Share

Bagian 5

Penulis: Sebtian Dwi P
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-04 06:08:29

Meninggalkan aku secara perlahan bagimu tidak menyakitkan, kamu salah. Semakin lama kamu pergi, semakin berat bagiku untuk berpaling.

Sejak semalam Monica dan Ralin telah menyiapkan semua bahan untuk persiapan membuat makanan hari ini, mereka telah menentukan akan membuat cilok dan tahu fantasy dengan minuman soda gembira. Dengan mata berbinar dan semangat penuh kobaran api, Ralin mengambil tepung dan semua bahan, dia menyiapkannya dibantu dengan Monica.

"Mon, kemana ya anak-anak kenapa belum datang ya?" tanya Ralin.

Monica hanya menghela napas kesal, dia sudah tau kedua anak itu pasti akan datang terlambat. Ralin tersenyum, jantungnya sudah dag dig dug tak karuan karena menunggu kedatangan Arga.

Bunyi motor khas Yamaha X Ride membuat Ralin tersenyum senang, sudah pasti itu motor Arga yang datang. Ralin menuju kamar, mengenakan hijab dan baju lengan panjangnya lalu melangkah membuka pintu. Tak lupa dia menggunakan make up tipis, sejak kemarin Ralin menyukai menggunakan bedak bayi dan lip matte agar terlihat lebih cantik dan fresh. Kalau ada yang bilang, jatuh cinta itu membuat seseorang berubah, mungkin benar adanya. Ralin berubah menjadi lebih cantik dan merawat tubuhnya sejak jatuh cinta kepada Arga. Bahkan tadi pagi dia luluran agar kulitnya lebih cerah bersinar. Semalam dia juga menggunakan masker bengkoang.

Pintu dibuka, tampak sosok Arga dengan senyuman khasnya dan membawa satu kantong plastik besar berisi puluhan botol plastik untuk tempat berjualan minuman soda gembira.

"Yaampun banyak banget Ga botolnya." Ralin membantu Arga membawa botol plastik dan mempersilahkannya masuk ke dalam rumah. Monica keluar dari dapur dan menatap Arga dengan tatapan sengit dan berkata, "Mana sirup sama susunya?" Arga hanya tersenyum dan menggeleng, membuat Monica mendesah pelan.

Arga lalu bersalaman dengan ibu Ralin, melihat Arga yang sopan dan meminta ijin kepada ibu Ralin untuk masak-masak di rumah, Ralin jadi merasa Arga lelaki yang berbeda dengan lelaki lainnya, dia seorang gentle man dan maskulin.

"Jadi kamu beneran enggak bawa sirupnya?" tanya Ralin lagi.

"Enggak," jawab Arga singkat.

Dari gerak-gerik dan jawaban Arga, Ralin bisa mengetahui jika Arga sebenarnya ingin membeli sirup dan susu, tapi sayangnya dia tidak bisa memilihnya.

"Oh, aku tau kamu pasti bingung kan milihnya?" tebak Ralin.

Arga terkesiap karena seolah Ralin bisa membaca pikirannya.

"Iya, maaf ya."

Mereka lalu menyiapkan bahan untuk memasak tahu fantasy. Ralin mengambil bawang putih dan mengupasnya, lalu menghaluskannya dengan cobek. Arga melihat Ralin seperti kelelahan menggunakan cobek, dia lalu menawarkan untuk membantunya. Cara Arga menghaluskan bawang putih dengan cobek seperti tidak ada tenaga. Ralin tertawa kecil melihatnya.

"Kamu enggak pernah ya masak?" tanya Ralin.

"Enggak hehe."

Ralin mengambil kembali cobek dari tangan Arga dan memberinya contoh.

"Gini lo caranya ngulek bawang, kamu kalau enggak ada tenaga gitu mana bisa bawangnya halus."

Arga hanya nyengir kuda dan mengambil kembali cobeknya, tangannya tak sengaja tersentuh tangan Ralin yang membuat jantung Ralin berdegup makin kencang. Rona pipi Ralin jelas terlihat, namun dia menyembunyikannya dan memalingkan wajah. Ralin beralih membantu Monica yang memasukan tahu fantasy ke dalam cetakan.

Suara motor beat datang dan memasuki garasi rumah Ralin, sudah pasti itu Maria. Sahabat Ralin yang paling ceria, dia datang dengan membawa kantung plastik berisi stiker dan cup kecil untuk makan cilok.

