Komandan Earl yang merasa aneh saja, setelah kedatangan Noah dengan pertanyaannya yang berhubungan dengan Gaston lantas datang ke istana dan melaporkan hal itu pada Yang Mulia Raja Eadric.“Yang Mulia, sebenarnya apa yang Anda sembunyikan?” tanya Earl.“Ternyata Noah sudah kembali? Kapan? Kenapa dia tidak datang dan melaporkan? Aku belum mendapatkan kabar darinya maupun dari Duke Ansh sendiri,” ujar Raja yang tidak mengindahkan perkataan Earl sama sekali.“Yang Mulia?”“Yah, sudahlah. Mungkin dia menemukan kesulitannya tersendiri sehingga harus menunda pelaporannya. Tapi aku berharap segera bertemu dengannya. Mau bagaimanapun aku sedikit cemas.”“Yang Mulia?”Sedari tadi Raja Eadric selalu mengoceh sendirian. Sementara Earl berusaha untuk membicarakan hal penting justru terasa seperti sengaja diacuhkan oleh Raja.“Oh, ya. Komandan Earl, bagaimana dengan pembangunan ulang pada pemukiman rakyatku?” tanya Raja.“Ya. Semua sudah diurus dengan baik, Yang Mulia Raja.”“Kali kita pertama men
Earl menelan ludah dan berkata, “Lalu bagaimana dengan saya?” Earl berharap akan ikut dengan Noah untuk mencari jejak Gaston.“Apa maksudmu?”“Ijinkan saya untuk ikut dengan mereka!” pinta Komandan Earl dengan serius.“Tidak boleh.” Namun Raja langsung menolaknya mentah-mentah. “Kenapa Yang Mulia Raja?!”“Karena aku membutuhkanmu di Kerajaan ini. Dengarkan ini Earl, aku tidak ingin ada sergapan lagi. Karena itulah kuminta kau untuk tetap berada di sini untuk mewaspadai serangan yang mungkin akan datang.”Bercampur kenyataan, sebuah kebohongan terselip guna memanfaatkan sesuatu hal. Baik Raja Eadric, Komandan Earl, dan Noah sendiri, mereka bertiga merasakan hal yang sama. Pria itu adalah Halbert Stanley, orang yang diincar adalah pria itu sendiri. Dengan begini, perintah Raja pada Noah untuk memburu Gaston adalah untuk memancing umpan. Namun, karena ini adalah berhubungan dengan sihir gelap, mereka takkan tahu apakah Kerajaan akan di serang lagi atau tidak. Karena sihir gelap adala
Rambut hitam, petarung, pedang perak. Ciri-ciri ini adalah Gaston Bruke. “Cermin ini aku berikan untukmu. Lalu, dia!” Rose kemudian menunjuk ke arah bawah di seberang tempat duduknya, usai ia keluar dari ruangannya. “Dia adalah bangsawan yang tadi menghampiriku. Aku sempat mengingat topeng yang dia pakai.” “Oh, begitu. Tapi apa alasanmu memberikan cermin ini padaku?” tanya Halbert. “Siapa yang tahu kau membutuhkannya. Anggap saja hadiah karena telah menerima perintahku.”“Berhubung aku sudah memenangkan pertandingan pertama. Ada hal yang ingin aku perintahkan padamu.”“Aku sangat menantikannya. Apa itu?”“Awasi semua orang di sini. Perhatikan sekitar jika ada yang aneh.”“Oh, itu mudah!” Menduga bahwa Gaston berada di sini, membuat kewaspdaan Halbert semakin meningkat. Ia lekas pergi ke ruang tunggu, tempat di mana para petarung ada. Dengan serba kayu, serta pasir pengganti lantai. Rasanya cukup sejuk tapi tetap terasa menyeramkan apabila duduk bersama dengan para petarung lainn
Untuk yang kedua kalinya Gaston bertemu dengan Halbert, meski kali ini hanya Halbert saja yang menyadarinya.“Aku tahu apa tujuanmu sekarang. Pembantaian, bukan? Sebenarnya untuk apa kau melakukan itu? Jangan bilang untuk mencapai keabadian agar kau selalu hidup tanpa mengenal kematian? Jangan bercanda.”Dari detik hingga per jam, telah berlalu dan rasanya begitu singkat saat Halbert sangat fokus pada Gaston yang kini tengah bertarung. Gayanya mungkin berbeda, mungkin ia mengantisipasi agar tidak dikenali. Tapi ia sama sekali tidak mengganti pedang peraknya itu. Lalu jika melihat lawannya, tak terlihat ia mampu menyeimbangkan kekuatannya dengan Gaston, seharusnya lawan Gaston akan mudah tumbang tapi Gaston sengaja mengulur waktu sampai membuat lawannya kelelahan. “Sudah kuduga, bukan pertarungan ini yang dia inginkan. Ya, pasti tidak salah lagi kalau dia datang kemari untuk membantai semua orang di sini.”“Hei, jangan bertindak ceroboh!” peringat Rose kepadanya.“Kau masih di sini?
