“Kamu yakin jika Ibu akan berpisah dengan ayah, Mas?”“Mungkin saja, sikap ayah tak pernah berubah sejak dulu,” jawab Harris.“Kasian Ibu ya,” cicit Anin, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus menghindar dari Harris. Ia takut jika berada di dekat lelaki itu maka akan terbongkar rahasia yang selama ini disimpannya.Ketika perempuan itu mandi terdengar suara tangisan dari Bhima namun ia tak khawator karena ada Harris yang mampu menenangkan anaknya. Dan hal itu terbukti benar adanya, ketika ia keluar dari kamar mandi, Harris sedang menimang bayi mungil itu.“Kenapa dia Mas?” tanya Anin seraya mengering rambutnya.“Tadi dia menangis sebentar tetapi sudah kutenangkan dan kembali tidur,” jawab Harris, ia memamerkan Bhima yang tertidur di gendongannya. Setelah yakin jika bayi laki-laki itu tertidur nyenyak, ia kembali meletakkannya di ranjang.Anin masuk ke dalam ruang ganti untuk berganti baju, ia memakai baju berwarna yang sama dengan Harris. Usai berganti baju d
“Ibu sungguh ingin berkonsultasi?” ulang Harris, ia kemudian menatap ke arah Anin.“Memangnya kenapa, Mas? Mungkin Ibu butuh masukan dari para ahli, hatinya sedang tidak tenang,” timpal Anin. Harris menganggukkan kepalanya tanda ia setuju dengan perkataan Anin barusan.“Ibu berkata jika dia baik-baik tetapi nyatanya tidak, hatinya pasti terluka karena sikap ayah,” batin Harris.Ketika sang Ibu pergi dengan ustadzah tersebut lain halnya dengan Harris dan Anin yang mengikuti para ustad menuju ke ruang tunggu. Anin mengarahkan netra untuk memandangi seluruh bangun pendidikan bernuansa isalmi tersebut.“Ternyata tempat ini begitu luas, bangunannya juga sangat cantik,” ujarnya dalam hati. Netra Anin tak berhenti melihat ke sekelilingnya. Suara lantunan ayat suci terdengar sangat menyejukkan hatinya.Seorang lelaki berpeci putih mempersilakan mereka untuk masuk ke dalam ruangan berwarna hijau muda tersebut. Di dalam ruangan tersebut sudah ada wakil pemimpin pondok, ia turut menyambut kedata
“Mas, lihat Ibu,” lirih Anin seraya menepuk lengan Harris, perempuan itu kemudian menunjuk ke arah Nyonya Besar itu. Harris menggerakkan kepalanya mengikuti arah petunjuk Anin. Sang Ibu yang berdiri tak jauh dari mereka sedang menatap ke sudut kanan.Entah apa dan siapa yang dilihat olehnya, nyatanya Harris tak menemukan hal menarik. Karena tak ingin penasaran, ia pun bertanya pada sang Ibu.“Ibu lihat apa di sana?” tanya Harris.“Tadi Ibu lihat ada mobil yang mirip dengan mobil ayahmu,” jawabnya.“Mobil seperti milik ayah banyak bu, aku yakin ayah tak akan menyusul ke mari.”“Agar meyakinkan lebih baik Ibu telpon ke rumah saja,” usulnya. Perempuan paruh baya itu lantas menghubungi telepon rumahnya, tak berselang lama terdengar suara sahutan di seberang. Nyonya Besar itu segera mengajukan pertanyaan pada asisten rumah tangganya.“Tuan masih di rumah Nyonya, mobilnya pun masih terparkir di depan,” jawab pembantu tersebut.“Yasudah kalau begitu,” sahutnya. Nyonya Setya lantas mematikan
