Dengan saling berpagutan bibir, keduanya menjalin sebuah kesepakatan melalui sihir gelap. Pengkhianatan akan mustahil terjadi setelah tanda sebagai budak sekaligus majikan masih ada di tubuh mereka.“Berhubung sudah begini. Aku ingin bertanya padamu.”“Bertanya? Boleh saja. Apa pun akan jawab,” ucap Rose dengan santai. “Ke mana Gaston pergi saat setelah bertemu denganmu?” tanya Halbert. “Ke timur. Dia pergi ke arah timur, aku tidak tahu lebih tepatnya ke mana, selain ke arah timur itu sendiri,” jawab Rose.“Ke timur? Begitu.”“Kalau begitu, karena kau sudah bertanya dan aku memberimu jawaban. Maka sekarang giliran aku, bisakah kau ikut denganku? Atau mungkin sebaliknya?” Rose balik bertanya.“Boleh saja. Terserah kau. Yah, mungkin akan lebih baik jika aku ikut denganmu saja.”“Baiklah. Sampai saat itu, tunggulah aku.”“Ya? Tapi apa yang kau butuhkan dariku? Sampai harus membuatku harus ikut denganmu? Padahal sebelumnya aku pikir kita akan jarang-jarang bertemu,” pikir Halbert.“Pert
Komandan Earl yang merasa aneh saja, setelah kedatangan Noah dengan pertanyaannya yang berhubungan dengan Gaston lantas datang ke istana dan melaporkan hal itu pada Yang Mulia Raja Eadric.“Yang Mulia, sebenarnya apa yang Anda sembunyikan?” tanya Earl.“Ternyata Noah sudah kembali? Kapan? Kenapa dia tidak datang dan melaporkan? Aku belum mendapatkan kabar darinya maupun dari Duke Ansh sendiri,” ujar Raja yang tidak mengindahkan perkataan Earl sama sekali.“Yang Mulia?”“Yah, sudahlah. Mungkin dia menemukan kesulitannya tersendiri sehingga harus menunda pelaporannya. Tapi aku berharap segera bertemu dengannya. Mau bagaimanapun aku sedikit cemas.”“Yang Mulia?”Sedari tadi Raja Eadric selalu mengoceh sendirian. Sementara Earl berusaha untuk membicarakan hal penting justru terasa seperti sengaja diacuhkan oleh Raja.“Oh, ya. Komandan Earl, bagaimana dengan pembangunan ulang pada pemukiman rakyatku?” tanya Raja.“Ya. Semua sudah diurus dengan baik, Yang Mulia Raja.”“Kali kita pertama men
Earl menelan ludah dan berkata, “Lalu bagaimana dengan saya?” Earl berharap akan ikut dengan Noah untuk mencari jejak Gaston.“Apa maksudmu?”“Ijinkan saya untuk ikut dengan mereka!” pinta Komandan Earl dengan serius.“Tidak boleh.” Namun Raja langsung menolaknya mentah-mentah. “Kenapa Yang Mulia Raja?!”“Karena aku membutuhkanmu di Kerajaan ini. Dengarkan ini Earl, aku tidak ingin ada sergapan lagi. Karena itulah kuminta kau untuk tetap berada di sini untuk mewaspadai serangan yang mungkin akan datang.”Bercampur kenyataan, sebuah kebohongan terselip guna memanfaatkan sesuatu hal. Baik Raja Eadric, Komandan Earl, dan Noah sendiri, mereka bertiga merasakan hal yang sama. Pria itu adalah Halbert Stanley, orang yang diincar adalah pria itu sendiri. Dengan begini, perintah Raja pada Noah untuk memburu Gaston adalah untuk memancing umpan. Namun, karena ini adalah berhubungan dengan sihir gelap, mereka takkan tahu apakah Kerajaan akan di serang lagi atau tidak. Karena sihir gelap adala
