Share

Bab 45

Penulis: Gilva Afnida
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-26 21:43:03
Di dalam mobil.

Sorot mata Max nampak muram dan dia mengendarai mobil dengan lamban. Beberapa menit yang lalu dia baru saja selesai berbicara dengan Inda.

Dia baru saja mengetahui fakta yang membuat hatinya tercubit.

Rupanya selama ini Lily selalu mengirim seluruh uang bulanan yang diberikannya untuk ibu tirinya. Dengan harapan ibu tirinya itu dapat menggunakan uang tersebut dengan baik, salah satunya sebagai pengobatan adiknya yang menderita autisme.

Namun ternyata ibu tirinya menyia-nyiakan uang tersebut untuk kesenangan pribadi.

Selama ini, Max mengira Lily adalah wanita matre yang hanya menginginkan uang.

"Sial!" Max memukul kemudi setirnya dengan kesal. Lalu menepikan mobilnya ke pinggir jalan.

Dia menyenderkan kepalanya ke kemudi setir dengan galau. Tadi Inda juga mengatakan kalau Lily pergi ke Paris untuk belajar sekolah desain.

Tak disangka jika Lily memiliki bakat di bidang desain. Pantas saja Lily memilih bercerai lalu bekerja di butik Sandra. Bodohnya dia.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 46

    "Sebentar lagi aku ada urusan di Paris. James Dean memintaku untuk datang ke sana, membicarakan bisnis yang akan dia kembangkan di Eropa." Max menyesap kopi hitamnya, menyembunyikan tatapan dinginnya dari Eddie."James Dean?" Kening Eddie mengerut dalam. "Bukannya seminggu yang lalu dia baru saja kesini? Kenapa tiba-tiba mengajak bertemu di Paris?""Entahlah, mungkin dia sedang menemui keluarganya di sana." Eddie menatap lurus ke arah Max. "Aku akan ikut?" "Tentu saja tidak." Mendengar jawaban itu, Eddie sedikit lega. Pasalnya, dengan kepergian Max, sudah pasti dia akan bebas untuk bertemu dengan Olivia."Kau akan kuberi tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan di sini. Mungkin aku akan sedikit lama di Paris," lanjut Max.Eddie menyembunyikan rasa senangnya. "Oh ya? Berapa lama?""Mungkin sekitar tiga minggu. Aku akan mengajaknya Olivia juga bersamaku..."Raut wajah Eddie menegang. "Ke-kenapa? Ma-maksudku kau tidak mengajakku, tapi malah mengaja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 47

    Meskipun Max sudah menolak permintaan ibunya untuk ikut pergi ke Paris, namun akhirnya Max membiarkan sang ibu untuk ikut. Sepanjang perjalanan pergi ke bandara, ibunya dengan girang berbicara panjang dengan Olivia di bangku belakang. Sedangkan Max nampak santai duduk di depan mereka sambil fokus menatap ponsel. "Harusnya kau saja yang menjadi menantuku, bukan si gadis lumpuh yang gak berguna itu!" Suara Fernita terdengar penuh kebencian. Entah apa yang mereka bicarakan tadi, mau tak mau Max sedikit mendongakkan kepalanya karena penasaran. "Jangan begitu, Tante. Meskipun aku bukan menantu Tante, aku sudah menganggap Tante sebagai ibuku sendiri kok." Seperti biasa, Olivia bersikap sopan, ramah dan selalu bisa menyenangkan hati ibunya. "Tentu saja harus begitu... kau sudah lama kehilangan ibu, jadi anggap saja aku ini ibumu." Fernita menepuk punggung tangan Olivia dengan lembut. "Tapi, alangkah baiknya kalau kamu benar-benar bisa menikah dengan Max. Dari segi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 48

    "Belum pernah seperti itu?" Lily mengulangi ucapan Finley dengan menyatukan kedua alisnya. "Apa maksudnya?""Ah, tidak." Finley langsung menggelengkan kepalanya. "Mungkin hanya perasaanku saja."Lily memiringkan kepalanya, tatapannya terus lurus ke arah Finley yang terlihat gugup. Dia seperti sedang menyembunyikan sesuatu."Intinya, kalau tiba-tiba Larissa berbuat tidak baik padamu, katakan saja."***Setelah makan siang bersama Finley, Lily segera balik ke studio desain milik Larissa. Suasana di studio masih sepi karena Lily memang datang di saat jam istirahat, jadi Lily duduk di depan meja panjang sambil mengeluarkan buku sketsanya.Tadi pagi dia hanya menghadiri kelas selama dua jam saja, jadi dia memiliki waktu luang untuk jalan bersama Finley menyusuri keindahan kota Paris.Selang tak lama, tiba-tiba ada seseorang yang menaruh tas jinjing dengan keras di atas meja hingga mengagetkan Lily."Siapa yang suruh kamu untuk duduk di kursiku." Tatapan mata Cassandra nampak tidak bersahab

