Raja Swargapati terdiam terpaku dengan mata melotot. Ingatan yang Dewi Saci tancapkan kedalam kepalanya membuat dia merasa kesakitan yang luar biasa. Tidak hanya itu, cara wanita tersebut menancapkan cacing kecil di kepalanya sama seperti dengan menusukkan sebilah pisau tanpa peduli rasa sakit yang harus dia rasakan. Bahkan darah pun mulai keluar dari mata dan hidung pria tersebut."Kau sudah ingat semuanya? Atau masih belum mengingat janji yang kau umbar waktu itu? Apakah aku perlu menambah lagi ingatan lainnya?" tanya wanita dengan wajah separuh hancur tersebut."Tidak...Cukup...! Aku mohon hentikan ini Saci!" ucap jelmaan Dewa Indra tersebut memelas.Dewi Saci menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia menyeringai lebar dan dari dalam sela daging rusak di wajahnya keluar beberapa cacing yang berjatuhan di atas lantai batu."Aku mengalah selama 5000 tahun...Menjaga tubuh milikmu yang akan dijadikan wadah. Kau berjanji setalah tragedi di Kahyangan Selatan kau akan mencintaiku dan menjadikan
Bara membuka gerbang merah yang mengarah ke lantai ujian Pagoda Dewa. "Masuklah Sun," kata Bara.Tanpa ragu lagi, Raja Kera Iblis itu langsung melompat masuk kedalam gerbang merah. "Apakah ada yang ingin melanjutkan Ujian Pagoda Dewa? Mungkin saja kalian ingin menyelesaikan Ujian ini seperti Kahiyang Dewi." tanya Bara kepada para pengikutnya.Rui Yun maju kedepan."Aku akan mengikuti ujian itu. Apakah boleh?" tanyanya.Pendekar Golok Iblis menatap wajah Rui Yun yang hampir mirip dengan Shi Yun. Dia menganggukkan kepalanya. Wanita itu pun masuk kedalam gerbang merah. Beberapa orang yang lain pun menyusul sesuai ujian terakhir yang mereka jalani.Hingga tersisa Kahiyang Dewi seorang yang sudah menyelesaikan Ujian tersebut. Bara menutup kembali gerbang merah lalu dia pun melangkah masuk kedalam kamarnya. Wanita berambut panjang sepinggang itu pun menyusulnya dengan langkah anggun di belakangnya."Apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanyanya."Aku akan menyelesaikan sesuatu terlebih da
Kahiyang Dewi menatap kearah Golok Iblis yang tiba-tiba bergetar hebat. Sesaat kemudian keluar satu cahaya kekuningan yang membentuk satu sosok pria berkepala botak dengan gigi kelinci yang tak lain adalah Dewa Li Quan.Mereka sama-sama saling pandang karena terkejut."Kau...Bagaimana ada wanita cantik yang lain selain Tian Zu Ning!?" seru Lu Qian."Tian Xu Ning? Siapa dia?" tanya Kahiyang Dewi. Belum sempat Li Quan menjawab, kedua mata Bara Sena telah terbuka lebih dulu dan langsung berkata."Tak ada banyak waktu. Cepat lakukan!" Li Quan sempat diam sejenak sambil menatap sosok yang tergeletak di lantai."Dewa Bumi...? Jadi kau ingin menjadikan tubuh Dewa ini untuk jiwa ayahmu? Bagaimana caranya kau mendapatkan tubuh seindah ini!?" tanyanya."Jangan banyak bertanya. Ayahku sudah tak sabar ingin melihat dunia luar. Cepat lakukan ritual kebangkitan. Aku akan membantu dengan mantera milikku agar keberhasilan ritual ini bisa mencapai titik sempurna." kata Bara menbuat Li Quan tak bisa b
"Bara kecil?" panggil Pendekar Golok Iblis sesuai anjuran Xue Ruo istrinya.Bayi mungil yang lucu itu pun mengedipkan matanya beberapa kali lalu tertawa menggemaskan. Melihat hal itu, Bara pun tak bisa menahan rasa ingin mencium putrinya yang masih bayi. Saat dia hendak mencium, tangan mungil itu mencengkram pipi sang Pendekar dengan lembut.Hal itu semakin membuat Bara merasa bahagia. Karena dia tidak merasakan hal serupa Dengan anak pertamanya, yakni Antasena."Kakak sudah memikirkan nama yang cocok untuknya?" tanya Xue Ruo."Sudah..." sahut Bara sambil membelai pipi bayi lucu bermata biru tersebut."Nama apa yang akan kakak berikan pada sikecil kita?" tanya Xue Ruo dengan mata membesar dan berharap itu adalah nama yang bagus untuk putrinya."Meili Tianshi. Apakah itu cocok untuknya?" kata Bara sambil tersenyum. Kedua mata Xuer Ruo pun berbinar-binar mendengar nama tersebut. Terlihat bahwa dia sangat menyukai nama yang Bara Sena berikan."Meili Tianshi...Itu nama yang sangat indah.