Rambut hitam, petarung, pedang perak. Ciri-ciri ini adalah Gaston Bruke. “Cermin ini aku berikan untukmu. Lalu, dia!” Rose kemudian menunjuk ke arah bawah di seberang tempat duduknya, usai ia keluar dari ruangannya. “Dia adalah bangsawan yang tadi menghampiriku. Aku sempat mengingat topeng yang dia pakai.” “Oh, begitu. Tapi apa alasanmu memberikan cermin ini padaku?” tanya Halbert. “Siapa yang tahu kau membutuhkannya. Anggap saja hadiah karena telah menerima perintahku.”“Berhubung aku sudah memenangkan pertandingan pertama. Ada hal yang ingin aku perintahkan padamu.”“Aku sangat menantikannya. Apa itu?”“Awasi semua orang di sini. Perhatikan sekitar jika ada yang aneh.”“Oh, itu mudah!” Menduga bahwa Gaston berada di sini, membuat kewaspdaan Halbert semakin meningkat. Ia lekas pergi ke ruang tunggu, tempat di mana para petarung ada. Dengan serba kayu, serta pasir pengganti lantai. Rasanya cukup sejuk tapi tetap terasa menyeramkan apabila duduk bersama dengan para petarung lainn
Untuk yang kedua kalinya Gaston bertemu dengan Halbert, meski kali ini hanya Halbert saja yang menyadarinya.“Aku tahu apa tujuanmu sekarang. Pembantaian, bukan? Sebenarnya untuk apa kau melakukan itu? Jangan bilang untuk mencapai keabadian agar kau selalu hidup tanpa mengenal kematian? Jangan bercanda.”Dari detik hingga per jam, telah berlalu dan rasanya begitu singkat saat Halbert sangat fokus pada Gaston yang kini tengah bertarung. Gayanya mungkin berbeda, mungkin ia mengantisipasi agar tidak dikenali. Tapi ia sama sekali tidak mengganti pedang peraknya itu. Lalu jika melihat lawannya, tak terlihat ia mampu menyeimbangkan kekuatannya dengan Gaston, seharusnya lawan Gaston akan mudah tumbang tapi Gaston sengaja mengulur waktu sampai membuat lawannya kelelahan. “Sudah kuduga, bukan pertarungan ini yang dia inginkan. Ya, pasti tidak salah lagi kalau dia datang kemari untuk membantai semua orang di sini.”“Hei, jangan bertindak ceroboh!” peringat Rose kepadanya.“Kau masih di sini?
Di tengah pembantaian sadis, satu per satu nyawa yang merengek kesakitan pun melayang. Gaston Bruke berdiri di tempat yang sama seperti Halbert. Keduanya saling bertukar tatap dengan penuh arti. “Kenapa kau melakukan ini?” Saat itu penampilan keduanya pun berubah sesuai aslinya. Sesaat sebelum menjawab, Gaston melihat kalung di leher Halbert. Ia mungkin penasaran bagaimana dengan kepalanya.“Aku melakukan ini demi janji kita. Jadi jangan protes.”“Kau ingin menjadikan mereka semua tumbal. Tapi sebenarnya yang paling kau butuhkan adalah jiwaku bukan?”“Ya. Benar. Sepertinya kau sadar bahwa nyawanya diincar untuk tujuan yang besar.”“Bicaramu semakin tidak masuk akal Gaston!” Halbert telah dipenuhi oleh rasa kebencian yang amat mendalam. Amarahnya meledak-ledak selagi ia menerjang ke arah Gaston tanpa berpikir dua kali.“Tiba-tiba menyerang? Sepertinya kau sangat membenci diriku ya,” gumam Gaston mengambil langkah mundur. Berniat untuk jaga jarak.Namun karena kecepatan Halbert, Gast
Di kereta kuda, dalam perjalanan. “Aku merasakan firasat buruk.”“Ya. Tadi kau sudah bilang begitu, sebelum berangkat.”“Firasat buruk itu menjadi kenyataan. Ada seseorang yang memancarkan hawa membunuh hingga ke jarak ini. Dia mungkin penyihir gelap,” pikir Noah. Sebenarnya ia berpikir bahwa orang itu adalah Gaston, dan kemudian mengira bahwa Halbert juga ada di sana. Meski belum tahu sebenarnya, namun yang ia rasakan itu benar adanya. Walau begitu pun, ada satu hal yang perlu dipastikan oleh Noah sendiri. “Untuk apa dia memancarkan hawa membunuh? Bagaimana jika beberapa prajurit yang sedang mencarinya mulai sadar? Oh tunggu, jangan katakan itu adalah sebuah peringatan,” celetuk Noah lalu menggelengkan kepala dengan cepat. Ia tidak benar-benar mengerti apa yang dipikirkan oleh pria itu. “Orang yang aku kagumi bisa aku baca pemikirannya. Karena sehari-hari aku terus mengamatinya setiap datang ke akademi. Namun jika pria itu, aku tidak bisa. Kenapa?” Noah bisa melihat, bahwa ada
