Wu Long merasakan aliran energi dalam tubuhnya yang mulai berdenyut kembali, mengisi setiap inci otot dan tulangnya dengan kekuatan yang perlahan bangkit dari dalam, meski tidak sebanding dengan masa kejayaannya sebagai seorang Immortal. Ilmu Pedang Bintang yang ia kuasai, seakan menari di antara helai angin dan gemerlap bintang, memulihkan dirinya setelah ditinggalkan oleh Naga Putih, yang pernah menjadi pelindungnya.Di sisi lain, Zhing Yin, dengan lembutnya perasaannya yang semakin mendalam, tak mampu menahan getaran hati yang semakin kuat terhadap Wu Long. Setiap kali mereka bersama, pesona pemuda itu kian merasuk dalam sanubarinya, hingga akhirnya, suatu malam yang tenang, di bawah cahaya bulan yang redup, Zhing Yin memberanikan diri untuk bertanya dengan suara selembut embun pagi, "Wu Long... apakah kau menyukaiku?"Kata-kata itu seketika mengguncang Wu Long. Dia tak menduga Zhing Yin, seorang pemimpin Perguruan Pedang Bintang yang dihormati, akan menyatakan perasaannya dengan b
Energi murni bergetar di udara saat Zhing Yin dan Wu Long berdiri berdampingan, saling menyuplai kekuatan dengan harmonis. Detak jantung Wu Long berpacu cepat, menyatu dengan gelombang energi yang mengalir deras ke dalam dirinya. Sebuah cahaya cemerlang menyelimuti mereka, memberi kesan seolah-olah dunia di sekelilingnya memudar, menyisakan hanya keduanya dan kekuatan yang terjalin.Saat energi itu meresap ke dalam tubuhnya, Wu Long merasakan kekuatan yang menggelegak, jauh melampaui batas yang pernah ia bayangkan. Dalam sekejap, ia menguasai Ilmu Pedang Bintang yang diajarkan oleh Zhing Yin, setiap gerakan terasa lemas namun berisi, seolah angin berbisik lembut di telinganya, memandu setiap serangan dan pertahanan."Kamu hebat, Wu Long!" puji Zhing Yin, wajahnya bersemu merah dengan kebanggaan. Kenangan akan bakat luar biasa Wu Long mengalir dalam pikirannya, mengingatkan pada momen ketika ia pertama kali menyaksikan pemuda ini. "Tidak sia-sia aku memberimu energi murni!"Wu Long mer
Setelah meninggalkan Desa Qui Lin, langkah Wu Long semakin mantap saat ia mendekati Hutan Keramat. Pepohonan menjulang tinggi, daun-daun berkilau di bawah sinar matahari yang merembes di antara celah-celah cabang, menciptakan suasana mistis. Namun, meski semangatnya berkobar, perasaan tidak nyaman menyelimutinya—hutan ini tidak hanya terkenal karena keindahannya, tetapi juga karena bahaya yang mengintai di dalamnya. Sementara itu, saat Wu Long melangkah lebih dalam, suara alam berubah menjadi sepi, hanya terngiang suara detak jantungnya. Dalam keheningan itu, tiba-tiba, sosok yang dikenal muncul di hadapannya—Lie Wei, Pendekar Phoenix. Tubuhnya berkilau dalam balutan pakaian merah menyala, menciptakan aura yang menakutkan dan megah. Senyum sinis menghiasi wajahnya, mencerminkan keyakinan yang menguar dari dalam dirinya. "Berharap bisa menyelamatkan Roh Naga Putih, Wu Long? Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya," ucap Lie Wei, suaranya tegas dan penuh tantangan. Di belakangnya, en
Wu Long menatap dengan pandangan penuh kekaguman saat angin yang berputar di sekeliling sosok penolongnya perlahan mereda. Di hadapannya berdiri seorang wanita yang auranya begitu kuat namun lembut, seolah alam sendiri mengalir di dalam dirinya. Ketika tudung jubahnya terbuka, keindahan yang terpancar darinya membuat Wu Long terdiam. Sosok itu adalah Ashura, seorang wanita dengan kecantikan yang melebihi bidadari dari Kahyangan—kulitnya seputih pualam, matanya berkilau bagai bintang, dan setiap gerakannya terasa halus seperti desiran angin.Wanita ini tersenyum kepada dirinya setelah berhasil membawanya lolos dari incaran Lie Wei, Pendekar Phoenix Merah yang mengincar nyawanya."Jangan khawatir, aku tidak bermaksud buruk terhadapmu ... namaku, Ashura," ucap wanita cantik ini memperkenalkandirinya.“Ashura…” gumam Wu Long, meskipun ia tak pernah bertemu dengannya sebelumnya, namanya terasa akrab, seperti angin yang berhembus membawa bisikan dari tempat yang sangat jauh.Ashura tersenyu
