Pancaka benar-benar mendominasi pertarungan pasca penggabungan tenaga dalamnya dengan aura setan, dia unggul telak atas Praduta dalam pertukaran jurus kali ini.Pancaka terlihat berhasil mendaratkan mata pedangnya pada tubuh Praduta. Sementara Praduta, dia masih terkejut dengan meningkatkannya kecepatan dari Pancaka secara tiba-tiba, sehingga membuatnya tanpa sadar membuka celah pada pertahanannya."Sial, sepertinya dia sejak awal memancingku agar membuka celah pertahanan dengan meningkatnya kecepatanku ... " Umpat Praduta.Praduta jelas berusaha untuk menutup celah yang terbuka itu, akan tetapi sayangnya serangan Pancaka datang lebih cepat yang memaksa Praduta untuk berkerja lebih keras.Bammm!!!Bammm!!!Bammm!!!Tiga serangan cepat yang di lesatkan oleh Praduta mengenai tubuh Praduta dengan sempurna dan melemparkannya jauh ke belakang.Praduta mengalami pendarahan hampir di sekujur tubuhnya, dia juga merasakan sulit untuk bernafas beberapa saat. "Dia sangat kuat, bagaimana bisa di
Pancaka langsung melompat mundur dan menjaga jarak saat seseorang berhasil menangkis serangan pamungkasnya."Siapa kau!!!" Seru Pancaka.Sosok itu diam, tidak menjawab. Dia tampak melemparkan perhatiannya ke sekeliling area pertarungan."Aku tidak menduga, jika aliran putih juga rela menjual kesetiannya demi kekuatan... " Ucap Abinawa dengan pelan.Abinawa jelas mengenali sosok Pancaka, karena mereka pernah bertemu di Sayembara Pendekar Muda beberapa tahun yang lalu, sebelum Abinawa menghilang di telan bumi."Kau mengenaliku?" Tanya Pancaka."Haha, itu tidak penting. Yang terpenting karena kau sudah datang kemari, maka jangan pernah berpikir untuk dapat pergi bersama dengan nyawamu!!!" "Paman, mundur lah sedikit," pinta Abinawa.Praduta melangkah mundur menuruti permintaan dari Abinawa, sekalipun dia tidak mengenali sosok Abinawa. Namun, batinnya mengatakan jika sosok Abinawa bukanlah sosok yang jahat."Pancaka, pendekar muda yang beberapa tahun yang lalu di percaya sebagai salah sat
Abinawa dengan cepat mampu mengontrol dan mendikte pertarungan dengan mengandalkan jurus Naga Langit. Jurus Naga Langit yang memiliki pola rumit dan variasi gerakan yang berbeda dari kebanyakan jurus berpedang menjadi keunggulan bagi Abinawa.Keris Perak yang terus-menerus berputar-putar menjadi salah satu senjata andalan Abinawa. Selain itu, Keris Perak juga sebagai pelindung bagi tubuh Abinawa."Siapa kau sebenarnya?" Tanya Pancaka sekali lagi, karena dia jelas merasa penasaran siapa sosok Abinawa ini."Kau bodoh sekali, sudah ku bilang siapa aku tidak penting, yang penting itu aku berhasil mengirim dirimu untuk bertemu Malaikat Kematian!!" Jawab Abinawa.Pancaka yang mendengar jawaban dari Abinawa hanya mendengus kesal. Merasa pertanyaannya tiada jawaban, Pancaka akhirnya memusatkan konsentrasinya untuk keluar dari tekanan dan berbalik menyerang.Dia juga menggunakan aura setan untuk menekan dan memadatkan udara, guna memperlambat gerakan dari Abinawa. Hal itu terlihat mulai membu