Keyakinan seseorang yang dirampas. Hari yang sunyi membuat langit menggelap seakan tak mau dengar. Saat-saat yang terpenting berubah menjadi beberapa potongan yang tak terbaca. Akankah ada sebuah akhir nanti?Beberapa dari mereka setidaknya sudah mengetahui maksud kedatangan Noah. Namun timingnya tidak terlalu pas. Sangat bertepatan setelah kepergiannya Gaston sebelum ini.“Aku sudah mengatakan semuanya yang ingin kamu ketahui. Terutama percakapan di antara Komandan Earl dengan Gaston Bruke. Pria itu jelas-jelas membicarakan dirimu yang hendak digunakan sebagai tumbal.”“Hei, bocah. Menurutmu, kenapa jika aku sudah dijadikan target tumbal, dia tetap menbantai prajurit hingga penduduk?” Halbert bertanya.Noah sejenak terdiam. Ia mencoba berpikir tentang hal itu. “Mungkinkah ada hal lain yang perlu diselesaikan?”“Maksudmu apa?”“Tujuannya tidak hanya satu tapi dua atau bahkan lebih,” pikir Noah. Rose mengangguk dan berkata, “Sepertinya benar begitu. Secara tidak ada alasan lain yang
Aku Halbert Stanley. Sedari lahir, aku hidup sendiri. Entah siapa yang mengurusku saat masih bayi namun aku tahu siapa yang berada di sampingku sampai detik ini juga. Dia adalah Gaston Bruke. Kami berdua sama-sama tidak punya keluarga, hidup di antara tumpukan sampah di desa kecil yang sudah tak layak ditinggali manusia. Tetapi, kami berdua bisa hidup dengan bahagia. Saat perang kecil-kecilan datang, kami yang masih berusia belia justru merampas jatah perang. Beberapa pedang atau bahkan bahan makanan beku yang tertinggal akan kami ambil. Ketika ingat itu, aku jadi tersenyum dan merasa ingin kembali ke masa kecil meski dulu sangat buruk. Sekarang, aku di sini sebagai Halbert yang adalah mahluk undead. Aku adalah titisan Valkyrie, yang seharusnya bisa mengalahkan bencana dari awal. Tapi aku tidak bisa melakukan itu. Sementara yang kuingat hanyalah ingatan buruk saat Gaston membunuhku. Saat itu aku tidak menyangka itu akan terjadi padamu tapi sekarang aku mengerti. “Pemimpin Halber
Saat kepulan asap yang merupakan racun aktif, dan Halbert dibuat panik karenanya. Suara seorang dewi itu kembali didengarnya. Dewi itu berkata, “Janganlah takut. Baju perang akan menghalau segalanya, dan sayapnya dapat mengibaskan apa pun. Kau merasakan sakit karena aku membuatmu hidup sementara agar dapat menahan kekuatanku ini.” Dari kalimat itu ia akhirnya sadar, memang benar ia merasakan sakit tapi tidak lama setelah itu, racunnya menghilang sedikit demi sedikit. “Sayap? Kalau dipikir-pikir aku baru sadar kalau wujudku ini sangat berbeda,” tukas Halbert.Raja Dunia Bawah tertawa bahak-bahak, tampaknya ia berpikir bahwa titisan Valkyrie akan kalah. Tapi ia jelas salah. “Jangan tertawa sebelum tahu akhirnya akan bagaimana, hei, dasar bencana kurang ajar!” pekiknya selagi menunjuk ke arah Raja Dunia Bawah dengan tatapan kesal.Ia kemudian kembali berdiri tegak, mengenggam pedang besar namun terasa ringan di kedua tangan ini untuk menyerang sang bencana sekali lagi.“Hah? Dia masi