“Bukannya tidak boleh Bu, hanya saja kami akan melakukannya berdua. Mengulang masa pacaran kami yang singkat,” kilah Harris, yang sebenarnya adalah lelaki itu takut latar belakang Anin diketahui oleh ibunya. Termasuk tentang mereka yang belum menikah.“Ibu mengerti hal itu, memang seharusnya kalian memiliki waktu berdua yabegng banyak. Tetapi sesekali boleh dong Ibu jalan bareng menantu Ibu,” ujar perempuan paruh baya itu.“Tentu saja Bu, Anin juga mau kok pergi bareng Ibu,” ujar Anin, akhirnya ia buka suara juga. Harris membulatkan matanya mendengar hal tersebut, sedangkan perempuan itu mencoba meyakinkan Harris lewat raut wajahnya.“Baiklah kalau begitu, nanti kita cari waktu yang tepat untuk belanja dan makan siang bersama ya,”Tak ada lagi percakapan di antara mereka, karena Anin, Bhima dan Ibu Harris sudah terlelap tidur padahal Bru setengah perjalanan. Sedangkan Harris tak bisa ikut tidur, ia terus memantau kondisi perusahaannya melalui ponselnya.Damar memberi tahu sang atasan
“Benar Nyonya, mobil sedan putih,” ulang sang asisten tersebut. Nyonya Besar tampak menganggukkan kepalanya beberapa kali“Bukankah kita tadi melihat mobil itu sewaktu mengisi bahan bakar,” celetuk Anin. Semua mata sekarang tertuju pada perempuan itu, Harris membuat sinyal dengan mengerutkan wajahnya. Seketika Anin merasa jika dirinya salah berbicara.“Bisa jadi, Nin. Bisa jadi mobil yang kita lihat tadi menjemput ayah untuk ikut bersamanya,” timpal Ibu Harris. “Kita anggap masalah sudah selesai, jangan membahas hal itu lagi. Mungkin saja ayah ingin jalan-jalan tanpa kita,” lanjutnya.“Mungkin juga ayah sedang merencanakan hal lain,” pikir Harris.Karena sang Nyonya sudah mengatakan hal tersebut, baik Anin dan Harris kemudian kembali naik menuju kamarnya. Masing-masing dari mereka menyimpan sebuah pemikiran yng hendak diutarakan.&nbs
“Saya menduga jika suami saya menjalin hubungan dengan perempuan lain, perempuan yang kami kenal dan dekat dengan keluargaku,” ujar Nyonya Setya kepada pengacaranya disambungan telepon.“Atas dasar apa anda menuduh Pak Setya berselingkuh?” tanya lelaki ahli hukum tersebut.“Saat ini memang tak ada bukti konkritnya tetapi asisten rumah saya bisa dijadikan saksi,” jawab Nyonya Besar itu. Sang pengacara merespon aduan kliennya dengan mengatakan bahwa mereka membutuhkan bukti yang kuat dan saksi kunci agar proses perceraian bisa diproses.“Baiklah Pak, saya akan mengumpulkan bukti dan saksi,” ujar Ibu Harris mengakhiri panggilan teleponnya. Meski sekarang ia tak memiliki semua yang diperlukan untuk mengajukan gugatan cerai namun Nyonya Setya yang memiliki nama asli Sekar Ranti itu tak berkecil hati. Ia dengan sabar menunggu waktu itu tiba.Lain sang Ibu lain pula dengan sang anak, Harris yang sudah selesai mandi dan berganti baju duduk di sofa. Ia sibuk melihat ke arah pacar barunya itu y
Karena penasaran, Anin pun segera turun ke bawah. Seketika perempuan itu lmendekati Harris dan bertanya tentang masakannya.“Enak kok sayang, jangan khawatir,” kata Harris menenangkan Anin.“Pasti kamu melihat ayah ya,” tanya Ibu Harris, Anin menganggukkan kepalanya, tebakan wanita paruh baya itu benar. “Jangan pikirkan tentang ayah, Nin. Lebih baik kamu segera duduk dan makan msakan buatanmu,” lanjutnya.“Baik Bu,” sahut Anin. Perempuan itu lantas mengambil piring dan nasi berserta lauk pauknya kemudian duduk di sebelah Harris. Ia mulai suapan pertamanya, lidahnya merasakan makanan tersebut dan ternyata benar, rasanya tak seburuk yang ia kira.Mereka menghabiskan makanannya sembari mengobrol tentang banyak hal, pembuka topik pembicaraan adalah Harris. Berbeda dengan anak dan istrinya, Tuan Setya duduk di ruang kerjanya dengan menahan lapar. Sebenarnya ia menyukai masakan Anin tetapi entah mengapa ia gengsi untuk makan bersama mereka.“Terpaksa menunggu sampai mereka selesai makan,” g