"HEIII SELAMAT PAGI SEMUANYA!! HALO TANTE!!" teriak Maria yang membuat suasana seketika heboh.

"Masuk sini Maria, sini bantu kita," jawab Ralin.

Maria masuk lalu memberikan stiker beserta cupnya. Dia lalu membantu Ralin membuat cilok, dua kilo tepung diaduk dengan bawang putih dan air panas menjadi satu dalam wajan jumbo. Dengan tenaga penuh Ralin mengaduknya. Arga melihat Ralin yang kesulitan dia lalu beranjak duduk di samping Ralin dan mengaduk adonan.

"Nah gitu dong, jadi cowok itu yang peka," ucap Maria

Ralin tersenyum kecil dan memegang wajan, Arga yang mengaduknya. Mereka terlihat so sweet saat bekerja sama.

Sambil mengaduk dan kerjasama dalam membuat adonan, mereka saling berbincang kecil.

"Di depan rumah kamu ada ring basket, kamu sering pakai?" tanya Arga.

"Oh, kadang. Kenapa Ga? Kamu juga suka basket?" tanya Ralin.

Dia sangat menantikan jawaban Arga, Ralin sangat menyukai lelaki yang bisa bermain basket, membayangkan Arga yang menggunakan jersey basket saja membuat Ralin bersemu merah.

"Pernah sih dulu waktu SMA, tapi sudah itu enggak lama keluar, capek."

"Oh ya, rumah kamu memangnya jauh dari rumahku?" tanya Ralin.

Arga mengangguk dan menjawab, "Iya Lin, jauh banget kalau pakai ojek o****e itu tarif maksimal."

"Oh, pantas saja kamu jarang ya masuk kuliah soalnya jauh rumah kamu," jawab Ralin.

"Nah, iya bener. Belum lagi kalau dosennya enggak jadi ngajar, sayang bensinku."

Ralin tersenyum kecil dia membatin, "Bensin aja disayang, lembut banget hatinya."

Sepertinya jatuh cinta membuat otak Ralin terbius oleh racun kasmaran, semua hal yang bersangkutan dengan Arga bagai candu dan suara Arga seperti melodi yang terus teriang di kepalanya. Rasanya, setiap momen bersama Arga tak ingin dia lewatkan sedetik pun. Ralin sangat menikmati momen mengaduk adonan cilok bersama Arga. Dengan ini, dia bisa jadi lebih dekat dengan Arga. Perlakuan kecil Arga membuat Ralin semakin yakin Arga lelaki yang penuh perhatian dan pengertian. 

Bab terkait

  • Lara dan Jingga   Bagian 6

    Kamu hadir, tapi tidak menetap. Sama saja berbohong.Arga tampak begitu tampan dengan kemeja kotak-kotak kuning dan celana jeans. Rambutnya tersisir rapi dan aroma parfumnya tercium maskulin. Ralin masih terpaku dengan ketampanan Arga, bahkan tak berkedip."Jadi gimana? Kamu mau naik motor sama aku apa naik mobil?" tanya Arga.Hari ini bazar akan dimulai, semua peralatan masak dan makanan yang akan dijual sudah siap masuk ke dalam mobil. Hati kecil Ralin berteriak menginginkan naik motor berboncengan dengan Arga, tapi disisi lain, dia juga ingin menemani Monica naik mobil."Naik mobil aja, temenin Monica," jawab ibu Ralin.Ralin dengan Monica dan Arga saling pandang, sesuatu yang tidak bisa diartikan. Ralin akhirnya berpamitan dan masuk ke dalam mobil, menemani Monica dan memangku peralatan masak untuk bazar."Kamu pengen naik motor ya sama Arga?" tanya Monica sambil tersenyum menggoda Ralin. Sudah pasti jawaban Ralin hanya anggukan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04
  • Lara dan Jingga   Bagian 7

    Kemarin dan sekarang, bedanya ada dan tiada dirimu.Bazar masih sepi, belum banyak pengunjung tapi waktu menunjukkan pukul sebelas siang. Arga turun dari kursi setelah memasang lampu dan hiasan. Dia lalu menuju masjid kampus yang letaknya di dekat fakultas IPA."Aku ke masjid dulu ya, mau siap-siap salat Jumat."Maria mengangguk dan menyetujui permintaan Arga. Dia lalu kembali menata cilok untuk berjualan. Merasa sudah banyak murid berdatangan, Maria memilih menujual dagangan kita. Ralin masih fokus menata tahu fantasy dan menaruhnya pada mangkuk mika.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04
  • Lara dan Jingga   Bagian 8

