Wu Long dan Putri Kaisar berdiri diam, saling menatap dalam keheningan yang tegang. Cahaya hitam dari Permata Keabadian berdenyut semakin kuat, seperti detak jantung yang tak sabar menunggu keputusan mereka. Angin dingin berhembus, membawa bisikan samar yang seakan memanggil jiwa mereka menuju kehancuran atau kebangkitan.Wu Long mengepalkan tangan, matanya membara dengan determinasi. "Aku tidak akan menyerah, Putri. Dunia ini membutuhkan seseorang yang kuat untuk melindunginya. Aku bersedia menanggung kutukan ini, tidak peduli seberapa besar risikonya!"Putri Kaisar mencengkeram pedangnya lebih erat. "Keabadian bukanlah jawaban, Wu Long. Hanya akan ada kehancuran jika seseorang memegang kekuatan yang melampaui batas manusia. Aku tidak bisa membiarkanmu membawa permata itu!"Ketegangan di antara mereka memuncak, hingga akhirnya Wu Long melangkah maju. "Kalau begitu, kita selesaikan di sini. Aku akan membuktikan bahwa aku adalah orang yang pantas untuk ini!"Putri Kaisar tidak menunggu
Ketika ledakan cahaya itu memudar, keheningan menyelimuti lembah yang kini menjadi reruntuhan. Udara terasa berat, seolah-olah seluruh dunia menahan napas menunggu jawaban dari pertempuran dahsyat itu.Wu Long membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa berat, seolah ribuan beban menekan setiap ototnya. Ia terbaring di tengah puing-puing altar yang kini telah hancur, sementara langit di atasnya perlahan berubah dari gelap menjadi abu-abu redup. Cahaya hitam dari Permata Keabadian sudah lenyap, tergantikan oleh kehampaan.Di seberangnya, Putri Kaisar terbaring dengan mata tertutup, pedangnya tergeletak di sampingnya. Wu Long merangkak mendekatinya, menggertakkan gigi untuk menahan rasa sakit di tubuhnya.“Putri!” serunya lemah, suaranya serak. “Bangunlah… Kita berhasil…”Tak ada jawaban. Wajah Putri Kaisar pucat, darah mengalir dari luka-luka di tubuhnya. Wu Long menahan napas, rasa takut mencengkeram hatinya. Dengan sisa energinya, ia meraih tangan sang putri, mencari denyut nadi di per
KEJAAAARRR!" Teriakan kencang menggema di istana Kerajaan Nirvana Surgawi saat puluhan pasukan istana mengejar seorang pemuda berpakaian putih yang bergerak gesit sekali. Suara teriakan ini penuh kemarahan dan kekesalan karena masih belum berhasil menangkap pemuda yang berlari sangat kencang ini. Pemuda ini juga tidak tampak ingin menyerah terhadap pengejarnya yang jumlahnya melebihi dirinya. Bahkan pemuda ini tidak berusaha melawan dan memukul mundur pengejarnya untuk mempermudah dirinya agar tidak terus dikejar. "BERHENTI!" Teriakan keras dari pasukan istana tidak digubris sama sekali oleh pemuda yang sedang berlari cepat untuk menghindar dari kejaran pasukan istana. Puluhan pasukan istana ini seperti sudah kehabisan nafas akibat mengejar pemuda berpakaian putih ini tanpa henti, tapi tidak terlihat kelelahan sama sekali di wajah pemuda ini. Malahan dia sempat berhenti dan tersenyum kpada puluhan pasukan istana ini saat pasukan istana berhenti dan beristirahat sejenak. "Percuma