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 49

    Cassandra menatap Lily dengan senyuman seringainya. "Siapa suruh berani merebut posisiku. Rasakan itu...," gumamnya penuh dendam.Lily memasuki ruangan khusus milik Larissa. Di dalam sana, dia duduk berhadapan dengan Larissa dan hanya sebuah meja yang menjadi penghalang mereka."Kau tahu kesalahanmu?" Alis Larissa yang tebal terlihat meninggi, sorot matanya tajam dan angkuh."Tidak tahu karena aku tidak bersalah." Lily berkata dengan datar. Dirinya memang tidak bersalah, jadi untuk apa mengatakan kalau dia salah?Larissa memijat pangkal hidungnya dengan pelan. "Kau itu kurang teliti, Lily."Kening Lily mengerut dalam. "Apa?"Kini sorot mata Larissa sedikit melembut. "Seharusnya kau mampu melindungi apa yang menjadi milikmu. Untuk proyek sekecil ini saja kau tidak bisa menjaganya, lalu bagaimana kalau kau menerima proyek yang lebih besar?"Lily terdiam, masih tak mengerti dengan ucapan Larissa."Kau tahu kalau aku akan ikut acara Paris Fashion Week bukan?" tanya Larissa."Tahu.""Kau

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 50

    Melihat Lily meringis kesakitan. Anastasia semakin menekan tangan Lily. Tatapannya penuh antusias, seolah menyiksa orang adalah hal yang menyenangkan baginya. "Kau menggunakan tangan kananmu untuk menggambar bukan? Bagaimana kalau aku patahkan? Apa kau masih bisa menggambar nantinya?" Kedua mata Lily melebar. "Jangan!" Lily menggelengkan kepalanya kuat.Cassandra dan Anastasia kompak tertawa. Bahagia di atas penderitaan Lily.Tok. Tok. Tok.Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. "Apa ada orang di dalam? Kenapa pintu toilet dikunci?" Suara Jane terdengar dari arah luar.Cassandra dan Anastasia saling memandang lalu memberi isyarat. Anastasia melepas cengkeramannya dengan kasar. "Kau beruntung kali ini."Lily meringis kesakitan, memegang tangannya yang memerah dan terasa nyeri."Tunggu sebentar! Aku tidak sengaja mengunci pintunya," teriak Cassandra dari dalam. "Hei, Wanita Asia. Jangan senang dulu... urusan kita belum selesai. Aku hanya menund

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 51

    Di kediaman Finley. Lily duduk di atas sofa dengan perasaan gelisah. Dia diajak Finley untuk menemani sang ibu makan malam. Sekarang mereka berdua duduk menunggu Donna dandan. Kebetulan ayahnya Finley tidak ikut karena sedang pergi ke luar negeri. "Kamu kenapa?" Finley menurunkan ponselnya setelah menyadari wajah Lily yang nampak resah. Lily mendongakkan kepalanya. "Apa kau tahu soal keluarga Blanchet?" Tatapan Finley berubah menjadi serius. "Blanchet?" "Ya, kebetulan rekan timku ada yang dari keluarga Blanchet, aku hanya penasaran saja karena belum pernah mendengar mereka." "Apa mereka mengusikmu?" Finley menatap lekat ke arah Lily. "Setahuku keluarga Blanchet memiliki bisnis haram yang sudah menjadi rahasia umum. Kau jangan terlalu dekat dengan anak keturunan mereka. Banyak dari mereka yang selalu berbuat onar tapi selalu terbebas dari hukuman." "Se-berbahaya itukah mereka?" Raut wajah Lily nampak takut, namun entah mengapa di mata Finley itu n