Di tengah pembantaian sadis, satu per satu nyawa yang merengek kesakitan pun melayang. Gaston Bruke berdiri di tempat yang sama seperti Halbert. Keduanya saling bertukar tatap dengan penuh arti. “Kenapa kau melakukan ini?” Saat itu penampilan keduanya pun berubah sesuai aslinya. Sesaat sebelum menjawab, Gaston melihat kalung di leher Halbert. Ia mungkin penasaran bagaimana dengan kepalanya.“Aku melakukan ini demi janji kita. Jadi jangan protes.”“Kau ingin menjadikan mereka semua tumbal. Tapi sebenarnya yang paling kau butuhkan adalah jiwaku bukan?”“Ya. Benar. Sepertinya kau sadar bahwa nyawanya diincar untuk tujuan yang besar.”“Bicaramu semakin tidak masuk akal Gaston!” Halbert telah dipenuhi oleh rasa kebencian yang amat mendalam. Amarahnya meledak-ledak selagi ia menerjang ke arah Gaston tanpa berpikir dua kali.“Tiba-tiba menyerang? Sepertinya kau sangat membenci diriku ya,” gumam Gaston mengambil langkah mundur. Berniat untuk jaga jarak.Namun karena kecepatan Halbert, Gast
Di kereta kuda, dalam perjalanan. “Aku merasakan firasat buruk.”“Ya. Tadi kau sudah bilang begitu, sebelum berangkat.”“Firasat buruk itu menjadi kenyataan. Ada seseorang yang memancarkan hawa membunuh hingga ke jarak ini. Dia mungkin penyihir gelap,” pikir Noah. Sebenarnya ia berpikir bahwa orang itu adalah Gaston, dan kemudian mengira bahwa Halbert juga ada di sana. Meski belum tahu sebenarnya, namun yang ia rasakan itu benar adanya. Walau begitu pun, ada satu hal yang perlu dipastikan oleh Noah sendiri. “Untuk apa dia memancarkan hawa membunuh? Bagaimana jika beberapa prajurit yang sedang mencarinya mulai sadar? Oh tunggu, jangan katakan itu adalah sebuah peringatan,” celetuk Noah lalu menggelengkan kepala dengan cepat. Ia tidak benar-benar mengerti apa yang dipikirkan oleh pria itu. “Orang yang aku kagumi bisa aku baca pemikirannya. Karena sehari-hari aku terus mengamatinya setiap datang ke akademi. Namun jika pria itu, aku tidak bisa. Kenapa?” Noah bisa melihat, bahwa ada
Keyakinan seseorang yang dirampas. Hari yang sunyi membuat langit menggelap seakan tak mau dengar. Saat-saat yang terpenting berubah menjadi beberapa potongan yang tak terbaca. Akankah ada sebuah akhir nanti?Beberapa dari mereka setidaknya sudah mengetahui maksud kedatangan Noah. Namun timingnya tidak terlalu pas. Sangat bertepatan setelah kepergiannya Gaston sebelum ini.“Aku sudah mengatakan semuanya yang ingin kamu ketahui. Terutama percakapan di antara Komandan Earl dengan Gaston Bruke. Pria itu jelas-jelas membicarakan dirimu yang hendak digunakan sebagai tumbal.”“Hei, bocah. Menurutmu, kenapa jika aku sudah dijadikan target tumbal, dia tetap menbantai prajurit hingga penduduk?” Halbert bertanya.Noah sejenak terdiam. Ia mencoba berpikir tentang hal itu. “Mungkinkah ada hal lain yang perlu diselesaikan?”“Maksudmu apa?”“Tujuannya tidak hanya satu tapi dua atau bahkan lebih,” pikir Noah. Rose mengangguk dan berkata, “Sepertinya benar begitu. Secara tidak ada alasan lain yang
Sihir gelap diungkapkan adalah sihir terlarang. Hal tabu tersebut dilarang keras oleh leluhur raja untuk tidak menggunakannya. Karena keberadaannya yang begitu mengguncang dunia, raja harus menyegel benda itu ke tempat terbuka. Pepatah mengatakan, sembunyikan daun di dalam hutan. Begitu pula yang terjadi pada buku sihir gelap tersebut yang disembunyikan di sebuah perpustakaan. Namun, perkara itu adalah hal tabu, justru Halbert menjadi bagian sihir gelap itu sendiri. Mengingat Gaston adalah penyihir gelap sekarang, ia tentunya tidak dapat memikirkan bahwa orang yang telah membangkitkannya bukanlah dia. Lalu bagaimana dengan Rose? Sempat Halbert berpikir itu mungkin. Tapi Rose mengaku bahwa dirinya sama sekali tidak mengenali Halbert. Nama saja tidak pernah ditanya, lagi pula Halbert pun sudah pasti akan menolak memberitahukannya meski itu adalah perintah dari tanda sihir gelap. “Tapi setidaknya bisa bersenang-senang bukan?” pikir Rose.“Kau pikir aku apa? Barang pribadimu?” sahutn