaan Himalaya dan juga kepala rombongan. Ia melihat ke dalam mata lawannya. Mata lawannya itu bening, jernih dan berbinar-binar. Itu tanda bahwa Ladalinu memiliki tenaga dalam hebat yang tak terukur. Karenanya Jiu Long tak mau meremehkan lawannya ini. Diam-diam ia menebak lawannya pasti lebih tangguh dan lebih lihai dibanding Sin Thong ataupun Pak Beng.Ladalinu bertanya yang diterjemahkan Mei Hwa. "Aku akan menanti di bawah panggung, sampai pendekar Jiu Lon