Praduta awalnya khawatir dengan keselamatan Abinawa, kini tertegun karena menyaksikan bagaimana hebatnya sosok Abinawa, terlepas dari usianya yang masih sangat muda.Praduta yang sejak awal tidak mampu mendesak Pancaka sampai pada tahap tidak memiliki kesempatan untuk menyerang balik, jelas di buat kagum dengan sosok Abinawa."Siapa gerangan pemuda itu? Memiliki kekuatan pendekar suci di usia muda jelas menunjukkan jika dia adalah jenius bela diri. Ternyata dunia persilatan masih menyimpan banyak misteri dan pendekar tangguh di dalamnya," ucap Praduta sambil terus mengikuti jalannya pertarungan di antara Abinawa dan Pancaka.***Sementara itu, Batik Saka terlihat terus memainkan pedangnya dengan indah dan melumpuhkan setiap pendekar yang di temui olehnya. Kali ini, dia tidak seorang diri lagi, akan tetapi saat ini Dwi Tunggal sudah bergabung bersama dengan dirinya, selain itu terdapat sosok Sumbayu yang tidak mereka kenali akan tetapi berpihak kepada mereka."Kau tidak bisa hanya melu
Tepat saat matahari terbit di ufuk timur, pertempuran di Sekte Naga Putih baru saja usai. Mayat-mayat bergelimpangan dan memenuhi hampir di seluruh sekte.Sekalipun mereka berhasil bertahan dan memenangkan pertempuran, akan tetapi tidak ada satupun yang bersorak riang nan gembira, karena pertempuran ini sudah memakan banyak korban dan kerugian besar yang di alami oleh Sekte Naga Putih.Syak Lanar berdiri di tengah ratusan mayat itu, dia benar-benar tidak pernah membayangkan jika Sekte Naga Putih akan menjadi lokasi pertempuran."Ini masih jauh dari kata berakhir, ini hanya awal dari pertempuran lainnya," ucap Syak Lanar.Syak Lanar lantas bergegas dan bergerak cepat ke arah ruangan Ketua Sekte, Praduta. Namun, betapa terkejutnya Syak Lanar saat menemukan sosok Praduta mengalami luka yang parah dan serius."Ketua, apa yang terjadi padamu? Dan bagaimana bisa kau terluka separah ini," Syak Lanar langsung mengalirkan tenaga dalam ke tubuh Praduta.Syak Lanar jelas berusaha untuk mengurang
Setelah proses pemakaman di langsungkan dengan khidmat, Syak Lanar langsung mengumpulkan semua Tetua sekte yang berhasil selamat dari pertempuran besar itu.Dengan segera aula utama Sekte Naga Putih di penuhi oleh para Tetua dan beberapa murid pilihan untuk hadir dalam pertemuan darurat kali ini."Aku sungguh berterima kasih kepada kalian semua yang sudah menyempatkan waktu untuk menghadiri pertemuan darurat ini... ""Selain itu, aku juga berterima kasih kepada Abinawa dan Sumbayu yang sudah berkontribusi membantu Sekte Naga Putih... " Abinawa dan Sumbayu menanggapi dengan senyuman. Syak Lanar lantas menjelaskan langkah selanjutnya yang akan mereka ambil setelah proses pemakaman untuk Sekte Naga Putih pasca gugurnya Praduta selaku Ketua Sekte."Tetua, aku rasa tidak ada yang akan menolak jika Tetua Syak Lanar yang naik menggantikan Ketua Praduta... ""Benar Tetua, karena Tetua yang paling dekat. Di tambah pula kemampuan Tetua adalah yang terkuat di antara kita semua para Tetua Sekte
Abinawa hanya tersenyum tipis saat menyadari banyak tatapan para Tetua Sekte Naga Putih terarah atau terpusat pada dirinya.Dia sangat sadar jika semua itu di karenakan tindakan dan kekejaman yang di tunjukkan olehnya dalam pertempuran malam itu."Aku tidak terlalu mengambil hati untuk itu, aku jelas menyadari jika tindakanku malam itu tidak mencerminkan aliran putih... Aku juga ingin mempertegas jika hakikatnya aku bukanlah pendekar yang berasal dari aliran putih, aku pendekar tanpa sekte atau lebih di kenal dengan nama pendekar aliran netral.Selain itu, aku dan rekanku kebetulan sedang berada di Kota Sungai Putih pada saat itu dan menemukan keanehan dari banyaknya pendekar yang berkumpul di suatu tempat," jelas Abinawa."Lebih tepatnya, kami merasa curiga atas banyaknya pendekar yang berkumpul di suatu tempat, apalagi sekelas Kota Sungai Putih," sahut Sumbayu yang berada di sebelah Abinawa.
