Home / Young Adult / La Tahzan, Miss Lemot / Mengerti Akan Posisi

Share

Mengerti Akan Posisi

Author: Hidsa
last update Last Updated: 2021-04-08 12:54:19

Fernan mengerutkan dahinya dengan bingung. Bagaimana tidak? Sudah dua minggu ini Ines selalu diam tak mengeluarkan suara. Terkadang, gadis itu juga terlihat sedang melamun. Jika ditanya, dia selalu bilang tidak apa-apa, sehingga membuat Fernan kesal sendiri.

"Nes, lo kenapa, sih?" tanya Fernan, tetapi tidak dijawab oleh Ines.

"Oh God, kayaknya nih anak lagi banyak hutang, terus belom bayar. Kasihan," gumam Fernan.

Karena kesal, akhirnya Fernan memutuskan untuk menggeplak tangan Ines dengan cukup kuat, membuat gadis itu terlonjak kaget dan mengalihkan pandangannya ke arah Fernan.

"Kenapa, Fer?" tanya Ines dengan polos.

Fernan mengembuskan napasnya secara kasar. "Gue tanya, Nes. Lo kenapa? Udah dua minggu lo ngelamun. Terus selama itu juga, lo nggak ada ke rumah gue, lo makan di mana?" Bukannya menjawab pertanyaan Ines, Fernan malah balik bertanya dengan bertubi-tubi.

Ines menatap Fernan dengan bingung. "Ines? Emang Ines kenapa? Orang Ines nggak papa kok, fine-fine aja. Dan kenapa Ines nggak ke rumah Fernan selama dua minggu? Kan Ines sekarang udah bisa cari makan sendiri, Fer," jawab Ines dengan santainya.

"Lo bisa cari makan? Di mana?"

Ines berdecak sebal kala mendengar pertanyaan bodoh dari Fernan. "Ya, hasil kerjalah. Masa Ines maling," gerutu Ines.

"Ya kali aja lo maling. Btw, lo kerja di mana? Emang usulan Papa gue nggak bakal lo terima," ujar Fernan.

"Ish, Fernan. Ya, bakal Ines terima, kan usulan Om Rafa tuh baik, kalau usulan Fernan baru nggak baik." Fernan mendengkus sebal, lalu menjitak kepala Ines.

"Oke-oke, gue mau ngomong serius. Lo kenapa? Gue perhatiin, selama dua minggu ini lo selalu ngelamun, dan nggak ada numpang makan malam di rumah gue." Fernan menatap dengan serius ke arah Ines.

"Fernan kope, pengen tahu aja. Ini kan privasi, nggak boleh ada yang tahu," pungkas Ines dengan kesal.

"Gue serius, Ines! Gue lagi nggak pengen bercanda!" desis Fernan, "gue tanya lo kenapa? Dan jawab yang bener, nggak usah banyak alasan!" lanjutnya dengan penuh penekanan.

Ines menundukkan kepala saat Fernan menatap dengan tajam ke arahnya. Gadis itu masih bungkam, tak berani mengeluarkan suara. Apa yang harus gadis itu katakan?

"Fernan jangan khawatir, Ines baik-baik aja. Sekarang Ines masih bisa pendam sendiri, tapi nanti kalau udah nggak kuat, Ines janji bakal ceritain semuanya," ungkap Ines dengan senyum tulusnya, membuat Fernan bungkam.

"Nes, gue sahabat lo dari kecil, gue selalu ada buat lo. Jangan pernah ngerasa sendiri. Kalau lo butuh sandaran, maka ada pundak gue. Lo butuh temen buat curhat, gue siap dengerin. Jangan begini, Nes. Gue udah muak sama sikap lo yang seolah baik-baik aja, tapi nyatanya nggak." Fernan tersulut emosinya.

Sikap Ines yang terus bungkam dan selalu menyembunyikan sesuatu, membuat Fernan selalu hilang kendali. Emosinya seakan naik, sulit untuk ditenangkan. Maka dari itu, di saat-saat seperti inilah yang membuat Fernan merasa bersalah pada akhirnya, karena telah memarahi bahkan memaki Ines dengan tanpa perasaan. Namun, gadis itu malah membalas perlakuan Fernan dengan mengulas senyum tulusnya.

