Ular naga meliuk-meliuk di permukaan air beberapa saat, kemudian menyelam setelah itu muncul dengan gigi gigi taring yang bersiap mengoyak-ngoyak Galuh Tapa.Pemuda itu melompat tepat di moncong hidungnya yang berlubang besar, berdiri dengan tatapan tajam. Merasa sangat dihina, ular naga itu mengepiskan lehernya berusaha melemparkan Galuh Tapa.Wush... wush.Pada saat yang sama, dua bayangan pedang Lintang Kuning melesat menghantam wajah naga itu, membuat dia kembali menunjukkan gigi-gigi taring dengan kemarahan.Galuh Tapa dipermukaan air untuk sementara, sebelum kembali menyerang dengan cepat.Dia menyelimuti pedang dengan cahaya api, lalu sembari melepaskan benda kuning itu.Su...suhTerdengar suara pedang pusaka Lintang Kuning yang melesat dengan cepat.''Serangan itu tidak akan berhasil! ''ucap ular nga itu.Dia dengan tubuh besarnya dapat menghindari pedang Galuh Tapa, pedang itu melesat dengan lurus tapi kemudian berhenti di awang-awang.Dan pada saat yang sama, Galuh Tapa meng
Sehingga ular naga tidak dapat menutupi keterkejutannya, betapa tidak bahkan manusia itu dapat membaca niat jahatnya.''Aku yakin para pengawal akan menjemput dirimu disini. ''Galuh Tapa beranjak dari tempatnya. ''Maafkan aku karena sudah melukaimu...''Setelah mengatakan hal itu, tiba-tiba suasana pantai menjadi buruk. Awan hitam bergumpal ditengah laut, ombak besar datang silih berganti dan angin kencang seakan berniat menyapu daratan. Dan pada saat yang sama ada bayangan hitam datang dibawah perairan.Sehingga Galuh Tapa meminta agar semua orang menjauh ketempat yang lebih tinggi. Dia menyadari sesuatu buruk akan terjadi beberapa saat lagi.Itu jelas nampak dari sekelompok ikan yang bergerombol menjauhi bayangan hitam di perairan.''Galuh! itu beberapa ular naga yang sangat besar...''Andaran menjelaskan situasi yang dia lihat. ''Sepertinya salah satu dari mereka raja siluman ini!''''Bagaimanapun aku tidak mungkin mundur, kita harus menyelesaikan ke salah pahaman ini. ''ucap Galuh
Sehingga Galuh terbang cukup tinggi, dia memperhatikan tingkah para lawannya. Pemuda itu tidak berniat melakukan serangan kembali, baginya itu sudah cukup.''Ayah apa kau baik-baik saja? ''wajah mereka semakin panik, setelah melihat wujud sang ular naga perlahan lenyap berganti wujud aslinya, seorang raja dengan tubuh yang kekar.Raja itu tidak sempat menjawab, dia memperhatikan luka di telapak tangan dan kakinya. Rasanya sangat terbakar dan menyayat. Dia kemudian menatap Galuh Tapa. penyesalannya tidak dapat melepaskan pusaka trisulanya pada pemuda itu.''Tapi kali ini dia pasti kena! ''ucap sang raja.Tombak pusaka itu meluncur dengan cepat dari dalam laut menuju kearah Galuh Tapa. BoomPemuda itu tidak menyadari hal itu, jadi dia tidak sempat menghindar. hingga ledakan terjadi diatas awang-awang, asap tebal dan cahaya kilatan terlihat bahkan dari tempat para pengungsi.''Matilah kau dasar manusia sampah. ''Sosok ular naga, tak lain yang bernama nagawiri keluar dari dalam air denga
Kemudian Nagabona menanyakan asal muasal Galuh Tapa dan Andaran.Setelah pemuda itu menjelaskan secara garis besarnya, raja itu manggut-manggut tanda mengerti.''Rupanya kalian kalian memiliki musuh yang sangat kuat, ''sambung Nagabona. ''Jika suatu saat nanti kau membutuhkan pertolongan, maka pergilah ke pesisir pantai, kami akan dengan akan datang dengan bala tentara besar.''Galuh Tapa sangat berterima kasih atas tawaran itu. Meski dia tidak yakin akan bertarung pinggir laut, tapi jika itu sampai terjadi maka pasukan ular naga akan sangat membantu.''Karena kau sudah mengampuni nyawa kami. Maka hidup kami adalah milikmu, ''ucap Nagabona.Tradisi ini sebenarnya banyak ditemukan pada kaum lelembut yang memiliki martabat besar. Ketika nyawa mereka diampuni, maka seluruh hak hidup mereka menjadi milik orang yang mengampuni."Tidak begitu paman, bagiku ini sudah selesai dan hubungan kita akan terjaga sebagai teman ''ucap Galuh Tapa.''Galuh...? ''Nagita berusaha memotong, tapi ucapann