Wu Long melangkah ke dalam Labirin Maut dengan perasaan waspada, meski dalam pikirannya terbayang instruksi Dewa Jenius yang telah memberinya petunjuk tentang cara melintasi tempat itu. Namun, ada sesuatu yang tidak disampaikan oleh Dewa Jenius—labirin ini hidup, bergerak, dan selalu berubah jebakannya, seolah-olah tempat itu punya kehendak sendiri untuk menyesatkan dan membunuh para pengunjung yang berani masuk.Langkah kakinya menggema di sepanjang lorong berbatu, dinding-dindingnya menjulang tinggi dan berlumut, memancarkan aroma lembap yang menggigit indra penciuman. Setiap sudut yang ia lewati membuat hatinya semakin gelisah, seakan udara sendiri berbisik tentang kematian yang telah merenggut banyak pendekar yang mendambakan harta terpendam di dalamnya.Udara di labirin ini terasa aneh, berdesir lembut seperti angin yang berusaha memperdaya. Wu Long dapat merasakan betapa jahatnya jebakan di sini, yang menunggu momen tepat untuk menjebaknya. Jebakan-jebakan yang selalu berubah, t
Wu Long berdiri di hadapan gerbang besar yang dingin, pintu besi tua yang dipenuhi ukiran-ukiran kuno dan tak dikenal. Udara di sekitar terasa berat, seolah menyimpan rahasia berbahaya di balik kabut tipis yang menggantung rendah. Gerbang itu menandai akhir dari Labirin Maut, tempat penuh jebakan yang mematikan yang baru saja ia lewati. Jantung Wu Long berdegup kencang, tapi ia berhasil melaluinya—berkat petunjuk Dewa Jenius dan kecerdikannya. Kini, Hutan Keramat ada di depan mata.Namun, sebelum Wu Long bisa melangkah lebih jauh, suara langkah pelan dan berat terdengar dari balik kabut. Tubuhnya menegang. Dia mengenali kehadiran ini—Lie Wei.Sosok itu muncul dari kabut, dan aura yang terpancar dari tubuh Lie Wei jauh lebih kuat dari terakhir kali mereka bertemu. Matanya menyala penuh kebencian, tubuhnya dikelilingi energi yang berkilau merah seperti bara api. Lie Wei kini jauh lebih tangguh—dan jelas tidak akan mengizinkan Wu Long pergi begitu saja."Wu Long," suara Lie Wei memecah k
Wu Long melangkah dengan hati-hati, meskipun rasa lega karena berhasil melewati jebakan mematikan dan mengalahkan Lie Wei masih terasa. Hutan Keramat di depannya tampak begitu sunyi, seolah menyembunyikan rahasia yang lebih dalam daripada sekadar pohon-pohon tua yang menjulang. Kabut tipis menyelimuti pepohonan, dan hawa dingin yang menyelusup membuat kulitnya meremang."Hutan yang menyeramkan ....pantas tidak ada yang pernah selamat untuk keluar dari Hutan Keramat ini. Semoga aku bisa menemukan Naga Putih dan bersama-sama keluar dari hutan mengerikan ini," pikir Wu Long sambil melangkah masuk lebih dalam lagi ke dalam hutan yang seakan hidup dan hendak menelannya hidup-hidup.Namun, di tengah hening itu, Wu Long bisa merasakan ada sesuatu yang mengawasi. Aura kekuatan besar yang sejak lama ia cari—Roh Naga Putih. Tiba-tiba, kabut di depannya berputar, bergetar, seakan-akan mengikuti irama langkahnya. Udara di sekitarnya bergetar, dan dari sela-sela kabut itu, sosok besar nan anggun m
Wu Long terus melangkah maju di dalam Hutan Keramat, napasnya berembus dengan ketegangan yang menggelayut. Setelah pertemuannya dengan Roh Naga Putih dan penerimaan Kitab Pedang Hantu, ia merasa kekuatan baru mengalir di tubuhnya, namun perjalanan keluar dari hutan ini belum selesai. Di hadapannya terbentang Labirin Maut, sebuah wilayah berbahaya yang terus berubah bentuk dan jebakannya seiring waktu.Saat ia mendekati gerbang bayangan labirin, kabut semakin pekat, dan tiba-tiba hawa dingin menusuk kulitnya. Dari kabut tebal itu, tiga sosok samar muncul. Mereka bukan sembarang pendekar—auranya begitu kuat dan memancarkan rasa takut. Wu Long mengerutkan alisnya, mengenali kekuatan mistis yang menyelimuti mereka.Roh Tiga Pendekar Sakti.Pendekar pertama menguasai Ilmu Pedang, tubuhnya ramping dan gerakannya tajam seperti kilatan cahaya. Pendekar kedua, dengan kekuatan Ilmu Golok, lebih gagah dan tenang, tetapi setiap gerakannya penuh ketepatan dan kekuatan yang luar biasa. Sementara it