Home / Pendekar / Legenda Raja Pendekar / JILID 216 | Pertarungan Penentuan Part 4

Share

JILID 216 | Pertarungan Penentuan Part 4

Author: KSATRIA PENGEMBARA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ladalinu segera melompat turun bersama Mei Hwa diikuti pendeta Quan Bei, Jen Ting dan Gwangsin. Tinggal Jiu Long dan Sin Thong yang akan tarung.

Sin Thong memberi hormat, "Silahkan tuan mengambil senjata!"

Jiu Long tertawa keras, sengaja pamer tertawa dari Lembah Kera kemudian menjawab, "Maaf, aku tak pernah pakai senjata!"

Tanpa sungkan Sin Thong menyerang sengit. Ia memutar sepasang pedangnya bagai titiran dan menyerang semua jalan darah kematian. Jiu Long menyambut dengan tertawa dingin.

Terlihat ia seperti orang bersedih hati, tangannya ditopang ke dagu, dua kakinya seperti berjalan gontai, tangannya yang lain mendorong ke depan.

 Percuma memutar pedangnya dengan gencar, ada tenaga besar yang membuat Sin Thong terpukul mundur. Pendekar Himalaya ini terkejut, ilmu apa itu dan betapa besar tenaga yang dikeluarkan Jiu Long.

Tetapi pendekar himalaya ini tak mengendurkan serangan, dalam sepuluh jurus ia sudah mengurung Jiu Long

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 217 | Pertarungan Penentuan Part 5

    Penonton bersorak riuh. Wajah semua anggota tamu pucat pasi. Tidak bisa tidak, kini Ladalinu harus maju meski dalam hati ia agak gentar. Tetapi ini masalah gengsi, lebih baik mati daripada menanggung malu. Ladalinu meloncat ke panggung. Ia berseru, suaranya menggema. Mei Hwa menerjemahkan. "Ketua Partai Naga Emas ternyata seorang pendekar dengan ilmu kepandaian hebat, aku kagum dibuatnya. Terpaksa aku harus mencoba unjuk kepandaianku yang tak seberapa ini".Jiu Long menatap lawannya ini, yang merupakan pendekar kenamaan Himalaya dan juga kepala rombongan. Ia melihat ke dalam mata lawannya. Mata lawannya itu bening, jernih dan berbinar-binar. Itu tanda bahwa Ladalinu memiliki tenaga dalam hebat yang tak terukur. Karenanya Jiu Long tak mau meremehkan lawannya ini. Diam-diam ia menebak lawannya pasti lebih tangguh dan lebih lihai dibanding Sin Thong ataupun Pak Beng.Ladalinu bertanya yang diterjemahkan Mei Hwa. "Aku akan menanti di bawah panggung, sampai pendekar Jiu Lon

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 218 | Pertarungan Penentuan Part 6

    Pertarungan tak terelakkan, keduanya berlaga dengan tangan kosong. Ladalinu dengan delapanbelas jurus Naga Membalik Bumi diladeni Jiu Long yang memainkan Jurus Penakluk Langit namun kini dengan jurus-jurus dari Naga Emas Pamungkas yakni Penyesalan sang naga, Naga di Langit kesembilan, Tenaga Naga yang Terpendam, Serangan Ekor Naga, Enam Naga Berdatangan, Serangan Mendadak Naga emas, Naga Melayang di Atas Air dan Inti Naga Emas Pamungkas.Tujuh jurus Pamungkas yang diulang dua kali putaran tak membuat Ladalinu kesulitan. Sepertinya Jiu Long merasa tenaga menghisap dari Inti Naga Emas Pamungkas ternyata tidak berarti apa-apa bagi Ladalinu. Pertarungan dari saat ke saat semakin seru. Ladalinu benar-benar seorang jago sejati. Ilmu Naga Membalik Bumi merupakan gabungan tenaga keras dan lunak, panas dan dingin. Jiu Long kewalahan, ilmu Inti Naga Emas Pamungkas dan yang diikuti Big Bang tak berdaya mengimbangi kekuatan lawan.