Syak Lanar akhirnya resmi di nyatakan sebagai Ketua Sekte Naga Putih yang baru. Semua tentunya menyambut hal itu dengan baik.Peresmian Syak Lanar sebagai Ketua Sekte yang baru secara simbolis saja, tidak ada perayaan yang berlebihan seperti kultur budaya pada umumnya."Selamat, Tetua. Aku yakin dirimu akan mampu membawa Sekte Naga Putih ini ke arah yang lebih baik lagi," ucap Abinawa sambil mengulurkan tangannya."Terimakasih saudaraku, mohon bantuannya ke depan," Syak Lanar menjabat uluran tangan Abinawa dan memeluk sosok itu dengan erat.Abinawa membalas pelukan Syak Lanar. Dia memiliki kepercayaan jikalau Syak Lanar adalah sosok yang arif dan bijaksana, serta selalu menomor satukan kebenaran di atas kepentingan yang lainnya.Setelah itu, Syak Lanar dan Abinawa terlibat percakapan hangat mengenai perkembangan dunia persilatan. Tidak lupa pula, Abinawa memuji Sekte Naga Putih y
Di saat Abinawa di sibukkan dengan melatih Maung Cana setiap harinya agar menjadi salah satu pendekar nomor satu di daratan dunia persilatan, dan akan menjadi sosok yang akan sangat di andalkan ketika perang pesar antar ras manusia dengan ras siluman nantinya.Sementara Sumbayu terlihat berkutat dengan Bebe lembar lontar di tangannya yang sudah di pembibitan oleh goresan coretan tinta. Sumbayu memang lebih banyak menghabiskan waktunya di meja kamarnya, dari pada berkutat dengan pengembangan kemampuan kanuragan dan silatnya. Hal ini tentunya, karena Sumbayu tahu betul jika kemampuan utamanya bukan pada olah kanuragan, akan tetapi di bidang konseptor/bermain di balik layar dengan strategi dan taktiknya.Seperti saat ini, Sumbayu bukan berantai, akan tetapi dia sedang menyusun beberapa bagan sekte yang harus di bangun dan juga terus di kembangkan, selain kemampuan silat dan kanuragan para murid. Hal ini tentu untuk mempersiapkan sekte ini menjadi kekuatan baru dunia persilatan di masa de
Pasca Liwandara yang mengalami kritis dan berada d kondisi hidup dan mati, Awundara langsung memberikan perintah kepada setiap anggota Sayap Emas untuk kembali berlatih dan meningkatkan kemampuan mereka.Liwandara yang sudah di kenal sangat kuat dan perkasa saja masih mampu di libas oleh dunia persilatan, apalagi mereka yang jauh lebih lemah dan malas untuk berlatih guna meningkatkan kemampuan dan kekuatan."Kalian bebas menggunakan setiap sumber daya yang kita miliki, akan tetapi jangan berlebihan dan tidak menimbulkan dampak pada perkembangan kemampuan kanuragan kalian," tutur Awundara.Awundara kali ini turun langsung memberikan perintah kepada setiap anggota, tentu hal ini membuat banyak persepsi di antara anggota mereka, apalagi berita tentang Liwandara kritis sudah menyebar dan hampir di keju oleh seluruh anggota Sayap Emas."Kemampuan kelompok kita hari ini masih belum cukup untuk membuat kelompok kita menguasai dunia persilatan, maka dari itu aku persilahkan kalian menggunakan