    Cinta hadir tanpa diminta.Semakin malam bazar semakin ramai, panggung telah dipersiapkan untuk band. Pengunjung semakin ramai, namun sayangnya produk jualan mereka masih banyak. Ralin mengemasi tahu fantasy yang belum digoreng, masih ada sisa sekitar lima puluh buah, tidak mungkin jika membiarkan makanan terbuka, takut basi."Arga, anterin aku pulang dong. Ini tahu fantasynya dipulangin aja deh, biar masuk ke kulkas."Arga mengangguk, menyanggupi permintaan Ralin dan mengantarkannya pulang membawa satu kotak berisi tahu fantasy."Oke."Keduanya pulang, beberapa mahasiswa menggoda Ralin karena sekarang dekat dengan Arga, sekila Ralin melirik Arga, lelaki di sampingnya juga mengulas senyum. Entah senyum apa yang Arga maksud, namun hal itu membuat Ralin semakin berharap, dia memiliki perasaan yang sama.Seperti biasa, Arga bersikap manly, membuka footstep membiarkan Ralin naik. Manis, perilakunya sangat baik, membuat R

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04
  • Lara dan Jingga   Bagian 9

    Jodoh, bukan hanya seseorang yang memberi janji, mendekat tanpa sekat. Tapi mendekat lalu akad.Pegal, sekujur tubuh Ralin sakit semua. Lelah, tubuhnya mengalami nyeri otot karena kelelahan. Jam menunjukkan pukul empat lebih, sudah waktunya dia salat subuh. Memaksakan diri untuk bangun, Ralin bangkit berdiri mengambil wudhu, tak luma dia sematkan doa menyebut nama Arga di sela sujudnya."Loh kok tidur lagi?" tanya ibu Ralin.Ralin hanya mengangguk lemah, dia kembali naik ke atas kasur dan meringkuk, badannya panas, tubuhnya kesakitan. Benar-benar payah, batin Ralin. Hanya bekerja keras selama dua hari saja membuatnya ambruk. Ralinmenutup mata, sebelumnya dia membayangkan wajah Arga yang tersenyum.Satu pukulan keras di pantat Ralin membuatnya bangun, dia meringis tertawa karena ibunya membangunkannya."Anak gadis abis subuh kok tidur, ayo bangun! Antar ibu ke pasar sekarang," ucap i

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04
  • Lara dan Jingga   Bagian 9

    "Mencintai seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya, itu menyakitkan."Sebulan telah berlalu, tak ada kabar lagi dari Arga. Tidak pula ada lagi chat darinya, WhatsApp Ralin hanya dipenuhi canda tawa sahabatnya tanpa kehadiran Arga.Rasa rindu menggebu menguasai hati Ralin. Tidak seharusnya cinta tumbuh cepat begini. Bayangan wajah Arga memenuhi pikiran Ralin, dia tidak fokus mengerjakan skripsinya. Hari ini Ralin memutuskan memberanikan diri menghubungi Arga terlebih dulu. Meski satu kampus, bukan berarti mudah bertemu dengannya. Entah kemana sosoknya, Ralin tidak lagi melihat Arga.Dia merogoh sakunya, mengambil ponselnya, mengetikkan chat untuk Arga, singkat, sederhana namun sanggup membuatnya berdegup kencang. Aliran darahnya mengalir deras, tangannya mulai dingin karena gugup.Satu menit ...Dua menit ...Tiga menit ...Tidak ada balasan dari Arga, namun pesannya telah terbaca. Ralin menyerngitkan dahi. Kenapa tid

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04
  • Lara dan Jingga   Bagian 10

    Kau memberikan harapan, tapi semua hanyalah permainan."Udah selesai makannya? Pulang yuk." Arga mengulurkan tangannya. Bukan untuk membantu Ralin bangkit dari duduk tapi menjabat tangan Ralin, mengucapkan rasa terima kasih karena telah membantunya."Makasih ya Lin. Untung aku punya kamu, tanpa kamu aku enggak tau harus bagaimana.""Iya, sama-sama. Ini buat bayar makannya." Ralin mengeluarkan uang lembaran biru, namun Arga menggeleng, menolak pemberian Ralin.Sorot mata Arga seolah mengucapkan perpisahan, namun Ralin enggan berpisah saat urusan mereka telah usai, bukan ini yang Ralin mau."Kalau ada kesulitan, revisi atau apapun, langsung hubungi aku aja."Mencoba menawarkan bantuan adalah satu-satunya cara Ralin untuk bisa membuatnya dengan Arga dekat. Mungkin dengan cara seperti ini Ralin bisa mendapatkan Arga. Tidak salah kan jika berjuang mendapatkan hati seseorang dengan masuk ke dalam kehidupannya? Membantu sebisa