"Ines belum siap cerita, nanti kalau udah siap. Ines janji bakal cerita. Fernan jangan marah, Ines nggak mau cerita itu karena banyak alasan. Yang pertama, kalau Ines cerita nanti Fernan marah, terus semua orang juga bakal marah. Jadi, mending Ines diem aja. Fernan kan emosian," sahut Ines.

"Tapi gue butuh-"

Ines menyela ucapan Fernan, membuat pria itu mendengkus sebal. "Oke-oke, kita urus dulu usulan Om, setelah itu selesai Ines bakal cerita. Janji." Ines menjulurkan jari kelingkingnya ke hadapan Fernan yang langsung disambut oleh jari kelingking pria itu. Mereka berdua saling menautkan jari kelingking, lalu saling melempar senyum satu sama lain.

***

Ines mengerutkan dahi bingung kala mendengar pintu kamarnya diketuk begitu kuat oleh seseorang. Dia yang tengah berbaring, akhirnya beranjak menghampiri pintu, lalu membukanya.

"Iya, kenapa, Bun?" tanya Ines dengan takut-takut.

"Saya tunggu kamu di ruang keluarga, cepet!" tegas Mayang.

Ines menganggukkan kepala tanda mengerti. "Iya, Bun. Ines ganti baju dulu, tadi abis bersih-bersih rumah soalnya. Tung-"

Ines menghentikan ucapannya saat Mayang malah tidak peduli dengan apa yang gadis itu katakan, membuat Ines menatap punggung bundanya yang menjauh dengan mata berkaca-kaca.

"Padahal Ines cuma ngomong, Bun, tapi Bunda nggak mau dengerin sedikit pun." Ines mengembuskan napasnya dengan kasar, lalu masuk ke dalam kamarnya dengan tergesa-gesa.

Karena memikirkan soal Mayang yang tidak peduli padanya, bahkan mendengarkan suaranya saja tidak sudi, membuat Ines melupakan perintah bundanya itu. Gadis itu menuruni anak tangga dengan perlahan, kemudian melangkah menuju ruang keluarga.

"Hai, Ines," sapa seorang gadis yang sudah Ines kenal sejak kecil.

"Halo, Cyrstal. Kamu tumben ke sini?" sahut Ines sambil tersenyum lembut ke arah gadis bernama Crystal Daiyna Erick.

Gadis itu adalah sepupu Ines dan Arka. Dia anak bungsu dari Dirgantara Erick, kakak papa Ines.

Crystal mengedikkan bahunya tak acuh. "Aku disuruh Papa ke sini," seloroh Crystal, "buat sampein kalau besok malam, grandma ngadain acara kumpul bersama. Intinya keluarga besar Erick," lanjutnya.

"Kamu denger nggak? Hanya keluarga Erick yang bisa kumpul, jadi kamu nggak usah ikut. Karena kamu bukan berasal dari keluarga Erick," sindir seorang pria di samping Crystal dengan angkuhnya.

Ines langsung terdiam sambil menundukkan kepala. Dia mengira bundanya akan mengajaknya untuk berbincang, ternyata bukan. Gadis itu malah diingatkan kembali akan posisinya di keluarga Erick. Iya, Ines sudah tahu mengapa keluarga besar ayah dan bundanya sangat membenci bahkan tidak menganggapnya ada? Dia sudah mengetahuinya saat itu. Saat di mana dia baru pulang dari rumah Fernan, lalu berpapasan dengan sang bunda.

Di sanalah bundanya memberitahu siapa dirinya? Menceritakan segalanya dengan penuh emosi. Hingga ayahnya datang, lalu membawa sang bunda untuk menenangkannya.

"Iya, Bang Erick. Ines tahu kok," balas Ines dengan masih menundukkan kepala.

Aleksander Erick Pratama. Nama lengkap dari pria di samping Crystal, dia adalah anak kedua dari Dirgantara Erick.

"Bagus kalau kamu tahu. Soalnya kalau kamu datang, nanti malah merusak suasana. Eh, menghalangi pemandangan juga," ejek Erick.

"Iya, Bang." Ines mengulas senyum tulusnya walau matanya menyiratkan kesedihan.

"Ya udah, Bun, kita pamit pulang dulu, ya." Crystal dan Erick berdiri dari duduknya, lalu menghampiri Mayang dan mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.

