Sun Wukong membuka matanya dengan nanar. Cahaya kuning keemasan keluar dari dalam tubuhnya dan menyala hingga beberapa saat lamanya. Dia menatap kearah dua tangannya sambil tersenyum lebar."Aku...Aku baru saja menembus tingkat akhir yang sudah lama aku harapkan! Sebentar lagi aku akan menjadi Dewa Pelindung!" teriaknya kegirangan.Bara Sena dan Kahiyang Dewi yang duduk tak jauh darinya saling pandang dan tersenyum. Tiba-tiba Raja Kera Iblis itu sudah berada di depannya dan langsung memeluk Bara dengan erat sambil tertawa-tawa."Terimakasih saudaraku! Terimakasih saudaraku! Sekarang kau adalah saudaraku!" teriaknya sambil terus memeluk erat. Kahiyang Dewi yang melihat itu tak bisa menahan tawanya. Dia pun tertawa sambil menutup mulutnya. Sementara, Bara Sena tak berkutik dipeluk oleh makhluk berbulu tersebut."Hei! Kau bisa membunuhku dengan bulu-bulumu!" teriak Bara berusaha mendorong tubuh Sun Wukong. Namun karena makhluk itu sangat kuat, dia tak bisa melepaskan pelukannya. Hingga
"Lep...Lepaskan a..aku!" lirih Raja Pati yang mulai merasakan dingin di seluruh tubuhnya. Dia mulai lemas dan tidak mampu lagi menggerakkan tangannya. Dewi Saci membuang mukanya kearah lain. Saat itu juga cacing merah yang melilit leher pria itu pun melonggarkan lilitannya sehingga dia terlepas dan roboh diatas batu."Katakan apa yang ingin kau katakan sebelum aku membunuhmu. Kesabarannku sudah habis, Sakra!" kata Dewi Saci.5000 tahun yang lalu...Istana Keluarga Dewa Perang Luo Bao nampak meriah. Banyak pernak pernik yang terpasang di setiap bangunan yang ada di wilayah Keluarga Luo Bao. Hari ini adalah hari untuk memperingati naiknya keluarga Luo ke Kahyangan Utara.Keramaian itu semakin marak saat Istana Luo mendapat seorang tamu dari selatan. Luo Bao sebagai pemimpin keluarga datang menyambut tamu istimewa tersebut di depan gerbang istana. Satu sosok pria gagah berparas tampan dengan wajah terkesan keras dan angkuh melangkah turun dari kereta terbang yang ditarik oleh kuda terban
Luo Bao tidak berkutik mendengar apa yang Luo Yixi katakan. Karena gadis itu berkata apa adanya. sambil menghela napas dia pun berdiri dengan tegap sambil menatap kearah gadis tersebut."Baiklah, aku kalah." ucapnya pendek.Beberapa Dewa pelayan segera masuk ke halaman dengan tergopoh-gopoh sambil membawakan pakaian sang Dewa Perang. Pria besar itu pun segera mengenakan pakaian miliknya."Sayang sekali Dewa Indra...Baru saja aku mulai merasakan kesenangan, pertarungan ini harus berakhir begitu saja. Aku menyesal bertaruh 10 jurus denganmu. Lain kali, aku akan menunggu saat kita berhadapan dan adu kekuatan. Aku penasaran, seberapa kuat dirimu, Dewa Indra." kata Luo Bao.Dewa Indra melayang turun lalu menyatukan kedua telapak tangannya sambil tersenyum."Kau terlalu memuji Dewa Luo, itu tadi hanyalah sebuah keberuntungan. Kau bahkan hampir saja membunuhku. Tentu saja akan menjadi tantangan tersendiri jika aku harus melawan orang yang pernah bertarung melawan Dewata Wisnu..." ucap Dewa I
Raja Swargapati terdiam terpaku dengan mata melotot. Ingatan yang Dewi Saci tancapkan kedalam kepalanya membuat dia merasa kesakitan yang luar biasa. Tidak hanya itu, cara wanita tersebut menancapkan cacing kecil di kepalanya sama seperti dengan menusukkan sebilah pisau tanpa peduli rasa sakit yang harus dia rasakan. Bahkan darah pun mulai keluar dari mata dan hidung pria tersebut."Kau sudah ingat semuanya? Atau masih belum mengingat janji yang kau umbar waktu itu? Apakah aku perlu menambah lagi ingatan lainnya?" tanya wanita dengan wajah separuh hancur tersebut."Tidak...Cukup...! Aku mohon hentikan ini Saci!" ucap jelmaan Dewa Indra tersebut memelas.Dewi Saci menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia menyeringai lebar dan dari dalam sela daging rusak di wajahnya keluar beberapa cacing yang berjatuhan di atas lantai batu."Aku mengalah selama 5000 tahun...Menjaga tubuh milikmu yang akan dijadikan wadah. Kau berjanji setalah tragedi di Kahyangan Selatan kau akan mencintaiku dan menjadikan