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 219 | Pertarungan Penentuan Part 7

    Jiu Long sempat menangkis sehingga pukulan itu tidak mengena telak dan tenaga pukulan juga sudah hilang lebih dari separuh. Kendali demikian, Jiu Long merasa darahnya bergolak hebat, nyaris ia memuntahkan darah. Ladalinu tahu lawannya terluka, maka ia tak mau memberi kesempatan. Ia menyerang gencar dan telengas. Ia tak peduli soal mati hidup lagi. Dia ingin menang, agar kematian putranya bisa terungkap. Sesuai perjanjian jika dataran tengah kalah maka seluruh pendekar dataran tengah harus mencari dan menemukan pembunuh putra Ladalinu itu.Jiu Long terdesak, saat itu Ladalinu memukul dari dua arah berlawanan, gerakan menggunting yang banyak kembangan tipu, jurus Naga Langit Mengawini Naga Bumi, salah satu jurus paling hebat dan ganas dari ilmu Naga Membalik Bumi. Jiu Long dalam bahaya. Tenaga dalamnya masih belum teratur akibat pukulan Ladalinu yang cukup keras itu.Dia tak punya jalan keluar. Sebab ia tahu begitu menangkis maka serangan kaki Ladalinu akan lebih menganc

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 220 | Pertarungan Penentuan Part 8

    Jika Jiu Long bergerak maju hendak menolong, maka jurus itu akan lebih mudah mengenai sasaran. Dan sudah pasti akan menelan korban. Jiu Long bakal kena hantaman! Ladalinu terpaksa memainkan akal bulus ini, meski di dalam hati ia merasa malu dan risih. Bagi seorang pendekar garis lurus, menciderai lawan dengan cara membokong dan berlaku curang adalah suatu aib tersendiri.Memang itulah yang terjadi! Jiu Long bergerak maju hendak menolong. Jiu Long melakukan itu tanpa persiapan dan tidak tahu bahwa di balik tipuan itu, ia akan diserang dengan jurus mematikan.Ladalinu berteriak gembira. Begitu Jiu Long berada di depannya, dua tangan yang mengarah kepala sendiri itu berubah arah, memutar di atas kepala dan menghantam dada Jiu Long. Tenaganya penuh, Ladalinu telah menguras seluruh tenaganya disalurkan dalam jurus maut itu. Jarak sangat dekat, Jiu Long tak punya peluang menghindar. Semangat Jiu Long terbang. "Matilah aku!"Di saat-saat terakhir itu, Jiu Long pasrah s

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 221 | Gelar Raja Pendekar

    Jiu Long melanjutkan, "Tetapi Ladalinu, sungguh kasihan, harus mati seperti itu. Aku heran mengapa ia mengambil jalan pintas dan nekad. Ia memojokkan aku, serangannya itu cuma aku atau dia yang hidup. Salah seorang harus mati! Bagiku tak ada pilihan lagipula jurusku itu keluar begitu saja untuk menyelamatkan diri meski sebenarnya aku sudah pasrah mati, bagiku mati sekarang atau mati besok, sama saja, mati dan hidup pun, sama saja!"Jen Ting memotong, "Jiu Long, jangan bicara terus. Kau perlu merawat lukamu!"Saat itu matahari senja tenggelam Semua orang sudah bubar turun gunung. Pendeta Quan Bei dan para pendekar lain, memberi selamat dan terimakasih kepada Jiu Long yang telah menyelamatkan gengsi dataran tengah "Jiu Long, kamu sekarang sudah pantas disebut Dewanya Para Pendekar. Memang masih banyak pendekar lain yang barangkali berilmu lebih tinggi dari kamu, tetapi gebrakanmu tadi telah menyelamatkan kita semua, aku beri kamu gelar Raja Pendekar, dan siapa orang yang