"Hati-hati di jalan, Sayang. Jangang ngebut, Bang, jaga kesayangannya Bunda dan keluarga Erick." Mayang menepuk pelan pundak Erick.

Ines yang mendengar ucapan Mayang hanya mampu diam. Apa katanya tadi? Kesayangan? Ya Allah, rasanya Ines ingin sekali protes, tetapi itu tidak mungkin.

"Nggak usah sok sedih. Jangan kayak orang yang seakan tersakiti, kamu emang pantes dapetin itu."

Mayang meninggalkan Ines yang masih duduk di sofa.

"Iya, Bun," sahut Ines dengan lirih. Yang mungkin tidak akan terdengar oleh Mayang.

Related chapters

  • La Tahzan, Miss Lemot   Bukan Sebuah Bagian

    Suara orang-orang dewasa yang tengah berbincang begitu terdengar memenuhi ruangan yang sangat luas itu. Bukan hanya perbincangan soal bisnis saja, tetapi keharmonisan keluarga pun menjadi topik yang paling asyik untuk diperbincangkan. Bahkan, sesekali mereka tertawa karena guyonan dari anak-anak mereka. Hingga pertanyaan seorang wanita paruh baya menghentikan perbincangan itu."Mayang, Ines ke mana? Kenapa nggak kamu ajak?" tanya wanita paruh baya bernama Kinar Anindya Erick, Ibu dari Dirgantara Erick dan Argiantara Erick.Mayang menatap mertuanya itu. "Nggak tahu, Mi. Lagipula untuk apa mengajaknya? Dia bukan keluarga Erick, dan kalian semua pasti tidak suka dengannya."Kinar mengembuskan napasnya dengan pelan. "Seenggaknya, kalau dia ada di sini, mami dan semuanya bisa nyuruh-nyuruh dia. Kan kalau nyuruh gadis itu, kita nggak perlu bayar. Gratis," sahut Kinar."Mami," peringat Argiantara dan suami Kinar,

    Last Updated : 2021-04-10
  • La Tahzan, Miss Lemot   Sadar Diri

    "Ines," panggil seseorang yang baru saja membuka pintu kamar gadis itu tanpa mengetuknya.Gadis itu mengalihkan pandangannya. "Abang? Udah pulang? Kok Cepet banget, sih," tanya Ines dengan bertubi-tubi."Udah kok. Emang mau nginep di sana apa?""Ya kirain, Bang."Arka bergidik ngeri. "Nggak, ah. Di sana banyak setan."Ines mengerutkan dahi dengan bingung. "Hah? Setan? Sejak kapan di rumah mewah banyak setannya, Bang? Baru tahu Ines tuh. Ada hantu apa aja Bang di sana?" tanya Ines dengan penasaran.Arka menatap Ines dengan raut serius sambil menahan tawanya. "Di sana ada Tante Miskey, Poci, Dedek tuyul, dan Mr black. Abang mau minta Sara Wijayanto buat menelusuri, sekaligus ngusir mereka juga kalo bisa," jawab Arka dengan asal.Ines menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Itu Mr Black siapa, Bang? Kalau keduanya aku tahu

    Last Updated : 2021-04-13
  • La Tahzan, Miss Lemot   Bahagia Yang Disengaja

    Fernan menatap penuh keheranan pada gadis di hadapannya. Bagaimana tidak? Dua minggu kemarin, gadis itu terus diam terkadang melamun. Sekarang, tidak-tidak bukan sekarang, tetapi lebih tepatnya seminggu ini, dia terus mengulas senyum dan terlihat bahagia. Ada apa dengannya?"Lo kenapa, sih? Gue jadi segan deket-deket lo, Nes." Fernan bergidik ngeri.Ines menatap Fernan dengan kerutan di dahinya. "Kok segan sih? Emangnya gue kenapa diseganin? Kek juragan aja disegani," ucap Ines sambil terkekeh pelan.Fernan berdecak sebal. "Iya, segan. Segan karena ngeri. Kemaren-kemaren diemin gue, kadang juga ngelamun. Sekarang, senyum-senyum kayak orgil," sahut Fernan."Ish, Fernan mah nggak tahu orang lagi bahagia. Emang Ines harus sedih terus apa?" balas Ines dengan mengulas senyum tanpa beban.Fernan menaikkan sebelah alisnya. "Lo bahagia kenapa, sih? Gue penasaran tahu. Lo kan udah janji sama gue, kalau

