Tepat saat matahari terbit di ufuk timur, pertempuran di Sekte Naga Putih baru saja usai. Mayat-mayat bergelimpangan dan memenuhi hampir di seluruh sekte.Sekalipun mereka berhasil bertahan dan memenangkan pertempuran, akan tetapi tidak ada satupun yang bersorak riang nan gembira, karena pertempuran ini sudah memakan banyak korban dan kerugian besar yang di alami oleh Sekte Naga Putih.Syak Lanar berdiri di tengah ratusan mayat itu, dia benar-benar tidak pernah membayangkan jika Sekte Naga Putih akan menjadi lokasi pertempuran."Ini masih jauh dari kata berakhir, ini hanya awal dari pertempuran lainnya," ucap Syak Lanar.Syak Lanar lantas bergegas dan bergerak cepat ke arah ruangan Ketua Sekte, Praduta. Namun, betapa terkejutnya Syak Lanar saat menemukan sosok Praduta mengalami luka yang parah dan serius."Ketua, apa yang terjadi padamu? Dan bagaimana bisa kau terluka separah ini," Syak Lanar langsung mengalirkan tenaga dalam ke tubuh Praduta.Syak Lanar jelas berusaha untuk mengurang
Setelah proses pemakaman di langsungkan dengan khidmat, Syak Lanar langsung mengumpulkan semua Tetua sekte yang berhasil selamat dari pertempuran besar itu.Dengan segera aula utama Sekte Naga Putih di penuhi oleh para Tetua dan beberapa murid pilihan untuk hadir dalam pertemuan darurat kali ini."Aku sungguh berterima kasih kepada kalian semua yang sudah menyempatkan waktu untuk menghadiri pertemuan darurat ini... ""Selain itu, aku juga berterima kasih kepada Abinawa dan Sumbayu yang sudah berkontribusi membantu Sekte Naga Putih... " Abinawa dan Sumbayu menanggapi dengan senyuman. Syak Lanar lantas menjelaskan langkah selanjutnya yang akan mereka ambil setelah proses pemakaman untuk Sekte Naga Putih pasca gugurnya Praduta selaku Ketua Sekte."Tetua, aku rasa tidak ada yang akan menolak jika Tetua Syak Lanar yang naik menggantikan Ketua Praduta... ""Benar Tetua, karena Tetua yang paling dekat. Di tambah pula kemampuan Tetua adalah yang terkuat di antara kita semua para Tetua Sekte
Abinawa hanya tersenyum tipis saat menyadari banyak tatapan para Tetua Sekte Naga Putih terarah atau terpusat pada dirinya.Dia sangat sadar jika semua itu di karenakan tindakan dan kekejaman yang di tunjukkan olehnya dalam pertempuran malam itu."Aku tidak terlalu mengambil hati untuk itu, aku jelas menyadari jika tindakanku malam itu tidak mencerminkan aliran putih... Aku juga ingin mempertegas jika hakikatnya aku bukanlah pendekar yang berasal dari aliran putih, aku pendekar tanpa sekte atau lebih di kenal dengan nama pendekar aliran netral.Selain itu, aku dan rekanku kebetulan sedang berada di Kota Sungai Putih pada saat itu dan menemukan keanehan dari banyaknya pendekar yang berkumpul di suatu tempat," jelas Abinawa."Lebih tepatnya, kami merasa curiga atas banyaknya pendekar yang berkumpul di suatu tempat, apalagi sekelas Kota Sungai Putih," sahut Sumbayu yang berada di sebelah Abinawa.