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04
  • Lara dan Jingga   Bagian 11

    Rindu datang ketika mata tak lagi menangkap bayangmuBaru saja Ralin masuk ke dalam rumah setelah olahraga pagi, notifikasi hpnya berdering lagi. Tanpa membukanya, dia sudah tau notifikasi dari seseorang yang dia cintai. Ralin sengaja memberikan nama Arga dengan bunyi notifikasi berbeda karena dia ingin lebih fast respon dengannya, meski tidak halnya dengan Arga. Lelaki itu pasti menjawab chat Ralin lam, bukan hanya satu jam atau dua jam, tapi dua hari.Terlihat no sense, tapi cinta begitu dalam membuat Ralin kehilangan logikanya. Arga kembali menanyakan tentang skripsi. Sudah tahun baru, topik chat mereka masih saja sama, tentang dunia perskripsian.Lama kelamaan Ralin menyadari satu hal, hubungan dia dengannya seolah tidak ada kemajuan meski tahun telah berganti. Kini dia mencoba menggunakan satu persen logika, apa benar Arga hanya memanfaatkannya.Kembali berdering, notifikasi kedua dari Arga, Ralin cepat membukanya."Ayo ikut aku temui

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04
  • Lara dan Jingga   Bagian 12

    Semua hanya angan, ketika kau hanya memberi kenangan.Ralin merebahkan dirinya di kasur, tangannya sibuk memainkan ponsel, menuliskan pesan jawaban untuk Arga. Seperti biasa, masih mengenai revisi skripsi. Mengetuk pintu hati Arga bukanlah hal yang mudah. Ralin sangat lelah di setiap harinya mencoba terus mendekat dengan Arga. Jawaban Arga begitu dingin, tidak seperti biasanya.Terakhir, pesan Arga yang membuat dada Ralin sesak, sulit untuk tidur.Semua yang diperlukan di website, tolong semua kamu yang mengurus ya.Ralin dengan senang hati membantu Arga, namun bagaimana dengan perasaannya? Apakah Arga menyukai dia?Ralin masih mencoba menyimpan tanya dalam hati, tak berani mengungkapkannya. Dia menuju kampus esok harinya, mengumpulkan berkas milik Arga. Matanya menerawang jauh, sosok Farhan ada di sana. Dia tertawa riang dengan Damian."Farhan! sapa Ralin tersenyum riang. Kalau dipikir-pikir lagi semenjak dekat dnegan Arga

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04

Bab terbaru

  • Lara dan Jingga   Bagian 17

    Perpisahan terkadang menyakitkan, tapi perpisahan juga bisa menjadi pilihan terbaik.Berangkat sendirian, pulang diantar. Keluarga Ralin menunjukkan ekspresi penasaran siapa lelaki yang telah mengantarkannya sampai di depan rumah. Ketika Ralin baru saja masuk melangkah ke dalam, Dion menatapnya.“Siapa lelaki tadi?” tanya Dion. Ralin memperhatikan seluruh anggota keluarganya. Tatapan mereka seolah mendesak Ralin untuk menjawab.“Teman kuliah, Fahmi namanya.”Ralin lalu masuk ke kamar setelah menjawab semua itu, dia mengganti bajunya lalu ikut bermain dengan keponakannya. Kelihatannya mereka semua sedang asik bermain kartu. Ralin ikut duduk bermain dengan mereka karena kelihatannya kegiatan bermain kartu Uno membuatnya sibuk. Setelah satu jam kemudian, keadaan rumah kembali sepi, semua kakak dan keponakannya pulang. Dia langusng beringsut naik ke kamar, memeluk guling dan memejamkan mata. Bunyi notifikasi membuat Rali

