Bara menatap ke sekitar mencari keberadaan Chang Hui yang menghilang dengan tiba-tiba."Menggunakan itu lagi ya? Pengecut..." ucap Bara lalu menoleh kembali kearah Xue Ruo."Kau ganti pakaian dulu. Aku memiliki pakaian untukmu," kata Bara lalu mengeluarkan sebuah pakaian yang sebelumnya dia beli di sebuah toko pakaian yang ada di kota Yangzhou sebelum mereka pergi ke istana Jiangsu."Kakak jangan melihat kearah sini..." pinta Xue Ruo."Kenapa? Aku menjaga dirimu agar tidak ada yang berbuat usil lagi," kata Bara."Tapi mata kakak Bara yang usil menatap tubuhku," sahut gadis itu dengan wajah memerah.Bara Sena menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lalu dia pun membalikkan tubuhnya. Xue Ruo segera melepas pakaian yang menutupi tubuhnya. Kemudian dia segera memakai pakaian yang Bara berikan.Kini, Putri Kerajaan Jiangsu itu nampak anggun dengan gaun merah semu hitam membuat kulitnya yang putih mulus semakin terlihat can
Bara Sena melangkah dengan perlahan menuju ke pintu yang menghubungkan kamar tersebut dengan kolam pemandian. Sesampainya di depan pintu, langkah pemuda itu pun terhenti."Duh, apa yang aku lakukan? Masa iya aku ingin mengintip orang mandi? apa yang Xue Ruo katakan jika tahu calon suaminya suka mengintip orang? Waduh...Gawat..." batin pemuda itu mulai goyah.Dia bimbang untuk melanjutkan aksinya atau tidak. Dan akhirnya, sebagai seorang pria sejati, Bara pun membalikkan tubuh dan keluar dari kamar. Dia pun duduk didepan pintu kamar tersebut. Pikiran dan hatinya kacau. "Sial...Kenapa napsuku sangat sulit ditahan? Dulu aku biasa saja saat melihat wanita. Tapi sekarang...Aku tidak bisa menahannya sama sekali..." batin Bara sambil meremas kepalanya.Selama beberapa saat lamanya pemuda itu bersandar di depan pintu kamar hingga akhirnya pintu kayu berukirkan sepasang Naga itu terbuka. Bara pun terjengkang ke belakang karena melamun. Celakanya saat
Song Hua mengajak Bara Sena melangkah di atas air. Awalnya pemuda itu sedikit ragu saat melihat istri Jaka Geni itu melangkah dengan tenangnya di atas air seolah di atas daratan saja."Kenapa kita harus berjalan bibi Song Hua?" tanya Bara."Dewi Es tidak suka ada yang terbang di wilayah kekuasaannya. Itu sebabnya ada peraturan tidak tertulis bahwa siapa saja yang ingin datang menuju ke Pulau Es harus berjalan kaki..." kata Song Hua.Bara Sena pun mengangguk paham. Saat kedua kakinya menyentuh air, pemuda itu bisa merasakan hawa dingin yang luar biasa. Namun, istri Jaka Geni itu terlihat biasa-biasa saja. Tentu saja itu membuat Bara heran dan juga takjub."Bisa kah bibi ceritakan mengenai Dewi Es dan Iblis Es?" tanya Bara sambil berjalan.Dia merasa kedinginan berjalan di atas air tersebut. Padahal jarak antara daratan dengan pulau es itu sangat jauh. Jika diperkirakan mungkin akan memakan waktu enam jam perjalanan kaki. Pemuda itu be
Setelah bersusah payah, akhirnya Bara Sena pun berhasil mencapai pantai pulau es tersebut. Begitu kakinya menginjak pantai, tubuh pemuda itu tak kuasa lagi untuk bertahan. Dia pun roboh tak berdaya dalam keadaan tubuh yang membeku. Tubuhnya diselimuti es yang sangat dingin.Song Hua tersenyum melihat Bara Sena yang terkapar tak berdaya."Untungnya , ini hanyalah perjalanan roh. Jika tubuh kasarmu yang sengaja datang kesini, mungkin kau sudah mati ditengah jalan..." kata Song Hua.Bara tidak menyahut sedikit pun. Napasnya tersengal-sengal karena hawa dingin di pulau itu jauh lebih buruk dibanding saat dia berada di kawasan air yang dilaluinya."Ini benar-benar gila...Hawa dingin ini...Aku tidak bisa bertahan..." batin Bara.Tiba-tiba, sebuah portal terbuka di dekat tempat Bara dan Song Hua berada. Dari dalam portal tersebut muncul dua orang wanita cantik berpakaian serba biru sama seperti pakaian yang dikenakan oleh Song Hua.