“Masih ada yang ingin mbak Anin katakan?” tanya sang perempuan tua itu pada Anin. “Jika tidak ada saya rasa mbak Anin segera kembali ke kamar, takut dicari mas Harris,” lanjutnya sembari menggoda Anin. Si Ibu muda itu tersenyum malu, ia meletakkan gelasnya kemudian pamit kembali tidur.Langkah Anin begitu cepat hingga dalam waktu sebentar ia sudah sampai di kamarnya. Harris terbangun arena mendengar bunyi pintu yang tertutup, lelaki lantas bertanya“Dari dapur karena aku haus, Mas,” jawab Anin sembari berjalan menuju ranjangnya.“Kamu tidak bisa tidur ya?” tanya Harris.“Aku? Aku bisa tidur kok, Mas. Kamu takut aku tidak bisa tidur ya?” kata Anin. “Atau jangan-jangan kamu yang tidak bisa tidur, Mas. Aku menganggu tidurmu ya,” cerocos Anin. Harris menggelengkan kepalanya, ia mengatakan jika dirinya sama sekali tak terganggu.
Di tempat yang sama Anin juga sedang menatap cincin yang melingkar di jari manis tangan kirinya. Ia kembali bersabar untuk meresmikan hubungannya dengan Harris. “Tenang saja sayang, aku masih bersabar menantikan hari bahagia kita,” batinnya. Seakan ia mendengar suara hati Harris di kantornya.Suara Bhima mengalihkan pandangan Anin, ia tersadar ada bayi mungil yang harus diurusnya sekarang. Ternyata diapers bayi laki-laki itu penuh, dengan telaten Anin menggantinya, menghilang ruam di kaki anaknya. Setelah itu ia kembali menyusui Bhima, anaknya itu terlihat masih mengantuk.Tak hanya Bhima saja yang mengantuk, sang kakek juga merasakan yang sama. Ia hampir menabrak kendaraan lain karena tiba-tiba merasakan kantuk yang hebat. Perjalanannya menuju rumah kekasihnya terpaksa terhenti, ia harus menepi di rest area sebentar.“Aku bisa kecelakaan jika diteruskan,” gumamnya. Lelaki paruh baya itu akhirnya mencari rest area terdekat di jalan tol tersebut. Untungnya lokasi tempat peristirahatan
“Sejak kapan Ibu ada di situ?” tanya Harris yang terkejut melihat Ibunya berdiri di depan kamarnya.“Baru saja, memangnya kenapa?” tanya wanita paruh baya itu balik padanya. Harris menggelengkan kepalanya cepat. Tak percaya dengan anaknya, Nyonya Besar itu merangsek masuk. Ia hendak bertanya pada Anin. Tetapi melihat Anin yang tertidur, wanita itu lantas membatalkannya.“Ibu mau bicara dengan Anin?” tanya Harris.“Tidak, biarkan dia tidur. Kasian Anin lelah mengurus Bhima,” ujarnya. Sebenarnya Anin terbangun karena mendengar percakapan Harris dan Ibunya. Ia ingin membalikkan tubuhnya tetapi diurungkan ketika mendengar Ibu Haris tak ingin berbicara dengannya. Anin lantas berpura-pura tidur.“Ada sesuatu yang ingin Ibu tanyakan padaku? Maksud Harris, ada apa ibu ke kamar kami,” tanya Harris pada ibunya.“Ibu hanya ingin melihat Bhima saja, soalnya tadi dia menangis begitu kencang. Ibu takut terjadi sesuatu padanya,” jawab sang Ibu.“Bhima baik-baik saja kok Bu, terima kasih ya sudah men