    Last Updated : 2021-04-15
  • La Tahzan, Miss Lemot   Kehadiran Yang Salah

    Arka yang merasa bosan dengan topik pembicaraan keluarga besarnya, langsung beranjak meninggalkan ruang keluarga. Dia begitu terkejut saat melihat Ines tengah bersembunyi di balik tembok ruang keluarga.Apa Ines mendengar semuanya? tanya Arka dalam hati.Arka terus memperhatikan raut wajah Ines yang menunjukkan bahwa gadis itu tengah terluka, kecewa, dan sedih. Bahkan, mata dan pipinya sudah basah oleh air. Ines langsung menghapus air matanya, lalu mengucapkan kata-kata yang membuat Arka merasa sangat bersalah."Ines kira mereka bener-bener tulus, tapi ternyata bahagia itu disengaja. Bahagia yang disengaja karena kesepakatan bersama," gumam Ines sambil membalikkan badan untuk melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.Belum sempat gadis itu melanjutkan langkahnya, tiba-tiba Arka memanggil sang adik, membuat Ines langsung menghentikan langkahnya."Ines?" panggil Arka.

    Last Updated : 2021-04-20
  • La Tahzan, Miss Lemot   Vallentino Ibrahim Cezar

    Seorang pria masuk ke dalam sebuah ruangan untuk menghadap sang bos yang tengah duduk di kursi kebesarannya. Pria dengan setelan serba hitam itu menundukkan kepala sambil berdiri di hadapan bosnya."Tuan memanggilku? Right?" tanya pria itu, membuat pria yang dipanggil tuan menatap ke arahnya dengan menampilkan wajah datar dan dinginnya."Right, aku ingin ke Indonesia hari ini," ucap pria yang dipanggil tuan."Are you sure, Sir? But, you-" Belum sempat pria itu melanjutkan ucapannya, tetapi sang bos langsung menyela."Yes, I am sure. Why?" Sang bos mengangkat sebelah alisnya."No, Sir. Okay, aku akan mempersiapkan keberangkatanmu." Sang tuan hanya menganggukkan kepala."Gercep sekali dia. Mentang-mentang akan bertemu dengan calon istrinya, pekerjaan pun ditunda. Dasar bucin," gerutu pria yang diketahui adalah tangan kanan pria yang masih duduk di kursi kebesarannya."Aku mendengarnya."Mendengar, heh? batin pria yang akan keluar dari ru

    Last Updated : 2021-04-27
  • La Tahzan, Miss Lemot   Percuma

    Vallen melangkah masuk ke dalam rumah mewah keluarga Argiantara Erick sambil menggenggam tangan Ines. Iya, setelah menemukan Ines yang bersembunyi di balik salah satu mobil, Vallen langsung membawa gadisnya ke rumah besar itu. Semua keluarga Erick sudah berkumpul di ruang keluarga, menunggu kedatangan Vallen dan Ines. Bahkan, Kinar pun sudah berada di sana. Pria itu memerintahkan Gray agar menjadi sopir di mobil Kinar, sedangkan dia mengendarai mobilnya ditemani sang gadis pujaan yang duduk di sampingnya."Mr Vallen? Selamat datang, Mr," ucap Argi dengan canggung seraya mengulurkan tangannya yang langsung dijabat oleh Vallen.Semua orang pun ikut melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Argi. Setelah itu, Argi meminta Vallen dan tangan kanan pria itu untuk duduk di sofa. Semuanya menatap kagum dengan ketampanan Vallen, walaupun wajah pria itu nampak dingin dan datar."Saya tidak menyangka,