Bara membuka gerbang merah yang mengarah ke lantai ujian Pagoda Dewa. "Masuklah Sun," kata Bara.Tanpa ragu lagi, Raja Kera Iblis itu langsung melompat masuk kedalam gerbang merah. "Apakah ada yang ingin melanjutkan Ujian Pagoda Dewa? Mungkin saja kalian ingin menyelesaikan Ujian ini seperti Kahiyang Dewi." tanya Bara kepada para pengikutnya.Rui Yun maju kedepan."Aku akan mengikuti ujian itu. Apakah boleh?" tanyanya.Pendekar Golok Iblis menatap wajah Rui Yun yang hampir mirip dengan Shi Yun. Dia menganggukkan kepalanya. Wanita itu pun masuk kedalam gerbang merah. Beberapa orang yang lain pun menyusul sesuai ujian terakhir yang mereka jalani.Hingga tersisa Kahiyang Dewi seorang yang sudah menyelesaikan Ujian tersebut. Bara menutup kembali gerbang merah lalu dia pun melangkah masuk kedalam kamarnya. Wanita berambut panjang sepinggang itu pun menyusulnya dengan langkah anggun di belakangnya."Apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanyanya."Aku akan menyelesaikan sesuatu terlebih da
Kahiyang Dewi menatap kearah Golok Iblis yang tiba-tiba bergetar hebat. Sesaat kemudian keluar satu cahaya kekuningan yang membentuk satu sosok pria berkepala botak dengan gigi kelinci yang tak lain adalah Dewa Li Quan.Mereka sama-sama saling pandang karena terkejut."Kau...Bagaimana ada wanita cantik yang lain selain Tian Zu Ning!?" seru Lu Qian."Tian Xu Ning? Siapa dia?" tanya Kahiyang Dewi. Belum sempat Li Quan menjawab, kedua mata Bara Sena telah terbuka lebih dulu dan langsung berkata."Tak ada banyak waktu. Cepat lakukan!" Li Quan sempat diam sejenak sambil menatap sosok yang tergeletak di lantai."Dewa Bumi...? Jadi kau ingin menjadikan tubuh Dewa ini untuk jiwa ayahmu? Bagaimana caranya kau mendapatkan tubuh seindah ini!?" tanyanya."Jangan banyak bertanya. Ayahku sudah tak sabar ingin melihat dunia luar. Cepat lakukan ritual kebangkitan. Aku akan membantu dengan mantera milikku agar keberhasilan ritual ini bisa mencapai titik sempurna." kata Bara menbuat Li Quan tak bisa b
"Bara kecil?" panggil Pendekar Golok Iblis sesuai anjuran Xue Ruo istrinya.Bayi mungil yang lucu itu pun mengedipkan matanya beberapa kali lalu tertawa menggemaskan. Melihat hal itu, Bara pun tak bisa menahan rasa ingin mencium putrinya yang masih bayi. Saat dia hendak mencium, tangan mungil itu mencengkram pipi sang Pendekar dengan lembut.Hal itu semakin membuat Bara merasa bahagia. Karena dia tidak merasakan hal serupa Dengan anak pertamanya, yakni Antasena."Kakak sudah memikirkan nama yang cocok untuknya?" tanya Xue Ruo."Sudah..." sahut Bara sambil membelai pipi bayi lucu bermata biru tersebut."Nama apa yang akan kakak berikan pada sikecil kita?" tanya Xue Ruo dengan mata membesar dan berharap itu adalah nama yang bagus untuk putrinya."Meili Tianshi. Apakah itu cocok untuknya?" kata Bara sambil tersenyum. Kedua mata Xuer Ruo pun berbinar-binar mendengar nama tersebut. Terlihat bahwa dia sangat menyukai nama yang Bara Sena berikan."Meili Tianshi...Itu nama yang sangat indah.
