Namun belum kering air liur pria itu, Mojopali mendaratkan satu pukulan dengan kuat membuat petugas pengantar pesan itu melayang beberapa lama di udara dan jatuh tepat di tong air.''Rupanya orang ini benar-benar gila seperti yang dikatakan semua orang, seharusnya dia tidak pantas menjadi pemimpin markas cabang." Salah satu dari mereka yang masih duduk diatas punggung kuda melontarkan tanggapan.Mendengar hal itu, Mojopali sangat marah. "Sekarang kau mengatakan aku gila, jadi kalian bertiga memang berniat menghilangkan kesempatanku menjadi pemimpin markas cabang. Matilah kalian semua!"Sehingga Mojopali melepaskan dua serangan serangan sekaligus, mengarah kepada dua orang pengantar pesan yang sedang duduk di atas kuda.Setelah mendapat serangan itu, keduanya tidak tinggal diam, mereka membuka telapak tangan kemudian mengarahkan ke depan. Menahan dua kelebat cahaya kuning yang bersinar.Hingga terjadi ledakan energi, dua orang itu terpental dari atas kuda dan mendarat kasar di dinding
Ini poin pertama dari kitab strategi yang di pelajari. menghancurkan lawan dengan kekuatan mereka sendiri untuk saling membunuh. Serang dengan menggunakan kekuatan lain. Perdaya sekutu untuk menyerang musuh mereka, sogok aparat musuh untuk menjadi pengkhianat atau gunakan kekuatan musuh untuk melawan dirinya sendiri.Biasanya strategi ini di gunakan para penguasa yang memiliki sumber daya yang melimpah.Jadi mereka tidak akan menyerang musuh secara langsung, tapi membayar orang untuk melakukan penyerangan.Namun Galuh Tapa bisa menggunakan strategi ini tanpa ada sogokan. Hanya sedikit tipuan kecil.Galuh Tapa tidak peduli pihak mana yang akan menang dalam perang selanjutnya. Mojopali atau pemimpin markas kecil yang ada dekat sungai? Tidak ada yang berbeda dari dua kelompok itu. Siapa yang akan bertahan, maka akan menghadapi Suban Darah."Siapkan rakit, kita akan menyeberangi sungai setelah pasukan Mojopali."Keesokan harinya, Mojopali membawa ribuan pasukan menuju markas yang jadi tar
"Denganmu tidak salah anak muda, kami memang berniat menghancurkan kelompok itu." Jawab Bagas Sanjaya."Mustahil" timpal pemuda itu." mereka memiliki pasukan yang kuat dan laki-laki tua itu, ilmu kanuragannya sangat hebat." Yang dimaksudnya adalah Mojopali."Apa kau bilang? Kau meragukan kami semua. Dasar kau ini, badan saja yang besar tapi penakut." Bagas Sanjaya menghardik pria itu."Kisanak siapa namamu?" Tanya Galuh Tapa."Abima, tapi aku dipanggil Bi, tuan.""Baiklah Bi, kami tidak bisa terlalu lama mengulur waktu lagi." Galuh Tapa lantas mendekati panglima kumbang, sementara macan hitam itu merendahkan punggungnya. "Kami hargai kebaikanmu dengan memperingatkan kami, tapi kami akan tetap pergi."Sebelum panglima kumbang meninggalkan kampung ini, Bi tiba-tiba saja bersujud kemudian di ikuti oleh semua orang prajurit dari kerajaan Merdanau."Tuan, aku mohon izinkan kami ikut bersama dengan kalian." Bi berujar. ''Kami akan ikut berperang, kami sudah lama menderita. Mungkin adalah ke
Hingga baru saja mereka keluar dari markas kecil itu, mendadak terdengar ledakan di gerbang tembok utama. Asap putih mengepul dari sana, tiga detik kemudian muncul bayangan orang sambil berteriak menyerukan perang."Tembok sudah hancur, gunakan pedang, tinggalkan panah!" teriak penjaga gerbang yang masih berada pada menara pengintai.Namun beberapa menit kemudian orang itu jatuh dengan panah menancap tepat di pangkal lehernya."Tobah...!" Teriak Mojopali. "Aku akan membunuhmu!"Di tempat itu sekarang sedang terjadi pertumpahan darah, panah dan pedang sedang berseliweran.Prajurit-prajurit sedang mulai tumbang dan meregang nyawa, kemudian ada lebih banyak lagi yang terluka. Teriakan memenuhi tempat itu dan sesekali terdengar rintihan.Siyoyo beserta tiga temannya melesat dengan cepat, mereka membunuh lebih banyak prajurit dari yang lainnya. Begitu brutal dan kejam.Pada saat ini, Siyoyo melayang beberapa saat keatas, kemudian dia melemparkan delapan pedang dari hasil rampasan.Beberapa