    Last Updated : 2021-05-01
  • La Tahzan, Miss Lemot   Fitting Baju Pengantin

    Ines begitu sungkan untuk berbincang dengan Vallen perihal pernikahannya. Bukan hanya itu, bahkan untuk bertemu pun dia tidak punya nyali. Bagaimana tidak? Gadis itu terus saja mengingat perlakuan Vallen yang menciumnya secara tiba-tiba. Padahal kejadian tersebut sudah seminggu yang lalu, tetapi entah kenapa Ines merasa malu pada Vallen.Seperti halnya saat ini, Ines yang seharusnya melakukan fitting baju pengantin, malah pergi ke rumah Fernan."Lo ngapain di sini? Mau cari mati?" tanya Fernan yang terkejut saat membuka pintu utama di rumah mewahnya."Ish, Fernan. Kalau asal jangan ngomong, Ines ke sini cari Tante bukan mati." Ines mendengkus sebal mendengar pertanyaan Fernan yang frontal.Fernan mengibas-ibaskan tangannya. "Pulang lo, pulang. Bikin hidup gue dalam bahaya aja lo, sana pulang! Terus temuin pangeran lo," usir Fernan."Jahat banget sih, orang ada tamu datang kok malah diusir suruh

    Last Updated : 2021-05-17
  • La Tahzan, Miss Lemot   Pernikahan

    Ines menatap pantulan dirinya di depan cermin. Biasanya ia akan tersenyum ceria sambil mengedipkan sebelah matanya. Namun, sekarang gadis itu malah murung, tidak bersemangat."Non Ines kenapa?" tanya seseorang yang tergesa-gesa masuk ke dalam kamar Ines, setelah para tukang rias pengantin itu pergi.Gadis yang mengenakan kebaya putih itu hanya menggelengkan kepala. Iya, hari ini adalah hari di mana Ines akan menikah dengan Vallen. Pernikahan Ines dan Vallen didasari oleh kemewahan."Non kalau nggak mau menikah, bilang saja, Non," ucap Bi Iis, membuat Ines menatapnya sambil mengulas senyum tulus."Ines nggak apa-apa, Bi."Bi Iis menganggukkan kepala. "Ya sudah, kalau begitu bibi kembali ke bawah, membantu pelayan-pelayan lain."Setelah kepergian Bi Iis, hanya keheningan yang menghinggap di ruangan Ines berada. Gadis itu masih terdiam sambil menatap pantulan dirinya, tetapi tiba-t

    Last Updated : 2021-05-28

Latest chapter

  • La Tahzan, Miss Lemot   Terusir

    Vallen dan Ines turun ke lantai bawah dan menuju ke ruang makan. Mereka akan ikut sarapan bersama dengan keluarga Erick. Tidak hanya keduanya, tetapi papa Ines juga berada di sana.Vallen mengernyitkan dahinya ketika Ines tiba-tiba saja berhenti. Saat gadis itu akan memutar balik badannya, sang suami langsung menggenggam tangannya. Ines menatap penuh protes ke arah Vallen, tetapi pria itu tidak mendengarkan. Dia terus saja menarik Ines agar mengikutinya ke meja makan.Vallen meminta Ines untuk duduk di sampingnya dan gadis itu menurut. Namun, tiba-tiba saja Nela datang, dia meminta Ines untuk pindah tempat duduk karena itu adalah kursi yang biasa Nela tempati ketika tengah ikut makan bersama keluar Argiantara Erick."Ines? Kamu kenapa duduk di sini? Ini tempat aku, Nes. Aku biasanya duduk di sini, kalau makan di rumah Tante Mayang," ujar Nela seakan mengingatkan Ines."Bisa duduk di kursi yang lain bukan?" Bukan, bukan Ines yang menjawab melainkan Vallen.

  • La Tahzan, Miss Lemot   Rencana Jahat

    Seorang gadis menghampiri wanita paruh baya yang tengah terduduk dengan angkuh di sebuah sofa, sambil menatap tajam ke arah gadis yang merupakan putrinya. Dia sudah mengetahui apa maksud dan tujuan sang putri datang padanya, tentu untuk meminta bantuannya.Ada apa dengan gadis itu? Kenapa dia tidak seperti dirinya? Bisa melakukan hal-hal jahat hanya seorang diri, tidak membutuhkan bantuan siapa pun. Bahkan, untuk membunuh seseorang pun dia mampu walau hanya sendiri."Mama, aku butuh bantuan Mama."Wanita paruh baya itu memutar bola matanya malas. "Kau itu bodoh sekali. Mengerjakan hal seperti itu saja tidak becus, kalau kau meminta bantuanku, maka Mr X akan mencurigai kita.""Lalu aku harus bagaimana, Ma?" tanya gadis itu."Dasar bodoh! Pakai otakmu! Aku melahirkanmu supaya kau bisa membantuku untuk balas dendam pada Mayang, dan merebut apa yang seharusnya menjadi milik kita!" Bukannya men