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 52

    Lily mengedarkan pandangannya ke sekitaran saat dia sudah berada di luar restoran, namun sama sekali tidak terlihat keberadaan Finley. Gegas dia berjalan memutari restoran, barang kali Finley berada di belakang restoran.Saat pikirannya panik dan berada di tempat yang sepi, tiba-tiba tangannya ditarik seseorang ke arah ruangan kecil yang sedikit gelap.Lily langsung memejamkan matanya dan berteriak. "Jangan apa-apa kan aku!""Ssst!" Mulut Lily langsung dibekap. "Jangan berisik, nanti ada yang tahu."Suara rendah dan berat itu seketika membuat Lily membuka matanya. 'Max?' Lily menjerit dalam hati begitu melihat wajah Max yang tersorot sedikit cahaya dari luar, tengah membekap mulutnya dan menahan dirinya.Lily memberontak namun Max menahannya dengan keras. "Diamlah... ada seseorang yang membuntuti mu daritadi."Mendengar itu Lily langsung terdiam. Dia memutuskan untuk menatap Max yang sedang fokus memantau sekitar.Tubuhnya bergetar hebat karena tak menyangka bisa bertemu kembali deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 53

    "Finley, tiba-tiba aku merasa tidak enak badan. Apa bisa aku pulang duluan?" tanya Lily setelah melepas pelukannya. Perasaannya menjadi sedikit baikan setelah melepas air mata yang tadi menggenang. Lalu baru menyadari jika kemeja Finley jadi basah karenanya. "Maaf, sudah buat kemeja mu jadi basah.""Tidak apa-apa." Finley menaikkan dagu Lily, untuk memeriksa apakah Lily benar-benar tidak enak badan. Namun mata Lily yang nampak sayu serta bibir tipis yang nampak kemerahan justru membuat Finley jadi tak fokus. "Ehem." Finley segera memalingkan wajahnya, mengusir rasa tak nyaman yang mendadak menggelitik nafsunya."Apa kamu tak nyaman dengan tempat ini? Kita bisa pindah tempat kalau kamu mau," tawarnya.Bukannya menjawab, Lily malah menatap ke samping--tepatnya ke arah jalanan dimana Max tadi berada. Max sudah pergi entah kemana.Finley mengikuti arah pandang Lily, lalu menjadi paham. "Apa yang aku lihat tadi benar-benar Maxwell?" Lily mengedipkan ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29

Bab terbaru

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 76

    "Setelah mencari tahu, ternyata dalang dibalik kebakaran butik itu adalah Olivia." Lily tidak menunjukkan keterkejutannya. Dia malah menundukkan kepalanya dengan sedih. "Vina... maafkan aku. Sebenarnya aku sudah tahu tapi aku menyembunyikannya."Vina tertegun sejenak."Apa dia mengancam mu waktu itu?""Ya." Lily mengusap wajahnya dengan kedua tangan. "Dia melakukannya karena tidak suka denganku. Waktu itu aku berada di titik terendah. Tidak tahu harus berbuat apa-apa, jadi aku memilih diam dan menuruti perkataannya untuk pergi dari hadapan Max.""Kau tidak memberitahuku dan meminta bantuan? Malah diam saja?" Suara Vina terdengar kecewa. Teringat beberapa kali Lily telah menolak bantuan yang diberikan olehnya. Lily menatap Vina yang terlihat kecewa. "Aku sudah banyak merepotkan mu, jadi aku-""Kamu keterlaluan, Lily," potong Vina dengan kedua mata memerah."Apa aku memang tidak begitu berguna? Apa karena aku bukan dari keluarga berpengaruh seperti Fi

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 75

    Bibir Olivia semakin mengerut dan wajahnya semakin menggelap. "Apa yang akan aku lakukan padanya, itu bukan lagi urusanmu, Max. kau dan dia sudah lama berpisah, harusnya itu tidak jadi masalah.""Tentu saja itu jadi urusanku!" bentak Max. "Kalau kau mengusik hidup Lily lagi, aku yang akan menghukum mu." Olivia pun segera berdiri. "Kenapa? Apa kau masih mencintainya? Wanita itu, sudah pergi meninggalkanmu dan memilih bersama pria lain. Tapi kenapa kau masih membela si jalang itu?"Plak!Max menampar Olivia cukup keras hingga Olivia terjatuh di atas sofa.Napas Max masih memburu dan dia melihat tangannya dengan tak percaya. Dia tak pernah lepas kontrol seperti ini sebelumnya.Sedang Olivia memegang pipi sebelah kirinya dengan perasaan terluka. Kedua matanya memerah dan sudah basah. Max tidak pernah menamparnya seperti ini."Olivia... aku..." Max tak sanggup untuk bersuara, membela diri atas perbuatannya barusan.Olivia menundukkan kepalanya dan suarany

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 74

    Bukan hanya karena janji itu saja. Pengalamannya dalam menangani seorang wanita sangat minim ditambah dia memiliki ego yang tinggi, membuatnya tak bisa tampil sebagai seorang suami yang baik untuk Lily.Olivia selalu mengatur Max dan Max akan mematuhinya. Sedangkan Lily adalah wanita yang patuh dan taat selama menikah. Mereka sangat berbeda.Hal-hal itu sebenarnya sudah mampu membuat hati Max goyah, namun karena Max masih memegang janji pada Olivia dan ingin menepatinya, maka dia terus mengabaikan Lily.Lagipula kakeknya dulu mengajarkannya harus keras sebagai seorang suami, membuatnya tak ada pilihan lain.Bahkan saat Olivia pergi ke Paris, meninggalkannya selama setahun setelah Max menikah saja, Max masih setia.Tapi akhirnya Max runtuh setelah Lily benar-benar ingin bercerai darinya. Keinginannya untuk tidak berpisah dari Lily semakin tinggi di saat pernikahannya sudah berada di ujung tanduk.Dia baru menyadari kalau dia lebih membutuhkan sosok wanita

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 73

    Max menghela napasnya singkat. "Aku turut bersedih atas apa yang menimpa padamu.""Tapi soal membantu, kenapa kau begitu yakin kalau aku akan membantu? Bukannya kau tadi yakin kalau aku dikendalikan oleh Olivia?"Serena memiringkan kepala sambil mengingat-ingat informasi yang telah dia kumpulkan selama beberapa hari. "Sebelum datang aku sudah mengumpulkan banyak informasi tentangmu.""Olivia pernah meninggalkanmu tapi kau tetap menerimanya disaat dia kembali. Awalnya aku berpikir kau begitu bodoh karena mudah dikendalikan oleh seorang wanita. Tapi setelah aku cari tahu lagi, rupanya keluargamu memiliki hutang budi pada keluarga Olivia. Jadi aku menebak, kau pasti tetap berada di sisi Olivia karena ingin balas budi."Mendengar itu, Max segera tahu jika Serena benar-benar memiliki dendam yang dalam pada Olivia. Hatinya terasa tercubit. Bagaimanapun dia adalah orang yang mengenalkan Olivia pada Ernes dulu, jadi secara tidak langsung Max turut andil dalam kerusakan rumah tangga itu.Max t

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 72

    Pada jam delapan malam di sebuah restoran mewah. Max berjalan menuju ke sebuah meja yang sudah dipesan oleh Fernita untuknya. Demi menghindari suara cerewet dari ibunya yang setiap hari memekakkan telinga, akhirnya Max setuju untuk menemui salah satu wanita pilihan ibunya.Dari kejauhan, Max dapat melihat seorang wanita yang duduk begitu anggun di depan meja. Memiliki wajah yang cantik dan rambut panjangnya terurai ke belakang menutupi kulit punggungnya yang sedikit terekspos. Warna kulitnya sawo matang tapi terlihat sangat terawat dan sehat. Wanita itu mendongakkan kepalanya begitu mendengar suara langkah kaki yang mendekati mejanya. Senyumannya terbit begitu indah dan menciptakan lesung pipi yang menawan. "Maxwell?" Suaranya bahkan terdengar lembut tapi tidak lemah. "Ya. Nona Serena?" Serena menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan Max untuk duduk. Max duduk dengan santai. Tujuannya datang hanya untuk menenangkan hati ibunya agar tidak menuntutn

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 71

    "Apa mau kalian?" Saphira berusaha memberontak. Kedua tangannya sudah terikat oleh jaket yang dikenakan Lily tadi.Tak dia sangka akan berakhir dengan dia yang diikat oleh Lily sampai tidak bisa bergerak. Awalnya dia kira Lily akan menusuk atau membunuhnya saat itu juga.Rupanya Lily hanya ingin mengikat kedua tangannya di belakang badan, membuatnya tidak bisa banyak bergerak."Brengsek! Aku tidak terima. Aku akan segera teriak kalau kalian tidak segera melepaskan ku!" Saphira berusaha mengancam. Akan ada banyak orang di rumah sakit ini yang bisa mendengar suara teriakannya meski di sepanjang lorong begitu sepi."Teriak saja. Tidak akan ada orang yang akan menolongmu." Vina terdengar tidak takut. Dia memainkan pisau milik Lily di tangannya setelah berhasil mengikat kedua kaki Saphira dengan tali sepatu milik Saphira sendiri.Lily tengah menelepon seseorang. Dia berdiri agak jauh dari posisi Vina dan Saphira sekarang.Saphira menatap ke sekeliling lorong, harusnya saat mendengar keribu

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 70

    Saphira menatap penampilan Lily yang sudah jauh berbeda. Anak tirinya itu tak lagi duduk di atas kursi roda. Badannya tegap, kedua kakinya lurus dan jenjang. Wajahnya halus, bersih dan juga lembut. Setiap apa yang dia pakai mencerminkan kemakmuran dan kesejahteraannya saat ini.Diam-diam Saphira mengepalkan tangannya yang terlipat, menaruh rasa iri karena keadaan mereka yang begitu jomplang.Setelah pulang dari penjara, Saphira sangat kesusahan untuk makan. Usianya yang sudah tua dan tidak memiliki pengalaman bekerja yang baik, membuatnya harus mengerjakan pekerjaan yang berat agar mempunyai uang. Terkadang Saphira lebih memilih memulung dibandingkan kerja di bawah perintah orang.Dirinya yang dulu selalu menyuruh orang, bagaimana bisa tiba-tiba disuruh-suruh oleh seseorang demi beberapa lembar uang? Saphira meninggikan egonya hingga alhasil dia kerap kesusahan mencari uang untuk makan.'Ini semua karena anak durhaka itu!' batinnya dengan kesal."Aku gak nyangka

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 69

    Saat ini Lily sudah tiba dan disambut oleh Inda yang kedua matanya terlihat membengkak. "Nona, maafkan saya." Hanya itu kata yang terucap begitu melihat kedatangan Inda. "Saya telah gagal."Lily tidak menanggapi ucapan Inda namun malah memeluknya dengan erat. "Ini bukan salahmu, Inda. Kamu sudah berusaha keras, kita akan mencari Arsan sama-sama."Inda tak memiliki daya dan hanya mengangguk lemah. Saat memeluknya, Lily merasa tubuh Inda lebih kurus dari terakhir kali saat dia bertemu. Lily segera melepas pelukannya dan menatap Inda dengan sedih. "Kamu terlihat lebih kurus, pasti kamu sudah mengalami kesulitan selama tiga tahun ini."Sudut bibir Inda terangkat tipis. "Tidak, Nona. Kesulitan saya tidak begitu berarti karena telah menganggap Arsan seperti adik saya sendiri." Inda benar-benar melakukan tugasnya dengan tulus. Mengasuh Arsan selama tiga tahun membuatnya menganggap Arsan seperti adik kandungnya sendiri. Makanya dia merasa sangat kehilangan saat tiba-tiba Arsan menghilang.

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 68

    "Untuk apa?" Suara Max terdengar dingin dan raut wajahnya nampak tidak peduli tapi sebenarnya dalam hatinya dipenuhi kesenangan karena akan melihat Lily kembali dalam jarak dekat.Sudah tiga tahun lamanya dia menahan rindu dan egonya agar tidak mengacaukan kehidupan Lily di Paris. Dia bahkan menyetujui perceraian demi Lily yang ingin mewujudkan cita-citanya.Max sudah mengalah dan berusaha melupakan. Namun semakin berusaha, Max semakin tak bisa. Bagaimanapun, Lily adalah wanita yang berada di sisinya selama dia terpuruk.Olivia yang dulu dia cintai saja tega meninggalkannya.Apalagi Max akhirnya mengetahui bahwa Lily melupakan cita-cita dan kesenangannya sendiri saat bersedia menikah dengan Max. Tapi Max malah menyia-nyiakannya."Adik kandungnya yang bernama Arsan tengah sakit keras lalu dikabarkan dia hilang dari pengawasan pengasuh. Setelah saya selidiki, petugas rumah sakit mengatakan kalau Arsan dipindahkan oleh ibunya sendiri ke rumah sakit besar yang memili

DMCA.com Protection Status