Pertarungan akhir telah dimulai! Halbert melancarkan sihir serangan yang berdampak cukup besar sampai membangunkan jiwa Gaston yang tertidur lelap. Dengan itu, Halbert mencoba untuk memperingatkan bahwa dirinya akan benar-benar membunuh Gaston. Di samping itu, sihir serangan yang dilapisi tekad kuat pun membumbung tinggi. Raja Dunia Bawah kesulitan bereaksi lantaran kecepatan Halbert hampir menyerupai cahaya sehingga sulit diprediksi akan menyerang di bagian mana. Dengan tombak bercahaya sekaligus berselimutkan elemen petir tertancap di tubuh Gaston, sang Raja Dunia Bawah lah yang paling terkena dampak besar dari sihir serangan tersebut. Ia sempat tak sadarkan diri, namun sayang hanya berlaku beberapa detik saja. Setelah itu ia kembali terbangun. “Aku tidak akan lemah hanya karena serangan ini saja. Seharusnya kau tahu itu,” tutur sang Raja Dunia Bawah.“Aku tahu. Aku bahkan tidak pernah berpikir akan menghabisimu dengan mudah begitu. Apalagi aku bukan orang yang suka berbelas ka
Raja Dunia Bawah lantas saling bertukar pandang. Kebencian dan amarah, saat itu Raja Dunia Bawah seakan sudah terdesak lebih awal. Ia merasa sesak saat melihat keberadaan Valkyrie di dalam dirinya. “Pria itu sampai ke tempat ini. Ck, apa yang sebenarnya mereka lakukan?!”amuknya dengan gelisah.Amarah yang jelas terlihat itu membuat Halbert semakin ingin mempercepat serangannya sebagai awal mula. Rose dan Salamander hanya diam dan memperhatikan pria itu, sementara Halbert, ia benar-benar fokus pada musuhnya saja.“Mr. Undead tidak boleh diganggu 'kan? Aku yakin para bawahan yang diciptakan oleh bencana akan segera datang.”“Mereka akan segera datang? Bukankah mereka pergi lebih awal dari kita?”“Ya, kalau menurut Mr. Undead, mereka pergi saat tahu bahwa titisan Valkyrie dalam bahaya. Jadi mungkin, mereka sedang menikmati waktunya selagi bisa, dilakukan sebelum kembali ke majikan?”“Aku tidak yakin bahwa mereka sedang bersenang-senang.”“Aku juga berpikir begitu.”Entah apa maksud Ros
Halbert melirik ke segala arah. Sedang memastikan apakah musuh lain masih mengintai atau tidak. Ternyata ia sadar bahwa selama pertarungannya, para bawahan lain telah memperhatikan dirinya. Meskipun sadar ia tak bisa berbuat apa-apa. Lagi pula di mata mereka, sekuat apa pun serangan fisik maupun sihir Halbert pada mereka, takkan pernah melukainya sama sekali. Mereka tidak tahu bahwa Penyihir Api Hitam telah benar-benar tewas di tangan Halbert dengan mudah. “Kenapa kau mau melawannya saja? Padahal dengan bertelportasi, kita bisa kabur,” ujar Salamander.“Jika aku kabur mereka akan mengejar. Jangan lupa kalau mereka termasuk ke dalam penyihir gelap tak peduli wujud aslinya seperti apa.”“Kau benar.”“Ngomong-ngomong kenapa kau tahu kalau intinya ada di dada?” tanya Rose penasaran. “Padahal aku tidak tahu di mana itu.”“Aku selalu memotong tubuhnya menjadi dua dari pinggang. Kadang juga di lehernya tapi tak merasa sudah membunuhnya. Begitu tahu dia hanyalah Batu magma api, maka satu ha
Penyihir Api Hitam ditinggal oleh semua rekannya yang sudah pergi menuju ke tempat Raja Dunia Bawah berada. Percakapan antara Rose dengan Penyihir Api Hitam, Rose berencana untuk menguak kelemahannya secara langsung namun tetap sulit rasanya.“Hei, bukankah kau adalah Penyihir gelap sama seperti diriku?” tanya si penyihir itu sembari mendekat.“Ya. Lalu kenapa?” sahutnya ketus.“Lalu kenapa? Bukankah sudah jelas Itu aneh? Kau yang adalah penyihir gelap malah jadi budaknya Valkyrie. Ini di luar dugaan.”“Kau mungkin benar. Rasanya aneh aku yang terkesan jahat ini justru bersanding dengan mahluk suci. Tapi aku tidak sama seperti kalian. Aku manusia sementara kalian bukan.” Rose mengatakannya sambil menunjuk ke arahnya dengan berani.Penyihir Api Hitam tersebut pun tersenyum. Ia mendekati Rose sampai tidak ada jarak di antara mereka. Sesaat penyihir ini mulai tertarik dengan wanita bernama Rose. “Kalau benar, kau mau apa?” Begitulah jawabannya, ia sengaja berbisik di dekat telinga.“Bi
