Jaka Geni muncul di atas langit Kota Daha. Matahari bersinar terang tepat di atas kepala pertanda waktu tepat tengah hari. Kedua mata Mahadewa itu menyala hijau. Itu adalah Ilmu Segoro Gaib yang berguna untuk melacak Semua hal yang berhubungan dengan jiwa ataupun hal-hal tak kasat mata."Aku sudah mencari jejaknya tapi tidak ketemu sama sekali, tidak mungkin dia pergi begitu cepat dalam keadaan kaki tertotok. Jaya...Dimana kau sebenarnya?" batin Jaka sambil terus mengedarkan pandangan matanya ke arah Kota Daha Ibukota Kerajaan Kadiri tersebut.Namun tetap saja, dia tidak menemukan pemuda bernama Jaya meskipun dia sudah menggunakan ilmu Segoro Gaib pemberian Dewi Mawar Biru alias Rara Wilis. "Celaka...Kesalahan itu bisa menjadi jalan untuk mereka bertindak dengan tuduhan yang menyesatkan. Tapi siapa yang akan berani melawan diriku? Meski di dalam Istana Suci masih ada beberapa Dewa yang tidak mendukung diriku, dengan kekuatan yang aku miliki, seharusn
Bayu Jaga Geni yang saat itu berada di sebuah pendopo cukup besar dan dibangun diatas telaga yang jernih airnya itu menoleh ke belakang saat mendengar suara langkah yang tidak lain adalah langkah dari ayahnya. Pemuda itu langsung berlutut di hadapan Batara Geni."Selamat datang di rumah ayah," ucap Bayu.Jaka Geni menepuk bahu anaknya tersebut."Bangunlah nak, kau tidak perlu sungkan kepada ayahmu sendiri," kata Jaka.Bayu pun mengangguk lalu dia bangkit berdiri."Bagaimana kabar ibu?" tanya Bayu."Dia baik-baik saja. Sekarang justru dia tengah melatih adikmu Maha Putri dengan keras agar adikmu bisa mengikuti turnamen yang sebentar lagi akan diadakan. Saat ini adikmu sudah cukup kuat untuk bersaing dengan saudara-saudaramu yang lain," kata Jaka Geni."Maha Putri juga akan ikut turnamen?" tanya Bayu dengan wajah yang menunjukan keheranan."Benar. Dia akan menjadi lawan mu kelak kalau kalian beruntung bisa b
Sementara itu, di Kota Daha, Tantili dan Wasundoro sama-sama menatap kearah Jaya yang masih duduk bersila diatas tikar lusuh. Kulit pemuda itu mulai menghitam dan menjadi bersisik layaknya seekor ular."Kau sudah memberinya darah Durga? Apakah dia akan kuat menahan kengerian dari Dewi?" tanya Wasundoro, sosok yang hanya menyerupai asap bermata ungu."Jaya memiliki tekat yang sangat kuat untuk menyelamatkan kekasihnya dari tangan Jaka Geni. Bahkan dia yang sudah aku beritahu bahwa Jaka Geni itu adalah seorang Dewa, dia tetap tidak menunjukkan rasa takut sama sekali. Ini yang seharusnya kita dapatkan selama ini...Kau tahu bukan? Selama ini kau hanya membawa sampah tidak berguna? Tapi semuanya terbayar setelah kau membawa ini Wasundoro," kata Tantili."Sialan kau...kalau saja kau bukan orang yang dipilih oleh Dewi Durga untuk kebangkitan nya, mungkin aku sudah membunuhmu saat ini!" hardik Wasundoro kesal dengan ucapan Tantili yang menganggap usahanya sel
Rawuni dan Daru saling berpandangan saat ditanya seperti itu oleh Raja ProboLintang Bayu Jaga Geni. Kemudian Daru pun menganggukkan kepalanya."Kau saja Kakang yang mengatakan," ucap Daru."Baiklah. Yang Mulia Raja. Kami berdua melakukan penyelidikan secara diam-diam setelah nenek renta itu pergi. Daru yang langsung ke posisi untuk mengawasi dan saya yang mengikuti nenek itu secara diam-diam. Akhirnya kami berdua menemukan rumah miliknya dan selama lima hari kami mengawasi rumah tersebut dari kejauhan." kata Rawuni."Apa yang kalian lihat? Apakah ada hal yang aneh?" tanya Bayu.Rawuni mengangguk.Awalnya tidak ada yang aneh dari rumah itu. Tapi saat di tengah malam, kami menemukan keanehan dari rumah tempat nenek itu tinggal. Setiap tengah malam, kami melihat aura hitam yang melayang-layang di atas rumah seperti mengitari rumah tersebut." kata Rawuni."Aura hitam?Apa itu? Iblis?" tanya Bayu penasaran."Kami tidak ta