Sehingga Mojopali menyerang Tobah dengan brutal. Mereka berdua saling menunjukkan kebolehan dengan menggunakan senjata masing-masing.Jika dihitung dengan tenaga dalam Mojopoli adalah pemenangnya, tapi jika dihitung dari gerakan Tobah terlihat lebih lentur dan lincah. Mungkin saja karena faktor usia mereka sangat berbeda.Dalam beberapa kali Tobah hampir berhasil mendaratkan mata balau di leher Mojopali, tapi pria tua itu bisa mengantisipasi serangan seperti itu dengan tenaga dalamnya.Disisi lain, serangan Mojopali terkesan lambat tapi memiliki kekuatan yang besar. Terbukti setiap kali serangan mereka beradu, tangan Tobah selalu bergetar kecil.Namun Tobah orang yang pintar, jadi dia sebisa mungkin menghindari benturan balaunya dan lebih berhati-hati dalam menyerang. Pria itu sekarang lebih banyak menghindar dari pada menyerang.Sementara Mojopali terlalu menghambur-hamburkan tenaga dalam pada setiap serangannya. Sedangkan Tobah malah sebaliknya.Mojopali meluncur kesamping, dan mel
Sementara Tobah meringis kecil, sembilan orang bawahannya melawan tiga orang didepannya mati dengan mudah. Ditekannya ujung balau ketanah, kemudian melayang beberapa saat ke udara sembari melepaskan serangan demi serangan.Ketiga orang itu berniat menebas kakinya, tapi Tobah dengan ilmu meringankan tubuh yang cukup sempurna, bertengger diatas pedang mereka.Salah satu dari ketiga orang itu buru-buru menarik kembali pedangnya, kemudian Tobah diatas angin dengan pedang terhunus ke depan.Namun Tobah sedikit memutar ke kiri, dia pada akhirnya berhasil menancapkan ujung balaunya ditengah dada pria itu.Akkk...suara teriakan pria itu, sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir."Kurang ajar kau telah membunuh anggota kami!""Tidak, aku juga akan membunuh kalian semua." Tobah berkata pelan, wajahnya tetap saja datar dengan mata sayu.Sehingga tidak butuh waktu lama, akhirnya pria itu berhasil melepaskan satu serangan balau pada dada kiri orang berambut paling gondrong diantara ketiga la
Sehingga tidak membutuhkan waktu lama, semua orang mengatakan siap menjadi budak, kecuali hanya beberapa orang yang cukup bodoh melarikan diri dari tempat itu. Mereka sekitar dua puluh orang, berlari tunggang langgang menuju hutan di belakang markas.Galuh Tapa hanya menggelengkan kepala, kemudian memberi isyarat kepada Sunting Sirih untuk menghabisi mereka. Gadis itu tidak membantah dia melompat pada sebuah bangunan paling tinggi di markas itu.Dari tempat itu dia bisa melihat dua puluh orang beranjak sekitar dua ratusan meter dari ujung mata panahnya.Begitu cepat hampir tidak bisa dilihat, lalu dua puluh anak panah melesat melaju secara beriringan tepat di bagian otak kecil mereka.Setelah dia melakukan hal itu, Sunting Sirih segera turun dan mengarahkan mata panahnya pada prajurit yang paling ketakutan diantara prajurit yang lain."Lari lah jika kalian mampu, aku ingin lihat apakah kaki kalian lebih cepat dari mata panahku?" ucapnya.Dengan seketika, seratus delapan puluh prajuri
Bagas Sanjaya beserta Rangga rajasa dibantu dengan belasan prajurit yang lain mengumpulkan semua perlengkapan perang. Sangat banyak sekali, ada sekitar sembilan ratus baju perang serta pedang dan tombak."Senjata ini cukup kuat" Bagas Sanjaya memperhatikan Balau emas yang pernah digunakan oleh Tobah serta pedang yang digunakan Mojopali. "Pakailah pedang ini, sayang sekali aku bukan pendekar pedang."Salah satu prajurit yang cukup kuat, menerima pedang itu dengan ragu. Pedang itu sangat tajam dibanding dengan pedang yang tersandang di pinggangnya."Jangan sungkan, ambillah untukmu."Bagas sanjaya tersenyum kecil."Terimakasih, patih""Ah, jangan memanggil aku patih lagi, kita bukan bagian dari Pasmah lebar."Perlengkapan ini akan berguna. Umumnya Suban Darah dan prajurit Jalang Pasmah mengenakan pakaian ala kadarnya.Namun dengan menggunakan perlengkapan alat ini, akan menambah sedikit pertahanan tubuh mereka. Tidak semua orang memiliki tubuh kuat seperti Bagas Sanjaya.Sedangkan semua