Antaga terdiam mendengar gertakan Jaka Geni yang jelas bukanlah main-main baginya."Kau mengungkit kenangan buruk itu anak muda. Sungguh tak bisa ku percaya, adikku kalah olehmu. Betapa lemahnya dia setelah menjadi penguasa hanya karena parasnya. Kau pikir aku akan takut dengan gertak sambal yang kau lontarkan!? Aku bukanlah Manikmaya yang memiliki sedikit perasaan welas di dalam hatinya...Kau akan merasakan ancaman yang sesungguhnya dari kami yang ada di dunia bawah anak muda!" kata Antaga sambil melotot.Jaka Geni tersenyum kecil. Kedua matanya seketika menyala merah. Saat itu juga bumi berguncang hebat hanya karena Batara Geni mengerahkan kemampuan."Antaga...Jangan kau pikir aku hanya mengancam dirimu. Aku bisa melacak tubuhmu meskipun kau bersembunyi di balik Neraka sekalipun. Bagaimana? Apakah kau ingin pembuktian?" kata Jaka Geni lalu tangan kirinya terangkat kedepan. Jari telunjuknya mengarah ke Antaga yang tak bergeming di tempatnya."Kau ingin mengajak peperangan denganku?"
Sun Wukong membuka matanya dengan nanar. Cahaya kuning keemasan keluar dari dalam tubuhnya dan menyala hingga beberapa saat lamanya. Dia menatap kearah dua tangannya sambil tersenyum lebar."Aku...Aku baru saja menembus tingkat akhir yang sudah lama aku harapkan! Sebentar lagi aku akan menjadi Dewa Pelindung!" teriaknya kegirangan.Bara Sena dan Kahiyang Dewi yang duduk tak jauh darinya saling pandang dan tersenyum. Tiba-tiba Raja Kera Iblis itu sudah berada di depannya dan langsung memeluk Bara dengan erat sambil tertawa-tawa."Terimakasih saudaraku! Terimakasih saudaraku! Sekarang kau adalah saudaraku!" teriaknya sambil terus memeluk erat. Kahiyang Dewi yang melihat itu tak bisa menahan tawanya. Dia pun tertawa sambil menutup mulutnya. Sementara, Bara Sena tak berkutik dipeluk oleh makhluk berbulu tersebut."Hei! Kau bisa membunuhku dengan bulu-bulumu!" teriak Bara berusaha mendorong tubuh Sun Wukong. Namun karena makhluk itu sangat kuat, dia tak bisa melepaskan pelukannya. Hingga
"Lep...Lepaskan a..aku!" lirih Raja Pati yang mulai merasakan dingin di seluruh tubuhnya. Dia mulai lemas dan tidak mampu lagi menggerakkan tangannya. Dewi Saci membuang mukanya kearah lain. Saat itu juga cacing merah yang melilit leher pria itu pun melonggarkan lilitannya sehingga dia terlepas dan roboh diatas batu."Katakan apa yang ingin kau katakan sebelum aku membunuhmu. Kesabarannku sudah habis, Sakra!" kata Dewi Saci.5000 tahun yang lalu...Istana Keluarga Dewa Perang Luo Bao nampak meriah. Banyak pernak pernik yang terpasang di setiap bangunan yang ada di wilayah Keluarga Luo Bao. Hari ini adalah hari untuk memperingati naiknya keluarga Luo ke Kahyangan Utara.Keramaian itu semakin marak saat Istana Luo mendapat seorang tamu dari selatan. Luo Bao sebagai pemimpin keluarga datang menyambut tamu istimewa tersebut di depan gerbang istana. Satu sosok pria gagah berparas tampan dengan wajah terkesan keras dan angkuh melangkah turun dari kereta terbang yang ditarik oleh kuda terban
Luo Bao tidak berkutik mendengar apa yang Luo Yixi katakan. Karena gadis itu berkata apa adanya. sambil menghela napas dia pun berdiri dengan tegap sambil menatap kearah gadis tersebut."Baiklah, aku kalah." ucapnya pendek.Beberapa Dewa pelayan segera masuk ke halaman dengan tergopoh-gopoh sambil membawakan pakaian sang Dewa Perang. Pria besar itu pun segera mengenakan pakaian miliknya."Sayang sekali Dewa Indra...Baru saja aku mulai merasakan kesenangan, pertarungan ini harus berakhir begitu saja. Aku menyesal bertaruh 10 jurus denganmu. Lain kali, aku akan menunggu saat kita berhadapan dan adu kekuatan. Aku penasaran, seberapa kuat dirimu, Dewa Indra." kata Luo Bao.Dewa Indra melayang turun lalu menyatukan kedua telapak tangannya sambil tersenyum."Kau terlalu memuji Dewa Luo, itu tadi hanyalah sebuah keberuntungan. Kau bahkan hampir saja membunuhku. Tentu saja akan menjadi tantangan tersendiri jika aku harus melawan orang yang pernah bertarung melawan Dewata Wisnu..." ucap Dewa I