  • La Tahzan, Miss Lemot   Rencana Jahat

    Seorang gadis menghampiri wanita paruh baya yang tengah terduduk dengan angkuh di sebuah sofa, sambil menatap tajam ke arah gadis yang merupakan putrinya. Dia sudah mengetahui apa maksud dan tujuan sang putri datang padanya, tentu untuk meminta bantuannya.Ada apa dengan gadis itu? Kenapa dia tidak seperti dirinya? Bisa melakukan hal-hal jahat hanya seorang diri, tidak membutuhkan bantuan siapa pun. Bahkan, untuk membunuh seseorang pun dia mampu walau hanya sendiri."Mama, aku butuh bantuan Mama."Wanita paruh baya itu memutar bola matanya malas. "Kau itu bodoh sekali. Mengerjakan hal seperti itu saja tidak becus, kalau kau meminta bantuanku, maka Mr X akan mencurigai kita.""Lalu aku harus bagaimana, Ma?" tanya gadis itu."Dasar bodoh! Pakai otakmu! Aku melahirkanmu supaya kau bisa membantuku untuk balas dendam pada Mayang, dan merebut apa yang seharusnya menjadi milik kita!" Bukannya men

  • La Tahzan, Miss Lemot   Curiga

    "Sedang apa kau di depan pintu kamar putriku?" tanya seseorang, membuat tubuh orang itu menegang.Reandra menatap penuh intimidasi ke arah gadis yang baru saja membalikkan badan dan juga tengah menatapnya dengan tajam. Iya, pria itu adalah Reandra, ayah kandung Ines, sedangkan gadis itu Reandra tidak mengetahui namanya. Dia akan menginap di sana beberapa hari sebelum berangkat ke Singapura, tempat tinggalnya sekarang."Bukan urusan lo," jawab gadis itu dengan ketus seraya pergi meninggalkan Reandra yang berdiri dengan penuh kecurigaan.Bagaimana tidak? Reandra melihat gadis itu tengah menutup pintu kamar putrinya, lalu mengatakan hal yang membuat jiwa penasaran pria paruh baya itu berkembang. Dia harus waspada dan mencari tahu.Saat akan membalikkan badannya. Tiba-tiba ada yang memanggil namanya. "Mas Andra," panggil seseorang dengan lembut.Reandra menatap orang yang memanggilnya

  • La Tahzan, Miss Lemot   Pernikahan

    Ines menatap pantulan dirinya di depan cermin. Biasanya ia akan tersenyum ceria sambil mengedipkan sebelah matanya. Namun, sekarang gadis itu malah murung, tidak bersemangat."Non Ines kenapa?" tanya seseorang yang tergesa-gesa masuk ke dalam kamar Ines, setelah para tukang rias pengantin itu pergi.Gadis yang mengenakan kebaya putih itu hanya menggelengkan kepala. Iya, hari ini adalah hari di mana Ines akan menikah dengan Vallen. Pernikahan Ines dan Vallen didasari oleh kemewahan."Non kalau nggak mau menikah, bilang saja, Non," ucap Bi Iis, membuat Ines menatapnya sambil mengulas senyum tulus."Ines nggak apa-apa, Bi."Bi Iis menganggukkan kepala. "Ya sudah, kalau begitu bibi kembali ke bawah, membantu pelayan-pelayan lain."Setelah kepergian Bi Iis, hanya keheningan yang menghinggap di ruangan Ines berada. Gadis itu masih terdiam sambil menatap pantulan dirinya, tetapi tiba-t