Wu Long mulai terjebak oleh kepungan pasukan istana yang semakin lama semakin banyak mengepungnya. Tidak ada ruang lagi baginya untuk melarikan diri dari kepungan pasukan pengawal istana. "Mau kemana lagi kamu, Wu Long! Sudah beberapa kali kamu diperingatkan untuk tidak bertemu Tuan Putri lagi, tapi kamu tetap membandel!" tegur pemimpin pasukan istana. "Aku tidak bisa menolak rayuan Tuan Putri, paman!" sahut Wu Long dengan nada yang agak kurang ajar. "Tuan Putri terlalu cantik untuk ditolak keinginannya! Apalagi Tuan Putri yang menginginkannya, bukan diriku!" "Jangan memutar balikan fakta! Kamu yang memaksa Tuan Putri melakukannya!" seru pemimpin pasukan istana dengan penuh amarah. "Terserah saja, paman!" sahut Wu Long. "Tidak ada yang percaya kalau aku katakan Tuan Putri yang meminta semua ini! Tentunya aku tidak bisa menolak!" "Kenapa tidak bisa menolak?" tanya pemimpin pasukan istana. "Kan sudah kubilang kalau Tuan Putri terlalu cantik, serta tubuhnya terlalu indah untuk dile
Wu Long akhirnya bersedia untuk membela dirinya di hadapan Kaisar karena menurutnya, ucapan pemimpin pasukan istana ada benarnya ... dia tidak akan bisa lari dari kejaran Kaisar Nirvana Surgawi apabila tidak menjelaskan persoalan yang sebenarnya untuk menghindari kesalah pahaman antara dirinya dengan Kaisar. Rasa percaya dirinya yang besar dan keangkuhannya membuat Wu long merasa di atas segala-galanya, bahkan merasa di atas kaisar Nirvana surgawi yang tidak berhak menghukum dirinya. Untuk itulah dia tidak takut sama sekali terhadap Kaisar yang menurutnya bukanlah pmimpin tertinggi yang harus ditakuti. Tapi, menemui Kaisar ternyata merupakan suatu kesalahan besar yang telah dibuatnya."Tunggu dulu! Apa kesalahanku?" tanya Wu Long yang tidak terima dengan perlakuan Kaisar saat dia sudah berada di Aula Istana untuk menghadap Kaisar Nirvana Surgawi. Sikap Wu Long sangat jauh dari harapan pemimpin pasukan istana yang mengira Wu Long telah menyerah dengan sikap membangkangnya dan minta
"Wu Long ... akui saja kesalahanmu! Jangan terlalu keras kepala ... hidupmu masih panjang! Kamu juga bisa menjadi Kaisar Nirvana Surgawi apabila telah menikahi Tuan Putri!" saran kepala pasukan istana.Wu Long memang sangat tampan dan menarik sehingga membuatnya sedikit sombong dan angkuh. Tampak wajah Wu Long seperti memikirkan sesuatu yang membuat Kaisar dan kepala pasukan istana menunggu sikap Immortal ini. "Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku akan mengakui kesalahanku kalau Tuan Putri juga mengakui kesalahannya karena membujukku untuk melakukan hubungan terlarang ini!" tegas Wu Long. "Aku tidak akan melakukan perbuatan terlarang ini kalau Tuan Putri tidak membujukku dan memaksakan kehendaknya terhadapku!" "Kurang ajar! Beraninya kau menghina putriku!"Kaisar Nirvana Surgawi langsung naik pitam mendengar ucapan Wu Long. Immortal yang sangat keras kepala ini bagaikan sudah menggali kuburannya sendiri dengan menolak pengampunan yang telah diberikan oleh Kaisar, yang bahkan henda
Wuuuaaaa ... wuuuaaa ...Terdengar suara tangis bayi di dalam sebuah rumah yang lebih mirip gubuk,, yang berada di tengah-tengah pematang sawah yang indah dengan hijaunya tanaman padi.Tampak di dalam gubuk ini beberapa orang sedang sibuk dan berbahagia dengan kelahiran bayi ini."Selamat Pak ... bayinya laki-laki!" seru bidan yang membantu persalinan sebuah keluarga petani di dusun terpencil ini.Beruntung bagi petani yang sangat miskin ini, bidan dari kota kebetulan sedang berkeliling ke dusun terpencil saat istrinya sedang melahirkan sehingga bisa membantu persalinan istrinya tanpa bayaran apapun."Terima kasih banyak!" kata petani ini sambil mengendong anak pertamanya ini."Aku permisi dahulu ya, Pak! Semoga saja anak Bapak akan menjadi pria yang hebat!" ujar bidan ini sambil berlalu."Suamiku! Bagaimana anak kita?" tanya istri petani yang kondisinya masih lemah akibat kehilangan darah yang cukup banyak saat melahirkan. Wajah pucatnya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya membe