Dewi Biru sungguh dibuat terkejut saat tiba-tiba dia merasakan adanya ledakan kekuatan yang masuk kedalam tubuhnya. Karena hal itulah, tangannya akhirnya terlepas dari tangan Bara Sena.Tubuh pemuda itu terpental ke belakang hingga jatuh terduduk. "Uh...!" rintih pemuda itu sambil menahan tubuhnya agar tidak terjengkang.Saat dia menatap kedepan, satu tangan putih halus terulur kearahnya. Pemuda itu pun menatap kearah sosok cantik jelita yang berdiri didepannya sambil tersenyum manis sekali."Berdirilah, suamiku..." ucap wanita tersebut.Bara menatap sosok cantik tersebut. Dia ternganga melihat kecantikan sang Dewi Biru yang baru saja dia selamatkan. Dan kini dewi itu sudah mengakuinya sebagai suami. Bukan lagi kekasih!Dengan senang Bara meraih tangan tersebut kemudian dia pun berdiri. Saat itulah dia merasakan kedua kakinya lemas."Apa yang terjadi dengan tubuhku..?" batin Bara.Dewi Biru memapah tubuh pemuda itu menuju ke batu besar dimana dia selalu merebahkan tubuhnya. Dia menid
Sosok wanita yang baru saja membukakan pintu terkejut dengan kemunculan pemuda tampan yang tahu nama dirinya dan siapa suaminya. "Kau siapa? Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya wanita tersebut. "Aku tahu dari Kahiyang Dewi semua tentang Gandi dan dirimu. Bolehkah aku masuk? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," kata Bara. "Oh...Sebentar, aku sendirian di rumah ini..." ucap wanita itu seolah enggan menerima tamu seorang pemuda tampan yang dia tak tahu siapa orang tersebut. "Ada aku Sinta," terdengar satu suara dari balik tubuh Bara Sena. Saat wanita itu melongok keluar pintu, dia melihat Raja Kartikeyasingha yang berdiri di belakang sang Pendekar Golok Iblis. "Paman...! Kalau begitu silahkan masuk!" kata Sinta sambil membuka pintu lebar-lebar. Dia merasa tenang setelah melihat Raja Kalinggapura tersebut ada disana. Itu artinya dia tidak sendirian. Bara dan Raja duduk di sebuah kursi kayu. Sementara Rara Sinta membuatkan minuman panas. Aroma teh yang wangi mengingatkan B
Tak terasa, perjalanan Bara Sena dan armada Kekaisaran Zhou sudah memasuki kawasan laut Jawa. Itu artinya sebentar lagi mereka akan sampai di Pelabuhan Kalingga. Sebelum sampai kesana, Bara mengajak semua pengikutnya untuk memasuki Lantai Rahasia yang dia dapatkan setelah mengalahkan Dewa Hong di Lantai 100 Ujian Pagoda Dewa.Di lantai tersebut Bara menemukan banyak harta Karun yang tentu saja tidak dia makan sendiri. Para pengikutnya pun mendapatkan banyak harta Karun untuk menunjang kemampuan bertarung mereka. Bara mendapatkan satu gelang perak yang memiliki kemampuan untuk menahan tenaga dalam. Dia memberikan gelang tersebut kepada anaknya yang masih kecil dari Dewi Biru Xue Ruo bernama Meili Tianshi. Hal itu dikarenakan gadis bayi itu belum mampu mengendalikan kekuatannya yang sangat besar. Akan sangat berbahaya jika sampai tak terkendali diluar sana. Meili bisa menjadi bencana bagi manusia.Harta Dewa Hong terlalu banyak sehingga mereka semua bingung memilih harta untuk kemampuan