Bayu Jaga Geni berjalan kearah singasana dan duduk disana namun matanya menatap kearah Raya Geni yang asyik saja main buah mlinjo. Kesal, marah dan rasa ingin menghajar saudaranya itu membuncah menjadi satu di kepalanya. Tapi disisi lain dirinya sangat membutuhkan kekuatan milik Raya Geni yang bisa menggunakan Ilmu Raga Sukma."Seandainya aku sendiri bisa melakukanya, aku tak perlu meminta makhluk tak jelas ini..." batin Bayu. Entah kenapa, perasaan lemas dan tidak bergairah masih melekat di tubuhnya sejak dia terbangun dari tidurnya. Bayu menjadi berpikir apa yang ayahnya lakukan pada dirinya."Aku tidak tahu apa yang dia lakukan. Semoga ini bukan hal yang buruk di masa depan." batin Bayu Jaga Geni dalam lamunannya. Tiba-tiba...Tuk!Satu buah mlinjo mengenai keningnya hingga membuat dia tersadar. Amarahnya pun langsung meledak dan sorot matanya mengarah ke Raya Geni yang tengah duduk di kursi para tetua Kerajaan. Tapi dia merasa aneh saat melihat Ray
Raya Geni mengelilingi area rumah tersebut untuk mencari keberaaan mantra Penyegel Jiwa yang dia yakini ada diluar rumah tersebut. Nantinya saat dia mendatangi rumah itu dengan tubuh kasarnya, dia akan segera menghancurkan Mantra yang dipasang disana dan menangkap semua orang didalam rumah termasuk Rawuni."Hm...Ada tujuh titik. Sudah aku ingat semuanya. Sekarang waktunya aku kembali dan menyusun rencana untuk menghancurkan mereka." batin Raya Geni lalu dia pun segera kembali ke rumah penginapan dan memasuki tubuh kasarnya.Kedua matanya terbuka. Dia pun langsung bangkit berdiri kemudian meninggalkan rumah tersebut. Seyum tipis menyeruak di bibirnya."Kali ini kalian semua tak akan bisa lepas..." Raya Geni berhenti di halaman rumah tersebut. Kedua matanya terpejam lalu dia pun komat-kamit membaca mantra. Lalu kemudian kedua tangannya menapak ke tanah di halaman tersebut. Secara aneh dari dalam tanah muncul sinar yang menyebar ke segala arah.
Tantili menggenggam pedang ungu miliknya dengan kuat. Dia menyadari bahwa dirinya bukanlah tandingan pria itu sama sekali. Apalagi setelah melihat Jaya yang memiliki kekuatan Dewi Durga dihantam petir hitam dan Wasundoro yang dihisap oleh jurus Penghisap Arwah milik anak Jaka Geni tersebut. Jelas dia bukan apa-apa lagi disana kecuali menunggu datangnya kematian.Raya Geni melangkah dengan perlahan menuju kearah Tantili yang mulai merasakan tekanan dari kekuatan pemuda tersebut. "Mantra Penyegel Jiwamu direncanakan untuk menjebak diriku saat aku bergerak sesuai anjuran Rawuni yang dirasuki Wasundoro bukan? Tapi sayang sekali, sejak awal aku sudah tahu Utusan Dewi Durga itu berada di dalam tubuh Rawuni. Aku hanya mengalir mengikuti rencananya, itu saja. Dan seperti yang aku duga, kalian sudah bersiap. Kalian mungkin bisa menipu mata ayahku yang seorang Mahadewa, tapi kau tidak bisa menipu Mata Siluman milikku ini...Semua terlihat jelas di mata ini...Sungguh sayang s
Raya Geni mengernyit menahan sakit. Tantili tertawa cekikikan karena usaha terakhirnya berhasil meski hanya melukai tangan kiri pemuda keturunan Jaka Geni tersebut."Kau sudah terkena Pedang Darah Dewi Durga! Hidupmu tidak akan nyaman setiap waktu! hik hik hik!" ucap Tantili membuat Raya geram dan langsung menggerakkan tangan kirinya hingga semakin tembus dan akhirnya dia meraih tangan wanita tersebut."Mati kau bajingan!" umpat nya sambil menarik tangan Tantili yang membawa pedang hingga tubuhnya condong kedepan. Kaki kanan Raya bergerak cepat menyambar ketiak wanita tersebut.Krak! Tangan wanita itu pun patah. Jeritan setinggi langit kembali terdengar. Raya menarik pedang ungu tersebut dari telapak tangannya yang tertembus pedang. Rasa sakitnya tidak seberapa dibanding perasaan kesal karena wanita itu bisa melukai dirinya.Dengan kejam Raya menusuk leher Tantili hingga tembus ke belakang.Crruuk!Terdengar suara