Wu Long sepertinya tidak akan mampu mewujudkan ambisinya untuk kembali Ke Nirvana Surgawi untuk memperbaiki namanya. Ayahnya melarang dirinya untuk mendaftar masuk ke Perguruan Matahari dan Rembulan karena dirinya tidak akan mampu menjadi pendekar. Bahkan Wu Long tidak ingat sama sekali masa kehidupannya di Nirvana surgawi. Beruntung bagi Wu Long, ibunya yang masih mendukungnya membuat ayahnya tidak bisa melarangnya untuk mendaftar masuk ke Perguruan Matahari dan Rembulan."Apa kamu ingin anak kita mati di Perguruan Matahari dan Rembulan? Tubuhnya tidak mampu untuk menerima tenaga dalam, bahkan untuk tenaga luar saja dia tidak mampu! Apa yang kamu harapkan darinya?" gerutu ayah Wu Long terhadap istrinya yang tetap bersikeras menggunakan hasil tabungan mereka untuk membiayai Wu Long masuk ke dalam Perguruan Matahari dan Rembulan."Aku tetap yakin kalau Wu Long tidak akan mengecewakan kita! Percayalah padaku, suamiku!" ujar ibunya Wu Long berusaha meyakinkan ayahnya. ***** Perguruan
Ketika ledakan cahaya itu memudar, keheningan menyelimuti lembah yang kini menjadi reruntuhan. Udara terasa berat, seolah-olah seluruh dunia menahan napas menunggu jawaban dari pertempuran dahsyat itu.Wu Long membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa berat, seolah ribuan beban menekan setiap ototnya. Ia terbaring di tengah puing-puing altar yang kini telah hancur, sementara langit di atasnya perlahan berubah dari gelap menjadi abu-abu redup. Cahaya hitam dari Permata Keabadian sudah lenyap, tergantikan oleh kehampaan.Di seberangnya, Putri Kaisar terbaring dengan mata tertutup, pedangnya tergeletak di sampingnya. Wu Long merangkak mendekatinya, menggertakkan gigi untuk menahan rasa sakit di tubuhnya.“Putri!” serunya lemah, suaranya serak. “Bangunlah… Kita berhasil…”Tak ada jawaban. Wajah Putri Kaisar pucat, darah mengalir dari luka-luka di tubuhnya. Wu Long menahan napas, rasa takut mencengkeram hatinya. Dengan sisa energinya, ia meraih tangan sang putri, mencari denyut nadi di per
Wu Long dan Putri Kaisar berdiri diam, saling menatap dalam keheningan yang tegang. Cahaya hitam dari Permata Keabadian berdenyut semakin kuat, seperti detak jantung yang tak sabar menunggu keputusan mereka. Angin dingin berhembus, membawa bisikan samar yang seakan memanggil jiwa mereka menuju kehancuran atau kebangkitan.Wu Long mengepalkan tangan, matanya membara dengan determinasi. "Aku tidak akan menyerah, Putri. Dunia ini membutuhkan seseorang yang kuat untuk melindunginya. Aku bersedia menanggung kutukan ini, tidak peduli seberapa besar risikonya!"Putri Kaisar mencengkeram pedangnya lebih erat. "Keabadian bukanlah jawaban, Wu Long. Hanya akan ada kehancuran jika seseorang memegang kekuatan yang melampaui batas manusia. Aku tidak bisa membiarkanmu membawa permata itu!"Ketegangan di antara mereka memuncak, hingga akhirnya Wu Long melangkah maju. "Kalau begitu, kita selesaikan di sini. Aku akan membuktikan bahwa aku adalah orang yang pantas untuk ini!"Putri Kaisar tidak menunggu