“Benar Bu. Karena kami belum menikah secara hukum,” jawab Harris, di dalam hatinya ia merasa bingung dengan nada bicara ibunya. Namun ia tak menunjukkannya di depan Anin, lelaki itu takut moment bahagia yang sedang mereka rasakan menjadi hilang. “Ada apa Bu?”“Pernikahan akan digelar dalam waktu dekat ini?”“Tentu tidak Bu, kami akan laksanakan setelah situasinya membaik,” ujar Harris, ia kini tahu kenapa sang Ibu bersikap demikian. Harris juga sadar akan situasi yang terjadi pada orangtuanya begitu pula pada Anin.Sang Ibu menyuruh mereka untuk segera pulang karena Bhima terus menangisi mencari ibunya. Anin menjadi khawatir, ia ingin cepat-cepat bertemu dengan anaknya. Beruntungnya Anin, karena Harris tahu jalan alternatif yang lebih dekat dan tidak terkena macet. Ditambah lagi dengan kemampuan mengendarai mobil lelaki itu yang baik.Tak ada percakapan diantara keduanya selama perjalanan tersebut, Harris fokus mengemudi karena jalur yang mereka lewati berbatu dan banyak belokan. Teta
“Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, Mas?” tanya Anin, ia mencurigai Harris yang tersenyum sembari mengendarai mobilnya. “Mas ...”“Kenapa sih sayang?” tanya Harris pura-pura tak tahu.“Kamu yang kenapa, Mas? Dari tadi senyum-senyum sendiri,” jawab Anin, suara berubah. Harris merasa jik Anin sudah mulai kesal dengannya. Ia pun mencoba menjelaskan jika alasan tersenyum untuk menutupi rasa gugupnya.“Kamu merasa gugup ‘kan sayang? Tanpa alasan yang jelas,” sahut Harris. Anin mengiyakan apa kata lelaki itu, ia juga sempat merasakan gugup tadi. “Aku menutupi rasa gugupku dengan memikirkan hal-hal lucu, sayang.”Tak terasa mereka sampai di tempat tujuan, Harris mencari tempat parkir yang pas. Lelaki itu turun lebih dahulu untuk membuka pintu mobil untuk Anin. Kini kedua orang di mabuk cinta itu mulai masuk ke dalam restoran yang sudah Harris booking tersebutPramusaji mengarahkan keduanya menuju sebuah ruang privat, Anin terkejut karena mereka makan di ruangan yang tertutup. “Kita makan di
Anin beranjak dari tempat tidurnya lalu berjalan menuju pintu. Ia penasaran siapa yang mengetuk pintu kamarnya seperti itu. Tangan kurusnya memegang gagang pintu stainless tersebut lalu menariknya ke dalam. Perlahan pintu terbuka dan terlihat jelas siapa yang berdiri di depan Anin sekarang.“Ayah ...” gumam Anin, ia terkejut melihat lelaki paruh baya itu menemuinya. “Ada perlu apa ayah ke mari?” tanya Anin.“Aku ingin menanyakan sesuatu padamu,” jawab Tuan Besar. “Kau pernah melihatku pergi dengan seseorang bukan,” imbuhnya.Degh!Anin tercekat mendengar hal tersebut, ia tak menyangka jika ayah Harris ternyata melihat dirinya menguntit mereka. Namun Anin memilih untuk berbohong, ia bepura-pura tak mengetahui hal tersebut.“Kenapa diam saja? Jawab aku!”“Anin tak mengerti maksud ayah,” ujar Anin mulai menjalankan aktingnya. Tuan Besar itu memutar bola matanya malas, ia tahu jika Anin berbohong padanya.“Jangan bohong, katakan saja sejujurnya padaku,” titahnya. Ada penekanan di setiap k
“Mas Harris mendadak diam begini, pasti hatinya kembali sakit,” gumam Anin. Ia berniat untuk menghibur Harris lagi setelah lelaki itu keluar dari kamar mandi, Sembari menunggu Harris keluar, Anin mempersiapkan baju kerja untuknya. Pagi ini Anin akan mendadani Harris dengan pakaian serba cokelat.Tak butuh ama untuk Anin menemukan padu padan yang pas. Ia berharap lelaki yang dicintainya itu suka dengan baju pilihannya. Anin kembali lagi ke ranjangnya, ia mendengar suara shower sudah berhenti, tu artinya Harris sudah selesai mandi.“Kamu menyiapkan baju untukku, sayang?” tanya Harris.“Iya sayang, kamu tidak suka ya? Mau pakai warna lain?” ujar Anin, ia lega karena Haris melihat dan bereaksi atas baju pilihannya.“Tidak, aku suka kok. Terima kasih ya sayang,” kata Harris. Ia akan memakai apapun yang disediakan olehj perempuan yang dicintainya itu. Harris lantas beralih menuju cermin yang sangat besar, ia ingin mematsikan semua benda yang diberikan oleh Anin padanya.“Ternyata aku tampa
