Bara Sena bergerak cepat kearah jiwa Xiao Wang yang sudah tak bisa berkutik. Dengan satu serangan, Bara membuat sepuluh gerakan sekaligus. Jiwa Xiao Wang pun terpotong-potong menjadi beberapa potongan.Dari dalam tanah muncul rantai ungu yang langsung mengikat potongan-potongan jiwa milik Xiao Wang."Serap,"Jiwa itu langsung diserap oleh rantai ungu dengan cepat. Pertarungan Bara dan Xiao Wang pun selesai dengan Bara yang menjadi pemenangnya.Pemuda itu berdiri setelah jiwanya masuk kedalam tubuh kasarnya. Dia menoleh kearah Xiao Cun yang berada di luar arena."Dia sudah mati," kata Bara Sena.Para tetua yang menciptakan perisai segera membuka perisai tersebut. Xiao Cun pun kembali ke dalam arena dan mengumumkan siapa yang menjadi pemenang di pertarungan tersebut. Gelanggang arena tersebut pun sontak saja menjadi bergemuruh oleh ribuan orang yang menonton jalannya pertarungan. Nama Cakara kembali menggema di gelanggang arena tersebut.Raja Xue tersenyum bangga di atas tribun. Yuang S
Bara Sena yang mendapat hal baru sangat bersemangat menanyakan hal-hal yang belum pernah dia ketahui sebelumnya. Terutama mengenai masa depan dimana Jung Seo pernah tinggal di dunia peradaban baru dunia manusia untuk memburu roh jahat yang pernah kabur dari neraka.Jung Seo pun menceritakan secara singkat kepada Bara perjalanannya di dunia baru tersebut."Disana banyak hal yang sangat berbeda di dunia kita saat ini. Banyak hal yang seharusnya tidak bisa manusia lakukan, mereka wujudkan dengan ini..." kata Jung Seo sambil menunjuk kepalanya."Dengan pikiran? Maksudmu manusia di masa depan hanya menggunakan pikiran untuk mewujudkan semua yang mereka inginkan? Bukankah itu luar biasa sekali!?" seru Bara."Bukan seperti yang kau bayangkan. Mereka menggunakan pikiran untuk menciptakan sesuatu yang belum tentu bisa kita lakukan. Dengan pikiran yang cerdas, mereka mencari cara untuk membuat semuanya menjadi mudah meski dengan keterbatasan kekuatan...Tapi, setahuku...Di dunia masa depan, per
Wanita yang diberi nama Pandora itu bersujud di hadapan Dewa Zeus. Para Dewa yang ada disana bertepuk tangan senang karena Pandora adalah wanita manusia pertama yang tercipta di dunia Dewa."Pandora, kau menikahlah dengan Epimetheus. Jadilah istrinya yang baik..." kata Zeus."Hamba siap melaksanakan titah Mahadewa Zeus Yang Maha Perkasa..." sahut Pandora.Zeus menyeringai. Dia menoleh kearah Hermes. "Antarkan dia pada Epimetheus. Sebenarnya aku ingin memberikan Pandora kepada Prometheus, akan tetapi, seperti yang kalian tahu, dia sangat membenciku. Jadi, aku akan berikan pada adiknya saja," kata Zeus.Hermes berlutut lalu membawa terbang Pandora ke benteng Utara dimana Epimetheus tinggal. Hermes pun menyampaikan apa yang Zeus katakan kepada Epimetheus tentang pernikahan yang bisa membuat manusia berkembangbiak dengan sendirinya tanpa perlu campur tangan dewa. "Jadi, jika aku menikah aku akan memiliki anak dari wanita cantik ini?" tanya Epimetheus."Benar. Kalian akan menjadi lebih b
Prometheus berhenti di dalam bentengnya lalu menaruh kotak yang sudah menjadi batu hitam tersebut. Orang-orang menatap kotak tersebut dan menanyakan perihal tentang kotak itu."Kotak ini, berisi harapan manusia. Karena kebodohan Pandora, semua roh jahat dan penderitaan keluar dari dalam guci ini. Selama harapan itu masih terkunci, manusia akan terus merasakan kesengsaraan di dunia ini..." kata Prometheus."Lalu, bagaimana kita menghadapi roh jahat itu Prometheus?" tanya salah satu orang."Kita harus bertahan sampai mati. Mungkin tujuan Zeus adalah untuk membinasakan kita...Tapi tidak akan aku biarkan itu terjadi. Aku bukan dewa, tapi aku memiliki kemampuan untuk menghancurkan dewa...Lihat saja nanti, apa yang akan dilakukan olehku dan anak keturunanku..." ucap Prometheus.Dia pun mengambil kain kecil yang dia sisipkan di celananya. Dengan perlahan dia pun menaruh kain tersebut di atas batu hitam."Dia adalah anak dari Pandora dan adikku Epimetheus. Dari ratusan bayi yang ada di sana,