  • Lara dan Jingga   Bagian 14

    Lara dan JinggaPenggunaan Bahasa: BakuAda yang aneh dengan sikap Ralin akhir-akhir ini, dia terlihat tidak ada semangat hidup, matanya kosong dan tidak ada hal lain yang dia lakukan selain tidur lalu makan. Ibunya menatap Ralin penuh dengan tanda tanya, bagaimana bisa anaknya seperti ini. Ralin terlihat seperti frustasi sekaligus kebingungan. Entah apa yang terjadi, berulang kali ibunya menanyakan kepadanya, namun Ralin hanya mengatakan dia ingin tidur karena lelah. Diajak pergi pun gadis itu tidak mau, dia memilih meringkuk di kamarnya.Setiap detiknya dia hanya menanti pesan dari Arga. Pertanyaan yang sama selaluberputar di kepalanya, kenapa Arga menjauhinya, kenapa Arga tidak membalas pesannya. Kenapa lelaki itu pergi? Kenapa dia tidak dihargai? Kenapa segala pengorbanannya terasa sia-sia. Ralin merasa kecewa sekaligus marah, namun tidak tau harus melampiaskan kemana. Setiap kali dia berdoa, dia hanya berharap A

  • Lara dan Jingga   Bagian 13

    Aku tidak menyalahkanmu, sikap baik dan perhatianmu sama sekali tidak salah. Aku menyalahkan hatiku yang terlalu mudah cinta kepadamu. Terlalu mudah berharap bahagia bersamamu.Ralin menyetir pulang dengan mata kosong, Damian dan Farhan mengikutinya dari belakang. Mereka tau Fahmi keterlaluan, mengucapkan hal seperti itu kepada Ralin, namun semua itu demi kebaikan Ralin."Ral! Nyetir yang bener!" teriak Farhan. Ralin mengerjapkan matanya, dia hampir saja goyah. Dia lalu kembali fokus menatap ke jalanan. Ralin ingin menangis saat ini juga. Apa benar Arga memang tidak mencintainya?Untung saja ada Farhan dan Damian yang bersedia menjaga

  • Lara dan Jingga   Bagian 12

    Semua hanya angan, ketika kau hanya memberi kenangan.Ralin merebahkan dirinya di kasur, tangannya sibuk memainkan ponsel, menuliskan pesan jawaban untuk Arga. Seperti biasa, masih mengenai revisi skripsi. Mengetuk pintu hati Arga bukanlah hal yang mudah. Ralin sangat lelah di setiap harinya mencoba terus mendekat dengan Arga. Jawaban Arga begitu dingin, tidak seperti biasanya.Terakhir, pesan Arga yang membuat dada Ralin sesak, sulit untuk tidur.Semua yang diperlukan di website, tolong semua kamu yang mengurus ya.Ralin dengan senang hati membantu Arga, namun bagaimana dengan perasaannya? Apakah Arga menyukai dia?Ralin masih mencoba menyimpan tanya dalam hati, tak berani mengungkapkannya. Dia menuju kampus esok harinya, mengumpulkan berkas milik Arga. Matanya menerawang jauh, sosok Farhan ada di sana. Dia tertawa riang dengan Damian."Farhan! sapa Ralin tersenyum riang. Kalau dipikir-pikir lagi semenjak dekat dnegan Arga

  • Lara dan Jingga   Bagian 11

    Rindu datang ketika mata tak lagi menangkap bayangmuBaru saja Ralin masuk ke dalam rumah setelah olahraga pagi, notifikasi hpnya berdering lagi. Tanpa membukanya, dia sudah tau notifikasi dari seseorang yang dia cintai. Ralin sengaja memberikan nama Arga dengan bunyi notifikasi berbeda karena dia ingin lebih fast respon dengannya, meski tidak halnya dengan Arga. Lelaki itu pasti menjawab chat Ralin lam, bukan hanya satu jam atau dua jam, tapi dua hari.Terlihat no sense, tapi cinta begitu dalam membuat Ralin kehilangan logikanya. Arga kembali menanyakan tentang skripsi. Sudah tahun baru, topik chat mereka masih saja sama, tentang dunia perskripsian.Lama kelamaan Ralin menyadari satu hal, hubungan dia dengannya seolah tidak ada kemajuan meski tahun telah berganti. Kini dia mencoba menggunakan satu persen logika, apa benar Arga hanya memanfaatkannya.Kembali berdering, notifikasi kedua dari Arga, Ralin cepat membukanya."Ayo ikut aku temui