Syak Lanar akhirnya resmi di nyatakan sebagai Ketua Sekte Naga Putih yang baru. Semua tentunya menyambut hal itu dengan baik.Peresmian Syak Lanar sebagai Ketua Sekte yang baru secara simbolis saja, tidak ada perayaan yang berlebihan seperti kultur budaya pada umumnya."Selamat, Tetua. Aku yakin dirimu akan mampu membawa Sekte Naga Putih ini ke arah yang lebih baik lagi," ucap Abinawa sambil mengulurkan tangannya."Terimakasih saudaraku, mohon bantuannya ke depan," Syak Lanar menjabat uluran tangan Abinawa dan memeluk sosok itu dengan erat.Abinawa membalas pelukan Syak Lanar. Dia memiliki kepercayaan jikalau Syak Lanar adalah sosok yang arif dan bijaksana, serta selalu menomor satukan kebenaran di atas kepentingan yang lainnya.Setelah itu, Syak Lanar dan Abinawa terlibat percakapan hangat mengenai perkembangan dunia persilatan. Tidak lupa pula, Abinawa memuji Sekte Naga Putih y
Sudartawa baru tiba di Sekte Naga Putih setelah tiga hari pertempuran usai. Kedatangan rombongan Sudartawa dengan segera di sambut hangat oleh Sekte Naga Putih."Tetua, selamat datang di sekte Naga Putih," Syak Lanar sendiri yang langsung menyambut kedatangan dari Sudartawa.Syak Lanar langsung mengajak rombongan untuk menuju aula utama yang memang berfungsi untuk menyambut tamu yang datang berkunjung ke Sekte Naga Putih."Tetua Lanar, aku mewakili Aliansi benar-benar minta maaf karena datang begitu terlambat dan tidak bisa membantu pada kala pertempuran terjadi... " Ucap Sudartawa yang langsung pada topik pembicaraan utama, tanpa terlalu banyak berbasa-basi seperti pada umumnya."Tidak masalah, Tetua. Aku memaklumi hal itu karena ini terjadi secara tiba-tiba dan tanpa pernah kita perkirakan sebelumnya," balas Syak Lanar.Sudartawa menganggukkan kepalanya, di samping itu dia mengagumi sosok Syak Lanar yang memiliki kemampuan tinggi di usia yang relatif muda, bahkan mungkin dia adalah
Abinawa tanpa terlalu banyak berbasa-basi langsung memberikan dua kitab bela diri yang dia janjikan pada Syak Lanar."Dua kitab ini akan membuat banyak perubahan pada Sekte Naga Putih, akan tetapi aku harap berita ini tidak keluar sebelum kalian semua matang dan siap untuk menghadapi manusia serakah yang menginginkan kitab-kitab bela diri ini ... " "Kitab Naga Suci merupakan kitab bela diri yang memusatkan kemampuan bertarung pada senjata berupa pedang, jadi kalian harus mengubah pola latihan yang lebih berfokus pada gaya bertarung ahli pedang... Dengan kitab ini, aku yakin nama pendekar dari Sekte Naga Putih akan mulai di perhitungkan, karena keunikan dan kehebatan dari jurus pedang ini," Abinawa memberikan kitab berwarna putih cerah itu pada Syak Lanar."Dan ini, Kitab Tenaga Dalam Langit, merupakan kitab yang menjelaskan tentang olah kanuragan dan tenaga dalam tingkat tinggi. Kitab ini akan membantu perkembangan tenaga dalam para murid dengan cepat, dengan kombinasi dua kitab ini
Pasca pertempuran besar yang menewaskan banyak pendekar dari pihak Sekte Naga Putih. Batik Saka terlihat lebih banyak menghabiskan waktu sendiri dan terus berlatih sepanjang hari.Batik Saka jelas bertekad untuk segera menjadi sekuat secepatnya mungkin, karena dia sangat sadar betul jika kejadian serupa dapat kembali terjadi kapanpun tanpa pernah di duga."Aku sungguh mengangum tekad dan keinginanmu untuk menjadi kuat saudaraku... Akan tetapi kau juga harus ingat, jika tubuh butuh istirahat untuk memulihkan diri, jika terlalu di paksa maka akan mengakibatkan dirimu mengalami luka dalam dan berakhir pada terhambatnya perkembangan ilmu kanuraganmu," ucap Abinawa yang sejak beberapa saat yang lalu memperhatikan Batik Saka berlatih.Batik Saka yang menyadari keberadaan dari Abinawa dengan segera menghentikan latihannya. Dia menyarungkan pedangnya dan berjalan ke arah Abinawa."Junior memberi hormat," Batik Saka membungkukkan badannya memberi hormat pada Abinawa. Sikap Batik Saka menjadi l
Chapternya tertukar. *** Sayembara tahap ketiga telah selesai dan hanya menyisahkan 25 orang peserta. Dari 25 orang peserta itu, hanya beberapa orang saja yang benar-benar menunjukkan kemampuan sebagai seorang pendekar dan memiliki bakat besar untuk menjadi seorang pendekar. Arya Dwi Raga adalah salah satu peserta yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anak seusianya. Arya sendiri adalah sosok pemuda berambut merah yang mencuri perhatian pada sayembara tahap ketiga ini. Selain memiliki kemampuan berpedang, sosok ini juga memiliki paras rupawan, sehingga membuat dirinya dengan cepat begitu terkenal di kalangan perempuan. Arya Dwi Raga juga tidak memiliki identitas yang istimewa, dia selama ini hidup bersama dengan seorang janda yang hidup di pinggiran Kota Sungai Putih. Janda itu pula yang mengangkat Arya menjadi anak saat dia masih sangat belia. "Arya, aku sudah memiliki firasat jika suatu hari nanti kau akan menjadi orang besar," ucap perempuan berusia 40 tahun itu. "Ibu, i