  • La Tahzan, Miss Lemot   Fitting Baju Pengantin

    Ines begitu sungkan untuk berbincang dengan Vallen perihal pernikahannya. Bukan hanya itu, bahkan untuk bertemu pun dia tidak punya nyali. Bagaimana tidak? Gadis itu terus saja mengingat perlakuan Vallen yang menciumnya secara tiba-tiba. Padahal kejadian tersebut sudah seminggu yang lalu, tetapi entah kenapa Ines merasa malu pada Vallen.Seperti halnya saat ini, Ines yang seharusnya melakukan fitting baju pengantin, malah pergi ke rumah Fernan."Lo ngapain di sini? Mau cari mati?" tanya Fernan yang terkejut saat membuka pintu utama di rumah mewahnya."Ish, Fernan. Kalau asal jangan ngomong, Ines ke sini cari Tante bukan mati." Ines mendengkus sebal mendengar pertanyaan Fernan yang frontal.Fernan mengibas-ibaskan tangannya. "Pulang lo, pulang. Bikin hidup gue dalam bahaya aja lo, sana pulang! Terus temuin pangeran lo," usir Fernan."Jahat banget sih, orang ada tamu datang kok malah diusir suruh

  • La Tahzan, Miss Lemot   Percuma

    Vallen melangkah masuk ke dalam rumah mewah keluarga Argiantara Erick sambil menggenggam tangan Ines. Iya, setelah menemukan Ines yang bersembunyi di balik salah satu mobil, Vallen langsung membawa gadisnya ke rumah besar itu. Semua keluarga Erick sudah berkumpul di ruang keluarga, menunggu kedatangan Vallen dan Ines. Bahkan, Kinar pun sudah berada di sana. Pria itu memerintahkan Gray agar menjadi sopir di mobil Kinar, sedangkan dia mengendarai mobilnya ditemani sang gadis pujaan yang duduk di sampingnya."Mr Vallen? Selamat datang, Mr," ucap Argi dengan canggung seraya mengulurkan tangannya yang langsung dijabat oleh Vallen.Semua orang pun ikut melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Argi. Setelah itu, Argi meminta Vallen dan tangan kanan pria itu untuk duduk di sofa. Semuanya menatap kagum dengan ketampanan Vallen, walaupun wajah pria itu nampak dingin dan datar."Saya tidak menyangka,

  • La Tahzan, Miss Lemot   Vallentino Ibrahim Cezar

    Seorang pria masuk ke dalam sebuah ruangan untuk menghadap sang bos yang tengah duduk di kursi kebesarannya. Pria dengan setelan serba hitam itu menundukkan kepala sambil berdiri di hadapan bosnya."Tuan memanggilku? Right?" tanya pria itu, membuat pria yang dipanggil tuan menatap ke arahnya dengan menampilkan wajah datar dan dinginnya."Right, aku ingin ke Indonesia hari ini," ucap pria yang dipanggil tuan."Are you sure, Sir? But, you-" Belum sempat pria itu melanjutkan ucapannya, tetapi sang bos langsung menyela."Yes, I am sure. Why?" Sang bos mengangkat sebelah alisnya."No, Sir. Okay, aku akan mempersiapkan keberangkatanmu." Sang tuan hanya menganggukkan kepala."Gercep sekali dia. Mentang-mentang akan bertemu dengan calon istrinya, pekerjaan pun ditunda. Dasar bucin," gerutu pria yang diketahui adalah tangan kanan pria yang masih duduk di kursi kebesarannya."Aku mendengarnya."Mendengar, heh? batin pria yang akan keluar dari ru

  • La Tahzan, Miss Lemot   Kehadiran Yang Salah

    Arka yang merasa bosan dengan topik pembicaraan keluarga besarnya, langsung beranjak meninggalkan ruang keluarga. Dia begitu terkejut saat melihat Ines tengah bersembunyi di balik tembok ruang keluarga.Apa Ines mendengar semuanya? tanya Arka dalam hati.Arka terus memperhatikan raut wajah Ines yang menunjukkan bahwa gadis itu tengah terluka, kecewa, dan sedih. Bahkan, mata dan pipinya sudah basah oleh air. Ines langsung menghapus air matanya, lalu mengucapkan kata-kata yang membuat Arka merasa sangat bersalah."Ines kira mereka bener-bener tulus, tapi ternyata bahagia itu disengaja. Bahagia yang disengaja karena kesepakatan bersama," gumam Ines sambil membalikkan badan untuk melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.Belum sempat gadis itu melanjutkan langkahnya, tiba-tiba Arka memanggil sang adik, membuat Ines langsung menghentikan langkahnya."Ines?" panggil Arka.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status