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 222 | Terluka

    Jiu Long dipapah dua isterinya. Ia memegang tangan Jen Ting dan Gwangsin. "Kalian berdua takut aku mati kenapa?" Mendadak tubuh Jiu Long menggigil. Luka dalam membuat ia lemah, karenanya ia tak tahan angin dingin yang tiba-tiba berhembus dengan kerasnya. Ia memaksa duduk sila, semadi dengan memejamkan mata. Tetapi tak ada gunanya, ia tetap menggigil kedinginan. Jen Ting dan Gwangsin menggandeng lengan Jiu Long memasuki desa dekat lereng gunung. Mereka menemukan sebuah rumah penduduk yang bersedia disewa. Jen Ting dan Gwangsin memeluk untuk menghangatkan tubuh kekasihnya. Jiu Long berbisik, "Aku memang luka dalam, tetapi aku masih kuat memberi kalian berdua kepuasan seperti biasa." Tiga insan itu tertawa geli. Saat berikut Jiu Long tak lagi merasa dingin. Esok paginya seharian, Jiu Long semadi mengatur kembali tenaga Angin Es dan Api yang sudah semrawut berkeliaran tak teratur di seluruh tubuhnya. Ia tahu, kalau saja tak pernah berlatih Angin Es d

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 223 | Musuh Datang

    Yun Ching tertawa keras, "Ha, ha, ha, mau lari ke mana kamu Jiu Long, kamu tak pernah menyangka aku bisa menemukan kamu di sini. Kamu hebat bisa mengalahkan orang-orang Himalaya itu, tetapi kamu sekarang luka parah, kamu tak berdaya."Jiu Long tak pernah menyangka bakal ada kejadian seperti ini. Dia menyesal meminta Tian Shan dan teman-teman lain pergi.Pikirnya waktu itu dia ingin menyendiri bertiga isterinya. Sekarang Jia lak berdaya, jangankan Yun Ching, menghadapi penjahat kelas teri pun sekarang ini ia tak sanggup. "Kau memang tak punya malu!"Jen Ting dan Gwangsin pasang kuda-kuda di samping suaminya.Jen Ting memaki, "Kamu mau apa ke sini?""Sudah tentu membunuh Jiu Long. Tetapi sebelum itu aku ingin melihat penderitaannya. Aku akan memperkosa kamu berdua di depan matanya. Nah, bagaimana pendapatmu?""Kamu memang bejat, pengkhianat busuk, aku akan adu jiwa denganmu!" Jen Ting hendak menyerang, tetapi tangan Gwangsin memegang erat leng

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 224 | Pertolongan Datang

    Gwangsin menangis, "Jangan lakukan itu, lebih baik kamu bunuh aku saja!"Jiu Long berseru, "Yun Ching, ini urusan kamu dengan aku, selesaikan sekarang, bunuh aku, tetapi sebagai pendekar kamu tak pantas memperlakukan perempuan dengan caramu yang hina.""Aku gembira dan menikmati permainan ini, kamu saksikan kehebatanku." Yun Ching memegang lengan Gwangsin yang terbaring di tanah. Ia berupaya mencium leher dan mulut Gwangsin namun gadis ini menggeleng kepalanya menghindar. Yun Ching memegang kepala Gwangsin. Jiu Long menutup mata, darahnya bergolak, tetapi ia tak berdaya. Tenaga Angin Es dan Api masih tak beraturan, tak bisa dihimpun.Gwangsin menangis. Pada saat Yun Ching hampir mencium Gwangsin, tiba-tiba saja ada bayangan berkelebat. Yun Ching terlempar. Ia bereaksi cepat, tubuhnya melenting bangkit. Namun bayangan itu yang ternyata nenek tua bungkuk sudah berada di dekatnya. Tanpa bisa dikelit, tangan si nenek menampar pipi Yun Ching, enam kali. Pipi

Latest chapter

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 466

    Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 465

    "Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 464

    Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 463

    Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 462

    Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 461

    Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 460

    Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 459

    "Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 458

    Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d

DMCA.com Protection Status