Bara Sena melangkahkan kakinya masuk kedalam sebuah Kedai yang bernama Kedai Merah. Entah kenapa nama kedai tersebut memiliki nama Merah. Padahal semua hiasan di kedai itu memiliki warna biru.Dia menoleh ke segala arah untuk mencari Xia Qing Yue. Rupanya gadis itu duduk di kursi bagian ujung sana. Sambil tersenyum kecil pemuda itu pun melangkah mendekat. Xia Qing Yue menoleh saat dia merasakan hawa kehadiran orang yang sudah cukup lama ditunggunya."Maaf aku telat," kata Bara.Qing Yue mengangguk. '"Tidak masalah. Aku juga baru saja datang," kata Qing Yue sambil mempersilahkan Bara untuk duduk di hadapannya. Bara pun duduk dan menatap gelas yang ada di depan Qing Yue. Isinya telah habis separuh."Dia berbohong. Gadis ini cukup bersabar menantiku. Apa yang ingin dia katakan?" batin Bara."Tuan Cakara, langsung saja. Aku ingin bertanya satu hal padamu, kenapa...""Aku lapar," potong Bara membuat gadis itu terdiam seketika. Lalu sejurus kemudian Qing Yue menoleh kearah pelayan yang keb
Bara Sena tertegun mendengar apa yang Yue Fei katakan. Entah dirinya harus bahagia atau khawatir. Karena kehamilan itu jelas tidak diharapkan sama sekali oleh Yue Fei mengingat dia masih berada di bawah perintah Ratu Es Song Yue.Bara memegang kedua bahu Yue Fei dan menenangkannya."Bukankah itu kabar yang baik? Kenapa kau malah menangis?" tanya Bara."Kakak tahu sendiri kan...Bagaimana peraturan di Istana Awan Es...?" tanya Yue Fei."Kau tenang saja. Aku akan mencari cara agar kau merasa aman. Apakah para tetua dan Ratu Es tahu hal ini?" tanya Bara.Yue Fei menggeleng kan kepala."Jika mereka sampai tahu, maka aku akan di usir dan diambil kembali semua kekuatan yang aku miliki," kata Yue Fei dengan suara lirih.Bara Sena mengepalkan tinjunya."Sepertinya aku harus bertindak jika sampai itu terjadi..." ucap Bara."Yue Fei, maukah kau tinggal di dalam Dunia Penyimpanan milikku? Aku akan membuatkan satu tempat yang paling nyaman untukmu di dalam sana," pinta Bara."Sepertinya tidak bisa
Jung Seo melongo saja saat Bara Sena berkata seperti itu. Dia pun menoleh kearah para Pendekar yang mengepung tempat itu. Dari raut wajah mereka jelas nampak bahwa mereka masih ragu untuk bertindak."Apa yang terjadi? Apakah mayat-mayat itu juga kawan mereka?" tanya Jung Seo.Bara Sena melompat dari atas tumpukan mayat."Benar sekali. Mereka adalah orang-orang yang mengincar diriku. Sebenarnya tanpa bantuan darimu aku bisa menyelesaikan semut-semut nelangsa ini....Tapi, agar tak begitu terlihat mencolok, aku bisa meminta bantuan darimu bukan?" Jung Seo tertawa lalu menyeringai."Aku suka itu...Mari kita bunuh mereka semua. Aku suka darah!" ucap Jung Seo lalu tanpa basa basi dia langsung melesat kearah para Pendekar yang ada di depannya."Siapa bocah cilik ini!? Tiba-tiba saja dia ada di sana!" seru salah satu pendekar."Bunuh saja sampah itu!" sahut yang lain.Jung Seo yang mendengar hal itu langsung murka.Kedua tangannya menyala merah mengeluarkan aura api Yeomra."Dasar bajingan ma
Darrrr!!!!Tubuh Jung Seo terdorong hingga beberapa tombak ke belakang. Yuan Liu tersentak namun dia masih bertahan. Dalam hati Jung Seo mengumpat habis-habisan karena dirinya kalah adu tenaga dalam melawan Yuan Liu yang seorang manusia."Baru kali ini aku kalah dengan manusia...Orang ini tidak bisa dianggap remeh..." batinnya.Padahal dia sudah beberapa kali kalah melawan manusia. Salah satu yang pernah mengalahkannya adalah Tetua Liu yang waktu itu bertarung melawan dirinya di kediaman Guru Yao. Jung Seo benar-benar kesal dengan kekuatannya yang terasa semakin melemah."Anak kecil. Aku akui kau memang hebat bisa bertahan dari semua serangan milikku," kata Yuan Liu yang saat ini tengah menggunakan sebuah kekuatan yang membentuk seekor naga hitam di belakang tubuhnya. Naga itulah yang mendesak Jung Seo hingga terpental."Anak kecil katamu!?" geram Jung Seo lalu dia melesat dengan cepat. Yuan Liu tersenyum tipis."Jurus Lingkaran Naga..." lirih Yuan Liu sambil menggerakkan salah satu t