Wu Long dan Putri Kaisar berdiri berseberangan, dikelilingi oleh refleksi diri mereka yang bergerak seperti bayangan hidup. Salinan Wu Long menyeringai kejam, tangannya melesat membentuk jurus yang sama cepatnya seperti aslinya. Begitu pula dengan tiruan Putri Kaisar, pedang emasnya menyala lebih terang, mengintimidasi dengan aura mematikan."Apa ini...?" bisik Wu Long, matanya tak berkedip memandangi dirinya yang lain. Tiruan itu berbicara, suaranya dingin dan penuh ejekan."Akulah dirimu yang sebenarnya, Wu Long. Semua rasa takut, keraguan, dan keinginanmu yang terpendam. Kau bisa mencoba melawan, tapi aku tahu setiap gerakanmu. Kau tidak akan menang."Putri Kaisar juga mendengar suara dari tiruannya, lembut tapi tajam seperti pisau. "Kau pikir kau benar? Bahwa kehancuran permata ini adalah satu-satunya jalan? Kebodohanmu membuatmu buta terhadap takdirmu. Kau sama saja dengan mereka yang kau benci."Wu Long melangkah maju, menepis rasa gentar yang merayapi hatinya. "Aku tidak akan t
Cahaya hitam dari Permata Keabadian menjalar keluar, seperti tentakel bayangan yang menyentuh tanah dan udara. Wu Long dan Putri Kaisar terhuyung, tubuh mereka terasa seperti terhisap oleh kekuatan yang mengalir deras dari dalam permata. Suara itu bergema lagi, kali ini lebih dalam, penuh dengan otoritas yang tak dapat dibantah."Kalian, dua jiwa yang bertentangan... Aku akan menakar kebenaran hati kalian!"Tiba-tiba, dunia di sekitar mereka berubah. Lembah kegelapan memudar, digantikan oleh hamparan padang luas yang tak berujung. Langit berwarna merah darah, sementara bayangan makhluk-makhluk raksasa bergerak di kejauhan. Wu Long mendapati dirinya berdiri di tengah kekosongan ini, namun Putri Kaisar masih ada di dekatnya, pedangnya terangkat dengan sikap siaga."Di mana kita?" tanya Wu Long, suaranya serak.Putri Kaisar menggigit bibirnya, matanya mengamati sekeliling dengan penuh kewaspadaan. "Ini bukan dunia nyata. Permata itu... membawa kita ke dalam ujiannya.""Benar sekali," jaw
Wu Long mengepalkan tangannya yang terluka, merasakan denyut rasa sakit menjalar dari tulang hingga ke ujung jari. Namun, ia menolak menyerah. Di hadapannya, Putri Kaisar berdiri dengan anggun, seolah-olah badai pertempuran tadi hanya memperkuat aura dingin yang menyelimutinya. Pedang emas di tangannya berkilau, memantulkan cahaya permata yang menggantung di tangan Wu Long."Keabadian akan membawa kehancuran, Wu Long!" seru sang putri, suaranya seperti gemuruh petir di lembah gelap itu. "Aku telah melihatnya. Kaisar menggunakan keabadian untuk memperbudak jiwa, bukan menyelamatkan mereka. Apa kau akan mengulang dosa itu?"Wu Long mengusap darah di dagunya, matanya menajam. "Aku bukan ayahmu. Aku berbeda.""Tidak ada yang berbeda ketika kau menyerahkan dirimu pada kekuatan yang bukan milikmu!" bentak sang putri. Ia mengayunkan pedangnya, membentuk lengkungan emas yang menyayat udara.Wu Long melompat ke belakang, gerakannya gesit meski tubuhnya dipenuhi luka. Ia melancarkan Jurus Ombak
Lembah kegelapan bergetar saat Wu Long melangkah maju, sorot matanya tertuju pada Permata Keabadian yang berkilau pekat di atas altar batu. Namun sebelum ia bisa mendekat, raungan menggema dari sekelilingnya—suara dari empat penjaga mitos yang siap mempertahankan harta suci itu.Dari langit, Phoenix Zuque menukik dengan sayap berapi, menyemburkan gelombang api ke arah Wu Long. Panasnya membakar udara, menghanguskan tanah tempat Wu Long berdiri. Namun, dengan satu tarikan napas, Wu Long melesat ke samping, kedua tangannya membentuk segel."Jurus Ombak Langit!"Dari telapak tangannya, energi biru berputar seperti pusaran samudra, menabrak api Phoenix dan menenggelamkan nyalanya. Namun belum sempat Wu Long bernapas lega, seekor Griffin menerjang dari sisi kiri, cakarnya menciptakan tebasan angin tajam yang sanggup membelah batu.Wu Long memutar tubuhnya di udara, kakinya menghantam angin dengan Jurus Tendangan Naga Berputar. Angin bertabrakan, menciptakan ledakan yang melemparkan keduany