Tuan Setya mengembalikan kertas tersebut ke tempatnya semula. Pagi ini ia sudah memantapkan hatinya untuk memberikan sebuah pengumuman penting terkait rumah tangganya dengan sang istri. Ia pergi ke lantai bawah, ada istrinya dan Anin di meja makan.“Kamu dari kamar, Mas?” tanya sang istri. Harris yang baru masuk ke dalam rumah usai memeriksa mobilnya terkejut mendengar pertanyaan sang Ibu namun ia lebih kaget lagi ketika melihat ayahnya menganggukkan kepalanya.“Ayah sembunyi di mana? Kenapa aku tak melihatnya tadi,” batin Harris.Tuan Setya langsung duduk di kursi yang biasa ditempatinya itu, ia menyadari perubahan wajah Harris namun lelaki itu mencoba bersikap tenang. Anin merasakan ketegangan di meja makan tersebut, apalagi saat ia melihat ke arah Harris. Rasanya ada hal yang ingin dikatakn olehnya.“Mari sarapan meskipun tak ada dari kita yang mandi,” ajak Nyonya Besar itu, ia mencoba mencairkan suasana. Perempuan itu paling tak suka jika ada keributan di meja makan. Anin mencoba
Jika Harris sibuk memikirkan cara untuk menikahi Anin sedangkan ayahnya baru saja pulang dari kantor pengacara. Tekadnya sudah bulat untuk berpisah dengan istrinya. Alasannya sudah ia sampaikan pada ahli hukum tersebut.Malam ini ia akan pulang ke rumah untuk menyiapkan berkas-beras yang diperlukan. Sepanjang perjalanan pulang, Pria paruh baya itu mencari cara agar bisa mempersiapkan berkas yang dibutuhkan tanpa ketahuan oleh anggota keluarganya.Jawabannya belum berhasil ditemukan tetapi pintu gerbang rumahnya sudah terlihat . “Aku akan pikirkan lagi nanti,” katanya sembari memarkirkan mobil. Ia melirik ke arah mobil Harris yang bermasalah pagi tadi Pemilik mobil mewah tersebut sedang tidur di kamarnya. Selimut yang dipakainya tadi sudah tak lagi menempel di tubuhnya. Harris jatuh tertidur ketika memikirkan hal tersebut.Rumah mewahnya tampak sepi ketika sang Tuan Besar sampai di rumahnya. Bahkan untuk masuk ke dalam, ia harus melewati taman samping. Akses yang dibuka hanyaah pintu
Tuan Setya segera turun dari lantai dua kemudian berjalan cepat menuju pintu rumahnya. Ia membukanya lalu keluar begitu saja. Tuan Besar itu bergerak ke arah mobilnya yang terparkir di halaman depan. Mesin mobil mewah tersebut sudah menyala, tanda jika pemiliknya akan pergi. Tuan Besar sepertinya akan pergi ke suatu tempat, ia mengetikkan sebuah alamat di ponselnya dan petunjuk jalan pun mulai menuntunnya. Kendaraan roda empat tersebut mulai keluar gerbang rumahnya. Tak butuh lama baginya untuk bergabung dengan kendaraan lain menambah kemacetan jalan raya saat ini. Pria paruh baya itu meuju ke suatu arah yang tak pernah dilewatinya. Butuh waktu 1,5 jam perjalanan untuk sampai di tempat tujuannya. Jika Tuan Setya membutuhkan waktu selama itu untuk sampai ke tempat tersebut. Sebaliknya sang istri hanya memerlukan waktu selama satu jam untuk membuat makanan pengganti menu makan malam. Bahkan tanpa dibantu oleh Anin atau dua asistennya yang lain, hanya dirinya dan simbok saja. “Apa yan