  • Lara dan Jingga   Bagian 10

    Kau memberikan harapan, tapi semua hanyalah permainan."Udah selesai makannya? Pulang yuk." Arga mengulurkan tangannya. Bukan untuk membantu Ralin bangkit dari duduk tapi menjabat tangan Ralin, mengucapkan rasa terima kasih karena telah membantunya."Makasih ya Lin. Untung aku punya kamu, tanpa kamu aku enggak tau harus bagaimana.""Iya, sama-sama. Ini buat bayar makannya." Ralin mengeluarkan uang lembaran biru, namun Arga menggeleng, menolak pemberian Ralin.Sorot mata Arga seolah mengucapkan perpisahan, namun Ralin enggan berpisah saat urusan mereka telah usai, bukan ini yang Ralin mau."Kalau ada kesulitan, revisi atau apapun, langsung hubungi aku aja."Mencoba menawarkan bantuan adalah satu-satunya cara Ralin untuk bisa membuatnya dengan Arga dekat. Mungkin dengan cara seperti ini Ralin bisa mendapatkan Arga. Tidak salah kan jika berjuang mendapatkan hati seseorang dengan masuk ke dalam kehidupannya? Membantu sebisa

  • Lara dan Jingga   Bagian 9

    "Mencintai seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya, itu menyakitkan."Sebulan telah berlalu, tak ada kabar lagi dari Arga. Tidak pula ada lagi chat darinya, WhatsApp Ralin hanya dipenuhi canda tawa sahabatnya tanpa kehadiran Arga.Rasa rindu menggebu menguasai hati Ralin. Tidak seharusnya cinta tumbuh cepat begini. Bayangan wajah Arga memenuhi pikiran Ralin, dia tidak fokus mengerjakan skripsinya. Hari ini Ralin memutuskan memberanikan diri menghubungi Arga terlebih dulu. Meski satu kampus, bukan berarti mudah bertemu dengannya. Entah kemana sosoknya, Ralin tidak lagi melihat Arga.Dia merogoh sakunya, mengambil ponselnya, mengetikkan chat untuk Arga, singkat, sederhana namun sanggup membuatnya berdegup kencang. Aliran darahnya mengalir deras, tangannya mulai dingin karena gugup.Satu menit ...Dua menit ...Tiga menit ...Tidak ada balasan dari Arga, namun pesannya telah terbaca. Ralin menyerngitkan dahi. Kenapa tid

  • Lara dan Jingga   Bagian 9

    Jodoh, bukan hanya seseorang yang memberi janji, mendekat tanpa sekat. Tapi mendekat lalu akad.Pegal, sekujur tubuh Ralin sakit semua. Lelah, tubuhnya mengalami nyeri otot karena kelelahan. Jam menunjukkan pukul empat lebih, sudah waktunya dia salat subuh. Memaksakan diri untuk bangun, Ralin bangkit berdiri mengambil wudhu, tak luma dia sematkan doa menyebut nama Arga di sela sujudnya."Loh kok tidur lagi?" tanya ibu Ralin.Ralin hanya mengangguk lemah, dia kembali naik ke atas kasur dan meringkuk, badannya panas, tubuhnya kesakitan. Benar-benar payah, batin Ralin. Hanya bekerja keras selama dua hari saja membuatnya ambruk. Ralinmenutup mata, sebelumnya dia membayangkan wajah Arga yang tersenyum.Satu pukulan keras di pantat Ralin membuatnya bangun, dia meringis tertawa karena ibunya membangunkannya."Anak gadis abis subuh kok tidur, ayo bangun! Antar ibu ke pasar sekarang," ucap i

  • Lara dan Jingga   Bagian 8

    Cinta hadir tanpa diminta.Semakin malam bazar semakin ramai, panggung telah dipersiapkan untuk band. Pengunjung semakin ramai, namun sayangnya produk jualan mereka masih banyak. Ralin mengemasi tahu fantasy yang belum digoreng, masih ada sisa sekitar lima puluh buah, tidak mungkin jika membiarkan makanan terbuka, takut basi."Arga, anterin aku pulang dong. Ini tahu fantasynya dipulangin aja deh, biar masuk ke kulkas."Arga mengangguk, menyanggupi permintaan Ralin dan mengantarkannya pulang membawa satu kotak berisi tahu fantasy."Oke."Keduanya pulang, beberapa mahasiswa menggoda Ralin karena sekarang dekat dengan Arga, sekila Ralin melirik Arga, lelaki di sampingnya juga mengulas senyum. Entah senyum apa yang Arga maksud, namun hal itu membuat Ralin semakin berharap, dia memiliki perasaan yang sama.Seperti biasa, Arga bersikap manly, membuka footstep membiarkan Ralin naik. Manis, perilakunya sangat baik, membuat R

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status