Clep!Ranting itu menancap di bagian paling memalukan Dewa Angin Hong Li. Sontak saja hal itu membangunkan Dewa yang baru saja terkapar setelah terkena jurus ilusi milik Kala."Bocah keparat! Apa yang kau lakukan padaku!?" teriak Dewa Hong marah namun dia tak bisa bergerak sama sekali."Oh...! Maaf! Aku kira kau sudah mati!" sahut Bara lalu dia membuang ranting yang dia gunakan untuk menyogok tubuh Dewa tersebut."Aku kalah darimu...Kau pantas menjadi pemilik Pagoda Dewa ini..Dan sebagai hadiah, kau akan mendapatkan sebagian kekuatan yang aku simpan di dalam peti ini...Anggap saja ini sebagai hadiah untuk pemilik baru, bukan hadiah karena kau telah mengalahkan aku. Namun tetap saja, kau akan mendapatkan hadiah sesuai yang telah di tetapkan di Ujian Pagoda Dewa ini..." kata Dewa Hong masih dalam keadaan tengkurap.Sebuah peti perak muncul di hadapan Bara Sena. Dengan rasa penasaran yang tinggi, pemuda itu pun membuka peti tersebut. dan didalam peti itu nampak sebutir pil berwarna putih
Blaaaarrr!!!Ledakan keras menggelegar terdengar saat tinju Bara Sena menghujam. Awalnya pemuda itu yakin serangannya akan membuahkan hasil. Namun ternyata, Dewa Hong tak semudah yang dia kira. Sesuatu yang menyerupai penutup kepala untuk prajurit perang menutupi kepala pria bernama Hong Li tersebut. Dan pelindung kepala itu tercipta dari kekuatan angin miliknya. Ledakan keras tercipta setelah tinju Bara menghantam pelindung tersebut dikarenakan pelindung itu memiliki kekuatan badai yang mampu menahan serangan apa pun!Disaat Bara tercengang dan kaget dengan apa yang dilihatnya, tangan Dewa Hong tiba-tiba saja sudah mencengkram kaki kanannya. Lalu denga satu kali tarikan, tubuh pemuda itu pun menghantam tanah dari pulau terbang tersebut dengan sangat keras hingga tanah itu hancur."Kau cukup pandai juga. Tapi sayangnya aku bukan Dewa lemah yang bisa dengan mudah kau kalahkan anak muda!" kata Dewa Hong lalu dia kembali mengayunkan tubuh Bara yang masih ada dalam cengkraman tangannya ke
Tubuh sosok bersayap kelelawar itu terbakar hebat dan seketika berubah menjadi abu dalam waktu sekejap mata. Dan yang tersisa disana hanya ada satu butiran kecil yang menyala. Itu adalah Inti Jiwa dari makluk tersebut. Bara mengarahkan tanganya ke benda tersebut sehingga benda berbentuk kelereng itu melayang terbang kearahnya.Setelah Inti Jiwa dari makhluk tersebut ada di tangannya, Bara tersenyum kecil."Aku kira akan menjadi Inti Jiwa yang bagus...Huh, ternyata hanya setingkat ini." gerutu nya lalu dia pun menelan butiran inti jiwa tersebut. Yui yang melihat itu terkejut."Hei! Kau langsung telan Inti Jiwa itu mentah-mentah!?" serunya.Bara menoleh dan alis kanannya sedikit terangkat."Kenapa?" tanyanya."Kau...Apakah kau sering melakukan ini?" tanya Yui yang masih ada di gendonga pemuda tersebut."Tentu saja dan itu tak masalah sama sekali bagiku," kata Bara."Bodoh! Kau menyiksa tubuhmu sendiri jika kau melakukan itu dalam waktu lama!" kata Yui membuat mata Bara terbelalak."Apa
Bara Sena melangkah dengan perlahan memasuki Hutan Mati dimana semua pohon yang ada disana hanyalah pohon kering tanpa daun sama sekali. Yui yang berada di gendongan punggung sang pemuda hanya bisa ikut mengawasi keadaan di sekitar dengan waspada."Tak ada pergerakan apa pun yang aku rasakan," kata Bara dengan suara lirih."Justru karena sepi seperti ini kita harus meningkatkan kewaspadaan...Aku merasa gelisah sejak tadi...Kau tahu bukan, bagaimana seekor ular yang gelisah merasakan hawa kehadiran yang tidak jelas?" sahut Yui membuka Bara mengangguk paham.Setiap langkah kaki pemuda itu meninggalkan jejak api yang menyala. Setelah perjalanan hampir mencapai di Kuil, barulah Bara Sena merasakan ada sesuatu yang mengikutinya dari belakang."Sepertinya mereka mulai datang...Aku bisa merasakan ada beberapa ekor yang mengawasi pergerakan kita," bisik Yui."Aku tahu. Tenang saja, setelah sampai di Kuil, kau cukup duduk saja dan menantiku..." kata Bara. Yui mengangguk pelan.Pendekar Golok I