“Kita terus memutarinya karena memang mustahil lari ya?” Rose bergumam.“Dia memang anak yang sulit diperhitungkan. Di samping dia kehabisan waktu, dia merasa ingin mengalahkan lawannya sebagai bahan uji coba,” sahut Salamander.Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Itu adalah makna dari sebuah api. Setiap api memiliki suhunya masing-masing. Api itu menakutkan dan sekalinya tersambar maka habis sudah. Mati dengan cara tersiksa begitu takkan membuat orang senang. Sihir api, sihir yang cocok untuk para bawahan Raja Dunia Bawah. Sihir api ini pun membuat Halbert kewalahan. Alhasil dirinya kembali disambar oleh api hitam yang terlihat begitu mengerikan. Namun di sana, dirinya sama sekali tidak berteriak justru berusaha untuk memadamkan, tapi tak perduli seberapa keras usahanya dalam mencoba untuk memadamkan api jahat ini, api ini tidak kunjung padam justru semakin membesar seiring waktu berjalan. Kenyataan yang mengerikan. Benar apa kata Halbert sendiri, ia sulit dilawan dan apa pun
Penyihir Api Hitam yang seharusnya takkan bisa bangkit kembali, justru ia kembali terbangun dengan keadaan tanpa luka. Semuanya pulih seakan ia tidak pernah terluka sebelum ini. Kejanggalan itu membuat Halbert tertegun, tanpa bisa mengatakan apa-apa. “Kenapa? Kaget ya?” Sementara ia seperti sedang mengejek dirinya. “Kau ...kenapa bisa bangun lagi? Seharusnya kau sudah tidak mampu.”“Coba tebak saja.”“Mana sudi aku menebak apalagi harus melawanmu. Aku sudah banyak dijahit, takkan aku merugikan diriku sendiri,“ tukas Halbert.“Ho, ternyata kau ingin secepatnya menyerah? Jangan harap!”Tidak hanya itu, kecepatannya semakin bertambah, sulit untuk mengikutinya dengan kedua mata. Halbert hanya bisa berfokus untuk bertahan sekalipun sampai harus terdorong mundur ke belakang akibat serangan barusan. “Sepertinya dia bukan manusia sungguhan. Tapi apa ya? Hm, aku merasa aneh dengan musuhnya Mr. Undead,” gumam Rose. Ia diam memperhatikan pertarungan antara Halbert dan Penyihir Api Hitam itu.
Rose berjalan dengan pelan, mendekati Halbert yang sedang beristirahat sekarang. Halbert menatapnya tajam, sebab ia merasa tak nyaman dengan keberadaan seorang wanita di dekatnya.“Kenapa dengan tatapanmu itu?” Rose bertanya selagi ia duduk di dekatnya dengan memeluk kedua kaki. Ia juga tersenyum. Halbert menyahut, “Kau baru dari mana saja? Aku sempat merasakan hal aneh.” Ia balas bertanya sembari menunjuk ke bawah leher. “Hal aneh? Hal aneh apa yang kau rasakan, Mr. Undead?” “Tandanya sempat tergores sesuatu. Tapi setelah itu tidak lagi. Kadangkala aku merasakan rasa sakit di tempat yang sama. Ini pasti berkaitan denganmu. Apa yang kau lakukan sampai nyawamu terancam?” Kembali Halbert bertanya. Rose mengalihkan pandangannya. Ia menatap langit seakan merindukan suatu hal yang besar. Lantas wanita itu pun menjawab, “Aku sempat mati.”“Apa?”“Iya. Sempat mati,” jawabnya sambil menghadap wajah Halbert. Rose menjelaskan kejadian yang telah terjadi padanya dan beberapa orang yang meng