Dewi Biru sungguh dibuat terkejut saat tiba-tiba dia merasakan adanya ledakan kekuatan yang masuk kedalam tubuhnya. Karena hal itulah, tangannya akhirnya terlepas dari tangan Bara Sena.Tubuh pemuda itu terpental ke belakang hingga jatuh terduduk. "Uh...!" rintih pemuda itu sambil menahan tubuhnya agar tidak terjengkang.Saat dia menatap kedepan, satu tangan putih halus terulur kearahnya. Pemuda itu pun menatap kearah sosok cantik jelita yang berdiri didepannya sambil tersenyum manis sekali."Berdirilah, suamiku..." ucap wanita tersebut.Bara menatap sosok cantik tersebut. Dia ternganga melihat kecantikan sang Dewi Biru yang baru saja dia selamatkan. Dan kini dewi itu sudah mengakuinya sebagai suami. Bukan lagi kekasih!Dengan senang Bara meraih tangan tersebut kemudian dia pun berdiri. Saat itulah dia merasakan kedua kakinya lemas."Apa yang terjadi dengan tubuhku..?" batin Bara.Dewi Biru memapah tubuh pemuda itu menuju ke batu besar dimana dia selalu merebahkan tubuhnya. Dia menid
Bara Sena membuka kedua matanya. Yang pertama kali dia lihat didepannya adalah muka hitam dengan kumis tebal tepat didepannya. Sesuatu yang tentu saja sangat mengejutkan baginya."Kau sudah bangun nak?" ucap sosok besar yang tak lain adalah BimaSena, ayahnya."Sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri?" tanya Bara."Tiga hari kau tidak sadarkan diri." sahut Kahiyang Dewi "Tiga hari!?" seru Bara Sena kaget. Saat dia menoleh kearah Kahiyang Dewi, disana telah berkumpul semua orang yang menjadi pengikutnya. Wajah mereka nampak terlihat senang melihat dirinya yang baru saja tersadar."Katakan padaku, apa yang terjadi hingga aku tidak sadarkan diri selama itu." pinta Bara kepada Kahiyang Dewi."Kau kehabisan tenaga dalam. Bahkan kau sempat menjadi tua dengan kulit keriput dan rambut putih. Aku pikir kau tidak akan kembali ke wujud semula. Tapi kami semua bersyukur, satu hari yang lalu kau sudah kembali muda. Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan dirimu. Tapi Xue Ruo menjelaskan bahwa k
Yang Yue Fei menarik tangan Antasena sambil mencubit nya dengan keras membuat bocah itu meringis kesakitan."Aduh sakit ibu!" teriaknya kesal.Kedua mata Yue Fei melotot marah."Kau sungguh kurang ajar pada kakekmu sendiri!" umpatnya marah. Antasena nampak ketakutan dimarahin oleh ibunya. Benar-benar diluar dugaan sama sekali. Karena semua orang mengira tidak ada yang Antasena takuti sehingga dia berani kurang ajar kepada siapa pun. Ternyata dia sangat takut melihat ibunya marah.Bima yang melihat itu merasa tidak tega lalu mendatangi Yue Fei dan Antasena. Dia berlutut sehingga mereka tidak terlalu mendongak kan kepala."Aku tidak apa-apa. Jangan kau memarahinya seperti itu Yue Fei. Dia terlihat ketakutan." ucap Bima sambil mengelus kepala Antasena yang tidak lebih besar dari kepalan tangannya.Yue Fei tak berani menatap Bima yang memang secara kasat mata memang terlihat menyeramkan dengan wajah sangar kulit hitam dan kumis melintang. Siapa pun akan keder duluan melihat tampang Bima
Zhou Lin benar-benar semakin terpukul hatinya setelah mendengar saudara beda ibu lainnya yang tak lain adalah Song Yue dan Chang Mei sudah mencapai Ranah Alam Dewa. Padahal sebelumnya mereka berdua masih berada di bawahnya."Bagaimana cara dia membantu kakak...?" tanya Zhou Lin."Kau tanyakan sendiri padanya. Aku tidak punya waktu menjelaskannya padamu." sahut Zhou Yin ketus lalu dia pun melangkah menuju ke Istana nya. Para tetua masih bersujud di depan bangunan besar tersebut."Kalian semua, berdirilah!" ucapnya sambil terus berlalu menuju kedalam bangunan besar berwarna merah.Belasan tetua tersebut segera bangkit berdiri lalu mengikuti masuk kedalam istana. Sementara itu, Bara Sena nampak melangkah kearah istana. Zhou Lin yang tahu itu segera memanggilnya."Hei...Kau! Berhenti...!" Pendekar Golok Iblis pun berhenti melangkah. Dia tidak menoleh sama sekali. Sementara, Zhou Lin berusaha bangkit berdiri dengan susah payah. Bara tak percaya Zhou Yin memiliki kekuatan yang sangat menge