Pusaran bayangan yang dipanggil pria berjubah hitam semakin membesar, menyelimuti lorong dengan kegelapan yang seolah hidup. Angin berputar liar, meniup jubah Wu Long dan rambut panjang Putri Kaisar. Bayangan mulai merangkak di dinding seperti makhluk hidup, siap menerkam mereka kapan saja.Wu Long tidak menunggu. Dengan satu lompatan, ia menerjang ke depan, pedangnya bersinar terang seperti bintang jatuh yang hendak mengoyak kegelapan. “HAAAH!” Dengan satu tebasan kuat, ia membelah pusaran bayangan itu, membuat gelombang energi bercahaya yang memaksa pria berjubah hitam mundur selangkah.Namun, pria itu hanya menyeringai. "Kekuatanmu luar biasa, Wu Long, tapi kau belum cukup cepat."Tiba-tiba, bayangan di sekeliling mereka merangkak naik dan berubah menjadi sosok humanoid dengan mata merah menyala. Mereka melompat serempak, menyerang Wu Long dan Putri Kaisar dari segala arah.Wu Long bergerak dengan kecepatan luar biasa, pedangnya menari di udara, menebas makhluk-makhluk bayangan itu
Wu Long dan Putri Kaisar bergerak dengan cepat melalui lorong-lorong istana yang gelap, hanya diterangi oleh cahaya redup dari lentera kuno yang menggantung di dinding. Suara langkah kaki mereka bergema samar, menciptakan suasana tegang yang menyelimuti mereka."Kita harus mencari jalan keluar sebelum dia kembali," kata Wu Long dengan nada tegas namun pelan. Matanya terus mengamati setiap sudut, waspada terhadap serangan mendadak."Aku tahu tempat persembunyian," balas Putri Kaisar, napasnya sedikit terengah. "Di belakang aula utama, ada lorong rahasia yang hanya diketahui keluarga kerajaan."Wu Long mengangguk, menggenggam pedangnya lebih erat. "Kalau begitu, tunjukkan jalannya. Tapi kita harus berhati-hati—dia pasti memiliki lebih banyak trik."Namun, langkah mereka terhenti ketika sebuah tawa dingin menggema di udara. Suara itu tidak berasal dari satu arah, melainkan mengelilingi mereka, membuat bulu kuduk meremang."Kalian pikir bisa lari dariku begitu saja?" suara pria berjubah h
Wu Long berdiri, matanya terpaku pada sosok misterius yang muncul dari bayangan. Udara di sekeliling terasa semakin dingin, seolah menyambut kehadiran ancaman baru yang tak kasat mata. Sosok itu, seorang pria dengan jubah hitam panjang dan mata yang berkilauan seperti obsidian, menyeringai tipis."Kalian berdua benar-benar mengesankan," katanya dengan suara serak namun penuh kekuatan. "Tapi melawan aku adalah cerita yang berbeda."Wu Long merasakan keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia menatap Putri Kaisar yang masih lemah di pelukannya. "Tuan Putri, kau harus mundur. Ini terlalu berbahaya.""Tidak, Wu Long," balas Putri Kaisar dengan suara lemah namun penuh tekad. "Kita sudah sampai sejauh ini bersama. Aku tidak akan meninggalkanmu."Pria berjubah hitam itu mengangkat satu tangan, dan dari udara tipis, bayangan mulai bergerak, membentuk sosok-sosok mengerikan dengan cakar tajam dan mata merah menyala. Mereka mengepung Wu Long dan Putri Kaisar, membuat pelarian tampak mustahil."