Awundara benar-benar murka, dia sangat sulit percaya jika sosok kepercayaannya itu menderita luka dalam yang sangat serius. Bahkan untuk menyelamatkan nyawanya, Awundara harus merelakan begitu banyak sumber daya berharganya.Misi yang sebelumnya di anggap mudah, kini malah memakan korban yang tidak sedikit bagi Sayap Emas. Padahal sebelumnya, Awundara sudah memberi perintah untuk mereka segera berkemas dan pindah ke Pulau Es Utara, karena dia meyakini jika Liwandara tidak akan mengalami kegagalannya."Kau harus selamat, Liwan. Kita masih memiliki misi besar untuk menjadi penguasa dunia persilatan bersama... Kau tidak boleh mati," ucap Awundara.Awundara dan Liwandara sudah bersama sejak puluhan tahun terakhir, di mulai dari hanya seorang pendekar perampok, kini menjelma menjadi salah satu kekuatan dunia persilatan. Awundara ingat betul, jika dalam sebuah aksi, mereka di pertemukan dengan sosok misterius yang memberikan kitab silat tingkat tinggi dan sumber daya berharga, yang pada akh
Detik berganti menit, dan menit berganti pula menjadi jam. Tidak terasa satu hari telah berlalu. Abinawa dan dua rekan seperjalanannya bergegas menuju wilayah bagian selatan yang akan di jadikan lokasi berdirinya sekte mereka.Hutan luas menyambut mereka, pepohonan menjulang tinggi, tidak jauh dari lokasi mereka berdiri terdapat air terjun yang akan menjadi sumber penghidupan sekte ini nantinya. "Di sinilah kita akan mendirikan Sekte, Sekte Naga Langit. Jadi sekarang waktunya untuk bekerja... " Seru Abinawa dengan semangat.Abinawa dengan pedang pusakanya mampu memotong pohon-pohon tinggi itu dengan mudahnya, dia bahkan tidak mengalami kesulitan memindahkan dan membelahnya. Pekerjaan yang harus memakan waktu lama, mampu di selesaikan oleh mereka hanya dalam waktu kurang dari satu hari.Sebuah komplek bangunan sudah berdiri dengan kokohnya. Terdapat tiga bangunan utama yang di fungsikan sebagai tempat latihan dan pembelajaran jurus-jurus. Sementara dua ruangan lainnya di fungsikan seb
Ini harusnya Bab 230. "Siapa dirimu sebenarnya anak muda!!! Aku tidak pernah memiliki urusan denganmu, aku mohon ampunilah aku, aku akan menjadi orang baik dan akan hidup dengan bertanam dan berkebun, aku berjanji," Sorkan memohon ampunan dari pemuda yang berdiri dengan pedang di genggaman tangan kanannya itu. "Mengampuni orang seperti dirimu hanya akan membuat masalah di masa depan, bisa jadi kau akan mencari cara untuk menjadi lebih kuat, setelah itu kau akan menciptakan banyak kekacauan yang akan membuat umat manusia menjadi sengsara, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi... Jadi sebaiknya orang-orang seperti dirimu ada baiknya di lenyapkan saja, " ucap pemuda itu dengan sorot mata yang tajam. Sorkan hanya bisa meneguk selivanya, semua bulu yang ada di tubuhnya berdiri dengan serempak. Pemuda di hadapannya seolah-olah menjelma menjadi iblis haus darah yang akan mencabut nyawanya sebentar lagi. Sorkan menggenggam erat pedangnya, dia tentu tidak ingin mati tanpa memberikan p
Setelah semua masalah yang mendera Kota Tanjung Hitam selesai dan kota itu kembali seperti sediakala, barulah Abinawa melanjutkan perjalanan menuju salah satu desa yang berada di ujung barat yang akan di jadikan berdirinya sekte yang akan mereka dirikan.Tujuan mereka kembali melanjutkan perjalanan memang untuk menuju ujung barat tepat hampir di bawah sinar matahari terbenam. Abinawa akan mendirikan sebuah sekte di sana dan di kemudian hari akan menjadi salah satu kekuatan utama dunia persilatan.Selain itu, Abinawa memiliki tujuan lain, yaitu pusaka legendaris milik salah satu pendekar kera bijaksana, yaitu tongkat Mahadewa. Konon kekuatan pusaka ini hampir sama kuatnya dengan kemampuan pedang naga langit milik Abinawa saat ini.Berita tentang pusaka tongkat Mahadewa tidak banyak di ketahui oleh para pendekar dunia persilatan, karena 100 tahun yang lalu sudah di lakukan pencarian akan tetapi tidak di temukan sehingga di anggap hanya mitos belaka.Namun, Banyu Aji yang memiliki banyak