Bara Sena yang saat itu dalam wujud Iblis Neraka melangkah melewati bebatuan tinggi yang tersebar di sejauh mata memandang."Apa di tempat ini hanya ada batu-batu aneh seperti ini?" tanya Bara."Benar. Lembah ini dipenuhi oleh batu-batu ini. Tapi, ada beberapa wilayah seperti hutan mati, lalu ada juga wilayah yang bersalju. Sejauh ini hanya itu yang aku tahu," kata Yui."Hm...selama ribuan tahun, kau juga tak menemukan keberadaan Mahkota Raja itu sama sekali?" tanya Bara.Yui tersenyum kecut."Kau sudah tahu itu.Kalau aku menemukan mahkota tersebut, tidak mungkin aku terus berada di tempat aneh ini terpenjara seumur hidup." kata Yui dengan wajah terlihat kesal.Bara hanya tersenyum kecil melihat wajah cemberut Yui. Dia kembali melangkah dan wanita itu mengikutinya dari belakang. Setelah berjalan cukup lama menembus bebatuan yang menjulang tinggi, tiba-tiba Bara Sena mendadak berhenti."Tunggu...! Didepan sana ada sesuatu..." ucap pemuda tersebut.Yui yang berada di belakang Pendekar G
Bara Sena tertegun mendengar apa yang wanita itu katakan. Dia sama sekali tak terpikir bahwa lembah itu hanya untuk menghukum atau mengutuk para Dewa saja. Itu sebabnya lembah tersebut bernama Lembah Kutukan Dewa."Tapi...Kenapa kekuatan Iblis di dalam tubuhku tak bisa keluar?" nyeletuk pemuda tersebut tanpa sadar membuat wanita itu berjalan mengitari api unggun lalu mendekat kearah Bara Sena. "Iblis? Jadi didalam tubuhmu ada iblis?" tanya wanita tersebut.Bara sempat ragu dan merasa menyesal sudah berkata yang seharusnya tidak dia katakan. Tapi karena sudah kepalang tanggung, akhirnya dia menjawab dengan anggukkan kepala. Wajah wanita itu tiba-tiba menjadi terlihat berseri."Kalau begitu, kau bisa memiliki kekuatan Iblis itu!" serunya sambil meraih tangan Bara Sena. Sontak saja pemuda itu menarik kembali tanganya dari tangan wanita tersebut."Bagaimana caranya?" tanya Bara. Dia melihat wajah tak suka dari wanita itu setelah tangannya yang tengah di pegang oleh si wanita dia tarik ke
Suara aneh yang terdengar mendesis itu adalah suara seekor ular kobra berukuran sangat besar. Ular tersebut mengitari batu tempat dimana Bara bersembunyi dengan melata tanpa suara. Hanya sesekali terdengar suara mendesis dari lidahnya yang juga sesekali keluar dari mulutnya untuk mencari keberadaan mangsa yang tengah dia incar. Dan saat ini, mangsa yang tengah dia buru adalah Bara Sena yang bersembunyi dibalik celah batu tersebut."Sialan...! Kenapa aku menjadi ketakutan seperti ini menghadapi makhluk rendah seperti mereka..? Padahal mereka hanyalah binatang biasa..." batin Bara dengan keringat dingin yang mulai bercucuran.Ular itu kembali mendesis dengan suara yang lebih keras. Dan perlahan-lahan kepalanya mendekati celah dimana Bara Sena berada. Namun karena saking besarnya, kepala ular itu tak bisa masuk kedalam celah batu. Beruntung sekali pemuda itu karena dua binatang yang mengincar dirinya memiliki ukuran tubuh yang tak biasa.Beberapa kali kepala ular itu mencoba untuk masuk