Raja Swargapati terdiam terpaku dengan mata melotot. Ingatan yang Dewi Saci tancapkan kedalam kepalanya membuat dia merasa kesakitan yang luar biasa. Tidak hanya itu, cara wanita tersebut menancapkan cacing kecil di kepalanya sama seperti dengan menusukkan sebilah pisau tanpa peduli rasa sakit yang harus dia rasakan. Bahkan darah pun mulai keluar dari mata dan hidung pria tersebut."Kau sudah ingat semuanya? Atau masih belum mengingat janji yang kau umbar waktu itu? Apakah aku perlu menambah lagi ingatan lainnya?" tanya wanita dengan wajah separuh hancur tersebut."Tidak...Cukup...! Aku mohon hentikan ini Saci!" ucap jelmaan Dewa Indra tersebut memelas.Dewi Saci menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia menyeringai lebar dan dari dalam sela daging rusak di wajahnya keluar beberapa cacing yang berjatuhan di atas lantai batu."Aku mengalah selama 5000 tahun...Menjaga tubuh milikmu yang akan dijadikan wadah. Kau berjanji setalah tragedi di Kahyangan Selatan kau akan mencintaiku dan menjadikan
Bara membuka gerbang merah yang mengarah ke lantai ujian Pagoda Dewa. "Masuklah Sun," kata Bara.Tanpa ragu lagi, Raja Kera Iblis itu langsung melompat masuk kedalam gerbang merah. "Apakah ada yang ingin melanjutkan Ujian Pagoda Dewa? Mungkin saja kalian ingin menyelesaikan Ujian ini seperti Kahiyang Dewi." tanya Bara kepada para pengikutnya.Rui Yun maju kedepan."Aku akan mengikuti ujian itu. Apakah boleh?" tanyanya.Pendekar Golok Iblis menatap wajah Rui Yun yang hampir mirip dengan Shi Yun. Dia menganggukkan kepalanya. Wanita itu pun masuk kedalam gerbang merah. Beberapa orang yang lain pun menyusul sesuai ujian terakhir yang mereka jalani.Hingga tersisa Kahiyang Dewi seorang yang sudah menyelesaikan Ujian tersebut. Bara menutup kembali gerbang merah lalu dia pun melangkah masuk kedalam kamarnya. Wanita berambut panjang sepinggang itu pun menyusulnya dengan langkah anggun di belakangnya."Apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanyanya."Aku akan menyelesaikan sesuatu terlebih da
Kahiyang Dewi menatap kearah Golok Iblis yang tiba-tiba bergetar hebat. Sesaat kemudian keluar satu cahaya kekuningan yang membentuk satu sosok pria berkepala botak dengan gigi kelinci yang tak lain adalah Dewa Li Quan.Mereka sama-sama saling pandang karena terkejut."Kau...Bagaimana ada wanita cantik yang lain selain Tian Zu Ning!?" seru Lu Qian."Tian Xu Ning? Siapa dia?" tanya Kahiyang Dewi. Belum sempat Li Quan menjawab, kedua mata Bara Sena telah terbuka lebih dulu dan langsung berkata."Tak ada banyak waktu. Cepat lakukan!" Li Quan sempat diam sejenak sambil menatap sosok yang tergeletak di lantai."Dewa Bumi...? Jadi kau ingin menjadikan tubuh Dewa ini untuk jiwa ayahmu? Bagaimana caranya kau mendapatkan tubuh seindah ini!?" tanyanya."Jangan banyak bertanya. Ayahku sudah tak sabar ingin melihat dunia luar. Cepat lakukan ritual kebangkitan. Aku akan membantu dengan mantera milikku agar keberhasilan ritual ini bisa mencapai titik sempurna." kata Bara menbuat Li Quan tak bisa b
"Bara kecil?" panggil Pendekar Golok Iblis sesuai anjuran Xue Ruo istrinya.Bayi mungil yang lucu itu pun mengedipkan matanya beberapa kali lalu tertawa menggemaskan. Melihat hal itu, Bara pun tak bisa menahan rasa ingin mencium putrinya yang masih bayi. Saat dia hendak mencium, tangan mungil itu mencengkram pipi sang Pendekar dengan lembut.Hal itu semakin membuat Bara merasa bahagia. Karena dia tidak merasakan hal serupa Dengan anak pertamanya, yakni Antasena."Kakak sudah memikirkan nama yang cocok untuknya?" tanya Xue Ruo."Sudah..." sahut Bara sambil membelai pipi bayi lucu bermata biru tersebut."Nama apa yang akan kakak berikan pada sikecil kita?" tanya Xue Ruo dengan mata membesar dan berharap itu adalah nama yang bagus untuk putrinya."Meili Tianshi. Apakah itu cocok untuknya?" kata Bara sambil tersenyum. Kedua mata Xuer Ruo pun berbinar-binar mendengar nama tersebut. Terlihat bahwa dia sangat menyukai nama yang Bara Sena berikan."Meili Tianshi...Itu nama yang sangat indah.