Bara terheran-heran melihat kemampuan Dewi Es menangkap Bola Api Semesta miliknya. Jelas baru kali ini pemuda itu melihat orang yang mampu menangkap Pukulan tersebut menggunakan tangan kosong.Dewi Es menyeringai ke arah Bara."Kau pikir api seperti ini mempan kepadaku? Yang benar saja. Apalagi kau ini masih anak kecil didepan diriku. Berani sekali bermain api," ucap wanita itu lalu meniup bola api yang ada di tangannya. Dalam sekejap mata saja, bola api itu langsung padam. Bara pun dibuat terkesima olehnya."Apa kau masih ingin memukulku?" tanya Dewi Es masih mempertanyakan hal yang sama. Hal yang membuat Bara kembali naik pitam karna merasa dirrendahkan."Kau pikir aku hanya bermain api? Aku juga memainkan hall yang lain!" kata Bara Sena keras. Aura api di tubuhnya padam. Kini berganti aura ungu yang menandakan dia tengah menggunakan kekuatan Chu Yi.Dewi Es menatap tak berkedip. Lalu, sejurus kemudian dia tersenyum."Keku
Bara tertegun mendengar apa yang wanita itu katakan. Dia tidak tahu sama sekali cara untuk mengeluarkan Ibis Es dari dalam tubuhnya. Bahkan dia sendiri juga belum pernah melihat seperti apa rupa wujud iblis es."Mengeluarkan Iblis Es? Bagaimana caraku mengeluarkan nya?" tanya Bara.Dewi Es tersenyum."Kau tidak tahu caranya?" tanya wanita itu sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke tanah.Bara pun menggeleng karena dia memang tidak tahu cara mengeluarkan Iblis Es dari dalam tubuhnya meski dia tahu, ada kekuatan Iblis di dalam tubuhnya tersebut."Apa kau ingin mencoba caraku?" tanya Dewi Es lagi.Bara Sena tidak langsung menjawab. Dia menebak-nebak, cara apa yang akan dilakukan oleh wanita itu."Sebenarnya aku tahu, ada beberapa kekuatan di dalam tubuh mungilmu itu. Hanya saja, kau tidak tahu cara menggunakannya. Mereka yang ada di dalam tubuhmu hanya akan keluar jika dirimu dalam keadaan sekarat. Saat itulah tubuhm
Lian Xie dan Cakara masih sibuk berbincang tentang masa lalu. Hingga akhirnya mereka kembali membicarakan tentang sosok Pangeran Mahkota Bunga Teratai Ketiga yang dikhawatirkan oleh Dewi Es akan datang ke Pulau Es miliknya.Lalu, siapa sebenarnya Pangeran Mahkota Bunga Teratai Ketiga ini?"Jadi, selama kau berada di dalam tubuh Bara, dia tak akan merasakan hawa kehadiranmu?" tanya Lian Xie."Tentu saja. Bocah itu memang kuat dan menyebalkan. Tapi percayalah, aku bukan Iblis yang mudah dikalahkan olehnya..." kata Iblis Es."Aku menjadi penasaran, kenapa dia berada di penginapan itu? Apakah dia sengaja datang kesana untuk mencari sesuatu?" tanya Dewi Es.Cakara menggelengkan kepalanya."Aku yakin bukan karena itu. Dia adalah seorang Dewa Abadi yang wujudnya selalu seperti anak-anak. Bahkan tingkah dan kelakuannya tidak ubahnya seperti anak seusia dirinya. Mungkin dia datang bersama seseorang...Aku justru menduga kuat, orang te
Bara Sena membuka kedua matanya setelah jiwanya kembali ke dalam tubuhnya yang ada di Penginapan Mewah di kota Yangzhou. Saat dia membuka kedua matanya, yang pertama kali dia lihat adalah Lu Shi yang duduk didepannya."Lu Shi..." lirih Bara.Dia menoleh ke arah kiri, matanya pun membesar melihat Kahiyang Dewi yang duduk bersila sambil melipat kedua tangan di depan dada."Kahiyang Dewi...?" Wajah kedua wanita itu nampak terlihat gelisah. Saat Lu Shi tengah mengangkat wajahnya untuk melihat keadaan Bara, dia terkejut mengetahui pemuda itu sudah membuka matanya. Lu Shi pun menjerit lirih memanggil nama Bara membuat Kahiyang Dewi terkejut dan langsung bangkit berdiri menghampiri mereka berdua."Bara...!" Bara Sena menoleh ke arah Kahiyang Dewi. Kedua wanita itu nampak aneh di mata sang pemuda. Apalagi saat tiba-tiba Kahiyang Dewi menyentuh wajah Bara Sena. Itu hal yang tidak biasa dilakukan oleh wanita tersebut."Ada