Nafas Sorkan mulai memburu dan ngos-ngosan. Dia sudah sejak awal terus menyerang pemuda itu, akhirnya memilih bergerak mundur untuk mengatur ulang nafas dan tenaga dalamnya yang mulai terkuras."Siapa sebenarnya dirimu!!! Seingatku kita tidak pernah memilih masalah, aku bahkan tidak mengenalmu," ucap Sorkan.Sorkan yang cukup pintar, tentu memahami dengan betul jika pemuda itu belum menggunakan kemampuannya. Jika pemuda itu mulai serius, nyawanya akan sulit untuk di pertahankan."Siapa diriku itu tidak penting, dan kita memang tidak memiliki masalah, akan tetapi dengan kau mengusik kediama tuan Dasan, maka sama halnya kau sedang mencari masalah denganku... " Tukas pemuda itu, "Aku sudah memberimu pilihan di awal, akan tetapi kau lebih menyukai cara kekerasan, jadi aku tidak akan menahan diri lagi,"Sorkan mengumpat keras, dia tentu tidak bisa meninggalkan kediaman Dasan, tanpa membawa anaknya, Maung Cana bersama dengannya."Berapa yang telah di bayarkan oleh tua Bangka itu kepadamu? K
Sorkan tidak ingin berjudi dengan nasib dan mengambil resiko penyerangan ini gagal, sehingga dia sendiri yang akan turun langsung guna memastikan semuanya berjalan sesuai dengan rencana.Sorkan dan anggotanya menggunakan jubah berwarna hitam, sehingga mereka seolah menyatu dengan alam. Sangat sulit melihat Persero mereka di tengah gelapnya malam. Apalagi bulan dan bintang tidak tampak, seolah mereka tidak ingin melihat pertumpahan darah kembali terjadi di atas muka bumi.Sorkan dan anggotanya mulai masuk ke dalam kediaman walikota itu dengan senyap. Kedatangan mereka tentu tidak disadari oleh para prajurit yang berjaga, karena merekalah menyusup dengan menggunakan ilmu meringan tubuh yang tinggi. Alhasil pergerakan mereka tidak terendus.SRET!!! SRET!!! SRET!!!Tiga sabetan pedang berhasil membuat tiga prajurit kehilangan nyawa hanya dalam beberapa tarikan nafas saja. Gerakan mereka yang dinamis belum terbaca dan belum disadari, sekalipun tiga prajurit sudah kehilangan nyawanya.SRET!
"Jika benar cerita yang tuan sampaikan, apakah tuan tidak curiga jika pemilik kedai minuman itu terlibat dalam masalah yaitu melanda kota ini, di tambah lagi mereka sampai hari ini masih tetap beroperasi," ucap Sumbayu.Dasan yang mendengarnya seolah tersadarkan dari kebodohannya selama ini yang tidak menyadari hal itu. Harusnya sejak awal dia sadar jika pemilik kedai minuman terlibat dalam masalah yang melanda Kota Tanjung Hitam ini."Aku rasa dirimu sudah menyadarinya bukan, tuan. Sebab itulah kami datang kemari untuk membantu kalian, dirimu dan prajurit yang tuan miliki mungkinkah mampu mengalahkan penjaga yang di miliki kedai minuman itu, akan tetapi tidak dengan para pendekar yang berada di belakang kedai minuman itu," jelas Sumbayu.Dasan yang mendengar penjelasan dari Sumbayu merasa pundaknya seperti memikul batu yang berat di punggungnya."Anda tinggal perlu khawatir, Tuan. Seperti yang di katakan oleh rekanku tadi, kedatangan kami kemari untuk membantu kalian agar keluar dari