Informasi di alam lelembut sebenarnya lebih muda tersebar dari pada informasi di alam manusia. Karena itulah kakek ular naga itu, menjadi terkejut bukan kepalang, mengingat sesuatu yang disegel diatas puncak gunung dempo.''Apa kau melihat seekor naga bayang dari seranganya?''''Benar Eyang, pemuda itu mengeluarkan seekor naga bayang.''''Kalau begitu tidak salah lagi, kitab pedang bayangan yang disegel di atas gunung dempo sudah diambil. Aku yakin itu perbuatan manusia tersebut!''Berita manusia lelembut yang mempunyai teknik bertarung dari bangsa manusia ratusan tahun yang lalu, membuat seluruh alam lelembut menjadi gempar. Hal itu tidak pernah disangka-sangka sebelumnya.Semua orang bangsa Lelembut mengetahui, bahwa Kumala Sakti memiliki kemampuan setara dewa bahkan bisa menundukkan kedua alam dengan kekuatannya.Hingga akhirnya, murid dari Kumala Sakti malah menurunkan salah satu dari ilmunya pada seorang lelembut, yang bernama Sembadah atau Resi Sembada.''Tabir dari gunung demp
Sungai itu tidaklah deras, malah seperti sebuah parit besar yang sengaja dibuat untuk menghubungkan danau kecil di hilir dengan danau besar di hulunya. Setelah Galuh Tapa perhatikan, rupanya tempat yang mereka tuju memang dikelilingi oleh parit-parit besar.Lebar parit mungkin mencapai tiga puluh meter, berwarna sangat keruh. Tujuannya tentu saja, untuk menghalau serangan yang akan datang.Dengan begitu mereka akan menghujani ratusan anak panah ketika lawan-lawan sibuk menyeberangi parit.Galuh Tapa yakin, didalam parit banyak ranjau. Tapi hal ini akan berlaku jika musuh tidak memiliki ilmu meringankan tubuh yang mumpuni dan sengaja mencebur dalam parit.Salah satu orang diatas menara pengintai berteriak. ''Rombongan terakhir sudah tiba, turunkan jembatan.''Beberapa saat kemudian, suara berderik terdengar. Dapat dilihat sebuah jembatan yang ditegakkan sebagai pintu gerbang masuk, perlahan mulai rebah.Hanya butuh waktu sekitar tiga menit, akhirnya gerbang itu jadi jembatan yang memb
Benar yang dikatakan Cagar Alam, tidak ada yang lemah dari kelompok Kelabang Iblis umumnya level terendah prajurit mereka adalah kelas tanding.Pria itu menatap sesuatu di ujung matanya, tapi belum menemukan hal besar yang dikatakan Galuh Tapa.Namun melihat tatapan serius dan kegelisahan pada macan hitam, Cagar Alam dapat memastikan perkataan pemuda itu nampaknya benar.''Aku harus menyelamatkan para pengungsi! ''Cagar Alam kemudian membunyikan lonceng peringatan, membuat semua orang jadi panik.Hingga para pengungsi yang terlihat kelelahan terpaksa berkumpul, Wajah-wajah mereka terlihat sangat menyedihkan. Bahkan terlihat dari wajah anak-anak terlihat menangis histeris.''Maafkan aku, tapi kalian semua harus melanjutkan perjalanan. ''Cagar Alam memberi instruksi. ''Musuh kita bergerak mendekat, mungkin beberapa menit lagi mereka akan tiba dan menghancurkan kita semua.''Mendengar ucapan itu, semua orang semakin ketakutan. Situasi nampak tegang dan tidak terkendali, bahkan perkataan
Pada saat yang sama, ketika mental mereka sudah hancur belasan panah dengan bubuk hitam meledakan barisan itu dengan mudah.''Jalan setapak adalah medan yang menguntungkan ''ucap Galuh Tapa.Dan itu benar adanya, mereka tidak bisa dengan leluasa menghindari serangan yang datang karena tidak memiliki ruang gerak yang luas.Sekarang tanpa pemimpin mereka seperti kelabang tanpa kepala. Galuh Tapa tersenyum sinis, melihat pasukan besar itu mulai kehilangan akal.Cagar Alam beberapa kali menelan ludahnya, dia masih mengingat perkataan Galuh Tapa yang masih terngiang dibenaknya. ''Apa kau ingat? jika kau bisa menguasai mental mereka, maka kau akan mengalahkan musuh dengan mudah.''Hanya saja Cagar Alam yang baru tahu, bahwa untuk menjatuhkan musuh salah satunya dengan memenggal kepala pemimpinnya.Mereka akan kehilangan arah, yang takut akan mundur sedangkan yang berani bertindak tanpa berpikir panjang.''Tapi tidak aku duga, dia bisa memenggal kepala pemimpinnya semudah itu, ''Cagar Alam b
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa