Share

Bab 107

Penulis: Gilva Afnida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-28 18:01:30

Sembari berjalan membuntuti Rosa, Lily memberanikan diri untuk bertanya padanya, "Nona Rosa, bisakah kau memberitahuku kenapa Nyonya Wina menyuruhku datang?"

Rosa masih berjalan tegap di samping Lily saat menjawab, "Saya juga tidak tahu, tapi yang pasti Nona akan segera tahu setelah bertemu dengan Nyonya Wina."

Lily menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil menggerutu dalam hatinya. 'Kalau itu sih aku juga tahu. Sia-sia aku bertanya.'

Mengabaikan Rosa, Lily mengamati suasana rumah milik Kenneth. Tidak ada yang berubah sejak terakhir kali dia kesini.

Semua perabotan masih sama bahkan tata letaknya pun tidak banyak yang berubah.

Beberapa pelayan terlihat sibuk. mereka berjalan kesana kemari melakukan tugas mereka masing-masing.

Sejenak, Lily merasa dirinya seperti berada di mansion milik Max. Perasaannya sedikit tercubit, menjadikan wajahnya menjadi muram.

Lily berjalan dengan kepala menunduk. Pandangannya hanya ada lantai lalu tanpa sadar dia sudah ber
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 108

    "Te-terima kasih, Nyonya." Lily kembali meminum teh hangat di depannya. Sikap Wina terasa aneh malam ini. Wina tersenyum hangat melihat tingkah laku Lily yang canggung. Tatapannya kembali mengarah pada kalung yang dikenakan Lily."Kalungmu bagus. Kau membelinya dimana?" Sengaja Wina bertanya seolah tidak tahu apa-apa, agar Lily mau bercerita terus terang.Lily memegang liontin kalung dengan perasaan sendu. "Saya tidak membelinya, ayah saya yang memberikannya untuk saya sebagai hadiah ulang tahun ke-tujuh belas.""Kau pasti sangat sayang dengan ayahmu."Lily melirik Wina sebentar lalu kembali mengalihkan pandangan. Apa ini yang ingin ditanyakan oleh Nyonya Wina? Untuk mengetahui soal ayahnya?"Ya. Ayah saya selalu memperlakukan saya dengan baik. Makanya saya tidak menyangka kalau ayah saya pernah berbuat jahat pada putri Anda." Lily menundukkan kepala sambil meremas ujung gaun yang dikenakannya."Sekali lagi saya meminta maaf atas kesalahan ayah saya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 109

    Setengah jam kemudian. Setelah berbasa-basi sejenak, Lily pamit undur diri dengan alasan ada pekerjaan lain yang menantinya di rumah.Wina pun tidak memaksa lalu mengantar Lily keluar dari rumahnya dan memastikan Lily sudah memasuki mobil dengan aman. Tak lama dari itu, dia memanggil Rosa."Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?""Suruh orang untuk memantau Lily. Pastikan dia selamat sampai di rumahnya nanti."Meskipun Rosa kebingungan dengan sikap Wina, Rosa tidak berani bertanya lebih lanjut. "Baik, Nyonya."Setelah kepergian Rosa, Wina pun segera beranjak ke ruang kerja--tempat Kenneth berada.Ruang kerja milik Kenneth berada di pojok. Wina langsung membuka pintu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Hal itu membuat Kenneth menatapnya dengan tatapan tajam."Sayang, kenapa tidak mengetuk pintu? Itu tidak sopan." Kenneth memang kaku dalam beberapa hal. Tapi Wina tidak mempermasalahkan karena dia sedang tergesa-gesa."Maafkan aku, tapi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 110

    Soal permasalahan pelanggan di butik sudah terkondisikan. Saat malam sudah menyapa dan butik sudah mulai sepi, Lily mulai membuka ponsel untuk membuka pesan-pesan masuk yang belum sempat dia baca.Beberapa diantaranya ada pesan dari Vina dan Finley yang menanyakan soal keadaan butik.Selain itu ada pesan dari Donna yang menyuruhnya untuk makan siang. Perasaan Lily menjadi hangat. Donna sudah berlaku bagaikan seorang ibu baginya.Setelah mengetik balasan untuk Donna, Lily menggulir layarnya lagi dan mendapati pesan dari Max yang muncul.Tangan Lily terhenti sejenak. Dia merasa asing saat mendapatkan pesan dari Max yang mana dulunya dia sangat tidak dipedulikan.Kini, entah mengapa Max hampir mengiriminya pesan setiap hari.Mula-mula di menanyakan soal kabar Arsan, tapi lambat laun dia akan menanyakan soal kabar Lily dan menyuruhnya untuk jangan lupa istirahat.Bukannya senang, Lily malah merasa aneh. Dia tidak terbiasa mendapat perlakuan Max yang hangat.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 111

    Serena merasa ucapan Lily kemarin benar. Ada baiknya dia menanyakan pada Ernes langsung soal kebenaran dari Olivia yang hamil.Selain itu, Serena juga segera ingin tahu soal kelanjutan hubungannya dengan Ernes. Jika memang itu adalah anak Ernes, maka lebih baik bagi Serena untuk mundur.Toh selama dua tahun belakangan dia berhasil hidup tanpa kehadiran Ernes. Jadi jika selanjutnya dia akan begitu lagi, tentu tidak akan terlalu sulit.Saat ini Serena sudah berada di dalam gedung perusahaan milik Ernes. Resepsionis yang melihat Serena sedang berjalan ke arahnya pun segera tersenyum. Dia kenal baik dengan Serena karena bertahun-tahun sudah menjadi istri Ernes.Selain itu, posisi keluarga Serena sebagai salah satu pemilik saham juga sangat dihormati kehadirannya disitu."Nyonya Serena," panggil sang resepsionis ramah.Serena melambaikan tangannya. "Aku sudah bukan seorang Nyonya lagi."Resepsionis yang bernama Dewi itu menutup mulutnya terkejut. "Maafkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 112

    Ernes sudah membuka mulutnya untuk protes namun ketukan pintu di ruangan membuat Ernes mengurungkan niat.Dengan kesal Ernes menghampiri pintu dan membukanya sedikit. Ernes hanya menampakkan wajahnya yang dingin saat bertanya, "Aku harap ada sesuatu yang penting karena kamu sudah berani mengetuk pintu."Olivia menatap Ernes yang sedang membuka pintu dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Dia bersikap santai seolah terbiasa menampilkan tubuh polosnya.Saat pintu tadi terbuka, Rina sempat melihat Olivia yang masih belum mengenakan baju, untungnya Ernes sudah terlihat mengenakan baju lengkapnya.Rina menundukkan kepalanya takut saat bertemu pandang dengan Ernes. Tadi dia sudah mendengar tidak ada suara aktivitas apapun di dalam, jadi seharusnya Ernes sudah selesai."Ma-maaf, Tuan. Saya hanya ingin memberitahu soal kedatangan Nyonya Serena kesini tadi."Kedua netra Ernes terbelalak lebar. "Apa katamu? Serena datang kesini? Kapan?"Olivia yang mendengar pun tidak lagi bisa menyembunyi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 113

    Di atas kursi kerjanya, Max mengerutkan kening setelah mendengar suara umpatan yang keluar dari layar ponselnya. Max melirik lagi layar ponsel untuk membenarkan jika yang dia telpon adalah Serena.Itu memang benar Serena."Apa maksudmu, Serena?" tanyanya."Kau tahu, kau adalah pria brengsek sama seperti Ernes! Kalau saja kamu lebih jantan untuk menjelaskan alasan yang sesungguhnya pada Lily dulu, pasti pernikahanmu dengan Lily masih bertahan sampai sekarang."Max memijat pelipisnya yang berdenyut. Entah bagaimana maksud Serena sampai mengaitkan antara pernikahannya dengan sikap Ernes."Seharusnya kalian menghadapi berdua bersama, bukannya malah menutup mulut lalu memilih berselingkuh dengan wanita ular bernama Olivia.""Hah! Selepas kau diceraikan, kau baru menyadari betapa kau mencintai Lily. Tapi apa artinya penyesalan di saat waktu selama pernikahan kau tidak berminat untuk memperbaiki hubungan. Kau itu pengecut, Max. Aku menyesal karena telah mendukungmu agar bisa kembali ke pelu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 114

    "Sebenarnya itu mudah. Kau tinggal melepaskannya saja dan bersikap tidak peduli," jawab Max dengan enteng. Padahal dia sendiri harus merasakan dulu yang namanya perceraian baru bisa melepaskan Olivia.Wajah Ernes nampak memucat. Dia seperti telah kehilangan semangat untuk saat ini."Aku sepertinya telah berbuat kesalahan fatal," gumam Ernes.Max mengerutkan keningnya. "Kesalahan fatal?"Ernes pun akhirnya menceritakan soal alasan Serena mengurung diri di dalam kamar.Setelah mendengar cerita dari Ernes. Max pun menepuk salah satu bahunya dan menatapnya dengan tatapan prihatin."Itu memang kesalahan fatal. Aku harap kau tidak lagi mengulangi perbuatanmu yang bodoh itu di masa depan."Kedua bahu Ernes semakin merosot ke bawah. "Tidak bisakah kau membantuku saat ini?""Membantu apa? Kau sudah menyia-nyiakan kesempatan terakhir yang diberikan Serena untukmu. Pantas saja dia marah besar sampai mengurung diri di dalam kamar.""Selama ini dia masih berharap kau bisa kembali padanya, menjadi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 115

    "Mencurigakan bagaimana?" tanya Vina penasaran.Akhir-akhir ini dia disibukkan oleh pekerjaan di Perusahaan. Tidak sempat untuk memikirkan permasalahan lain."Menurutku Max seperti sengaja melakukan ini supaya aku terus kembali mengambil minyaknya. Bahkan dia tahu kalau minyak esensial milikku sudah habis, padahal aku tidak memberitahu siapapun."Mendengar itu, Vina terdiam sejenak. "Bagaimana kalau kau meminta bantuan pada Finley? Aku yakin dia akan membantumu untuk menemukan minyak esensial yang sama.""Finley?" Lily menimang-nimang nama itu sejenak lalu tersenyum kecut."Sepertinya tidak perlu. Pria itu sudah banyak membantuku selama ini, aku tidak ingin membuat hutang budi lagi."Vina menganggukkan kepalanya mengerti. Lily sudah menceritakan soal Finley padanya. Memang tidak pantas kalau Lily harus meminta bantuan lagi pada Finley."Kalau begitu... satu-satunya cara saat ini, kamu harus datang dan bertanya pada Max untuk mencari tahu sendiri jawabanny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30

Bab terbaru

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 116

    "Dengar baik-baik, Nyonya Fernita. Aku tidak pernah membuat hidupmu menderita atau terhina karena kedatanganku ke mansion ini dulu. Justru anak yang telah kau lahirkan itu lah yang membuat hidupku seperti terkutuk karena sudah kehilangan segalanya.""Lihatlah diriku... bukankah terlihat sangat baik setelah berpisah darinya?" lanjut Lily dengan tersenyum mengejeknya.Plak! Fernita menamparnya begitu keras, membiat Lily memegang pipinya yang berdenyut-denyut dan terasa panas.Fernita sendiri sudah tak tahan untuk tidak menampar Lily yang mulutnya sangatlah tajam baginya dan dia sudah merasa puas."Jaga ucapanmu, Li-"Plak!Fernita menatap Lily tak percaya. Lily telah membalas tamparannya bahkan lebih keras dua kali hingga membuat rahangnya terasa sangat sakit."Kurang ajar!" teriaknya tak terima.Plak!Tak tanggung-tanggung, Lily menampar wajah Fernita dua kali yang membuat Fernita tidak bisa berkata-kata lagi."Kalau kau menamparku sekali,

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 115

    "Mencurigakan bagaimana?" tanya Vina penasaran.Akhir-akhir ini dia disibukkan oleh pekerjaan di Perusahaan. Tidak sempat untuk memikirkan permasalahan lain."Menurutku Max seperti sengaja melakukan ini supaya aku terus kembali mengambil minyaknya. Bahkan dia tahu kalau minyak esensial milikku sudah habis, padahal aku tidak memberitahu siapapun."Mendengar itu, Vina terdiam sejenak. "Bagaimana kalau kau meminta bantuan pada Finley? Aku yakin dia akan membantumu untuk menemukan minyak esensial yang sama.""Finley?" Lily menimang-nimang nama itu sejenak lalu tersenyum kecut."Sepertinya tidak perlu. Pria itu sudah banyak membantuku selama ini, aku tidak ingin membuat hutang budi lagi."Vina menganggukkan kepalanya mengerti. Lily sudah menceritakan soal Finley padanya. Memang tidak pantas kalau Lily harus meminta bantuan lagi pada Finley."Kalau begitu... satu-satunya cara saat ini, kamu harus datang dan bertanya pada Max untuk mencari tahu sendiri jawabanny

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 114

    "Sebenarnya itu mudah. Kau tinggal melepaskannya saja dan bersikap tidak peduli," jawab Max dengan enteng. Padahal dia sendiri harus merasakan dulu yang namanya perceraian baru bisa melepaskan Olivia.Wajah Ernes nampak memucat. Dia seperti telah kehilangan semangat untuk saat ini."Aku sepertinya telah berbuat kesalahan fatal," gumam Ernes.Max mengerutkan keningnya. "Kesalahan fatal?"Ernes pun akhirnya menceritakan soal alasan Serena mengurung diri di dalam kamar.Setelah mendengar cerita dari Ernes. Max pun menepuk salah satu bahunya dan menatapnya dengan tatapan prihatin."Itu memang kesalahan fatal. Aku harap kau tidak lagi mengulangi perbuatanmu yang bodoh itu di masa depan."Kedua bahu Ernes semakin merosot ke bawah. "Tidak bisakah kau membantuku saat ini?""Membantu apa? Kau sudah menyia-nyiakan kesempatan terakhir yang diberikan Serena untukmu. Pantas saja dia marah besar sampai mengurung diri di dalam kamar.""Selama ini dia masih berharap kau bisa kembali padanya, menjadi

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 113

    Di atas kursi kerjanya, Max mengerutkan kening setelah mendengar suara umpatan yang keluar dari layar ponselnya. Max melirik lagi layar ponsel untuk membenarkan jika yang dia telpon adalah Serena.Itu memang benar Serena."Apa maksudmu, Serena?" tanyanya."Kau tahu, kau adalah pria brengsek sama seperti Ernes! Kalau saja kamu lebih jantan untuk menjelaskan alasan yang sesungguhnya pada Lily dulu, pasti pernikahanmu dengan Lily masih bertahan sampai sekarang."Max memijat pelipisnya yang berdenyut. Entah bagaimana maksud Serena sampai mengaitkan antara pernikahannya dengan sikap Ernes."Seharusnya kalian menghadapi berdua bersama, bukannya malah menutup mulut lalu memilih berselingkuh dengan wanita ular bernama Olivia.""Hah! Selepas kau diceraikan, kau baru menyadari betapa kau mencintai Lily. Tapi apa artinya penyesalan di saat waktu selama pernikahan kau tidak berminat untuk memperbaiki hubungan. Kau itu pengecut, Max. Aku menyesal karena telah mendukungmu agar bisa kembali ke pelu

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 112

    Ernes sudah membuka mulutnya untuk protes namun ketukan pintu di ruangan membuat Ernes mengurungkan niat.Dengan kesal Ernes menghampiri pintu dan membukanya sedikit. Ernes hanya menampakkan wajahnya yang dingin saat bertanya, "Aku harap ada sesuatu yang penting karena kamu sudah berani mengetuk pintu."Olivia menatap Ernes yang sedang membuka pintu dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Dia bersikap santai seolah terbiasa menampilkan tubuh polosnya.Saat pintu tadi terbuka, Rina sempat melihat Olivia yang masih belum mengenakan baju, untungnya Ernes sudah terlihat mengenakan baju lengkapnya.Rina menundukkan kepalanya takut saat bertemu pandang dengan Ernes. Tadi dia sudah mendengar tidak ada suara aktivitas apapun di dalam, jadi seharusnya Ernes sudah selesai."Ma-maaf, Tuan. Saya hanya ingin memberitahu soal kedatangan Nyonya Serena kesini tadi."Kedua netra Ernes terbelalak lebar. "Apa katamu? Serena datang kesini? Kapan?"Olivia yang mendengar pun tidak lagi bisa menyembunyi

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 111

    Serena merasa ucapan Lily kemarin benar. Ada baiknya dia menanyakan pada Ernes langsung soal kebenaran dari Olivia yang hamil.Selain itu, Serena juga segera ingin tahu soal kelanjutan hubungannya dengan Ernes. Jika memang itu adalah anak Ernes, maka lebih baik bagi Serena untuk mundur.Toh selama dua tahun belakangan dia berhasil hidup tanpa kehadiran Ernes. Jadi jika selanjutnya dia akan begitu lagi, tentu tidak akan terlalu sulit.Saat ini Serena sudah berada di dalam gedung perusahaan milik Ernes. Resepsionis yang melihat Serena sedang berjalan ke arahnya pun segera tersenyum. Dia kenal baik dengan Serena karena bertahun-tahun sudah menjadi istri Ernes.Selain itu, posisi keluarga Serena sebagai salah satu pemilik saham juga sangat dihormati kehadirannya disitu."Nyonya Serena," panggil sang resepsionis ramah.Serena melambaikan tangannya. "Aku sudah bukan seorang Nyonya lagi."Resepsionis yang bernama Dewi itu menutup mulutnya terkejut. "Maafkan

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 110

    Soal permasalahan pelanggan di butik sudah terkondisikan. Saat malam sudah menyapa dan butik sudah mulai sepi, Lily mulai membuka ponsel untuk membuka pesan-pesan masuk yang belum sempat dia baca.Beberapa diantaranya ada pesan dari Vina dan Finley yang menanyakan soal keadaan butik.Selain itu ada pesan dari Donna yang menyuruhnya untuk makan siang. Perasaan Lily menjadi hangat. Donna sudah berlaku bagaikan seorang ibu baginya.Setelah mengetik balasan untuk Donna, Lily menggulir layarnya lagi dan mendapati pesan dari Max yang muncul.Tangan Lily terhenti sejenak. Dia merasa asing saat mendapatkan pesan dari Max yang mana dulunya dia sangat tidak dipedulikan.Kini, entah mengapa Max hampir mengiriminya pesan setiap hari.Mula-mula di menanyakan soal kabar Arsan, tapi lambat laun dia akan menanyakan soal kabar Lily dan menyuruhnya untuk jangan lupa istirahat.Bukannya senang, Lily malah merasa aneh. Dia tidak terbiasa mendapat perlakuan Max yang hangat.

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 109

    Setengah jam kemudian. Setelah berbasa-basi sejenak, Lily pamit undur diri dengan alasan ada pekerjaan lain yang menantinya di rumah.Wina pun tidak memaksa lalu mengantar Lily keluar dari rumahnya dan memastikan Lily sudah memasuki mobil dengan aman. Tak lama dari itu, dia memanggil Rosa."Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?""Suruh orang untuk memantau Lily. Pastikan dia selamat sampai di rumahnya nanti."Meskipun Rosa kebingungan dengan sikap Wina, Rosa tidak berani bertanya lebih lanjut. "Baik, Nyonya."Setelah kepergian Rosa, Wina pun segera beranjak ke ruang kerja--tempat Kenneth berada.Ruang kerja milik Kenneth berada di pojok. Wina langsung membuka pintu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Hal itu membuat Kenneth menatapnya dengan tatapan tajam."Sayang, kenapa tidak mengetuk pintu? Itu tidak sopan." Kenneth memang kaku dalam beberapa hal. Tapi Wina tidak mempermasalahkan karena dia sedang tergesa-gesa."Maafkan aku, tapi

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 108

    "Te-terima kasih, Nyonya." Lily kembali meminum teh hangat di depannya. Sikap Wina terasa aneh malam ini. Wina tersenyum hangat melihat tingkah laku Lily yang canggung. Tatapannya kembali mengarah pada kalung yang dikenakan Lily."Kalungmu bagus. Kau membelinya dimana?" Sengaja Wina bertanya seolah tidak tahu apa-apa, agar Lily mau bercerita terus terang.Lily memegang liontin kalung dengan perasaan sendu. "Saya tidak membelinya, ayah saya yang memberikannya untuk saya sebagai hadiah ulang tahun ke-tujuh belas.""Kau pasti sangat sayang dengan ayahmu."Lily melirik Wina sebentar lalu kembali mengalihkan pandangan. Apa ini yang ingin ditanyakan oleh Nyonya Wina? Untuk mengetahui soal ayahnya?"Ya. Ayah saya selalu memperlakukan saya dengan baik. Makanya saya tidak menyangka kalau ayah saya pernah berbuat jahat pada putri Anda." Lily menundukkan kepala sambil meremas ujung gaun yang dikenakannya."Sekali lagi saya meminta maaf atas kesalahan ayah saya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status