Home / Romansa / LUKA HATI SEORANG ISTRI / MENANTU IDAMAN LAIN

Share

MENANTU IDAMAN LAIN

Author: Reinee
last update Last Updated: 2021-05-03 19:30:45

    "Sebenarnya Ibu ini heran, Le. Kenapa sih Kamu harus nyuruh Bapak sama Ibu nggak jujur soal pernikahanmu pada Aira?"

    Dhani sedang duduk di serambi rumah orang tuanya  sore itu dengan sang bapak saat ibunya ikut bergabung.

    "Ini di luar rencanaku, Bu. Aku nggak menyangka Aira akan tahu soal pernikahan ini. Awalnya aku bermaksud merahasiakan ini dari Aira dan anak-anak. Aku ingin memberi mereka kejutan bahwa tahun ini aku sudah pindah ke kota ini memimpin kantor cabang baru. Momennya tepat, pas lebaran aku dipindahkan ke sini. Nggak taunya Aira malah datang ķe pernikahanku dan Soraya. Aku juga nggak tahu dia dapat informasi itu dari siapa." Dhani terlihat frustasi saat mengatakan semua itu. 

    Bagaimana pun, dalam hatinya tak pernah ada niat untuk menyakiti Aira, apalagi anak-anaknya. Namun hasrat lelakinya yang meronta, saat berjauhan dengan sang istri selama berbulan-bulan membuatnya jatuh dalam pelukan karyawan barunya yang baru dua tahun bekerja di kantor itu. 

    Soraya, wanita cantik yang begitu menggoda itu, adalah teman ngobrol yang sangat menyenangkan kala itu. Apalagi dia berasal dari daerah yang sama dengan dirinya. Dhani lupa diri dan kemudian jatuh cinta. Dia lupa bahwa ada Aira dan anak-anaknya yang selalu setia menunggu kepulangannya setiap saat. 

    Awalnya, hubungan Dhani dan Soraya hanya sebatas atasan dan bawahan. Saling ngobrol, saling curhat, dan saling bernostalgia dengan kota tempat kelahiran mereka masing-masing. Sama sama hidup jauh dari keluarga, membuat mereka makin dekat dari hari ke hari. Ditambah lagi dengan wajah dan penampilan Soraya yang begitu cantik dan seksi, membuat Dhani tak kuasa lagi menahan diri. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan lebih dekat. 

    Dan saat suatu hari Soraya memberitahu bahwa dirinya hamil, Dhani menjadi panik luar biasa. Bagaimana tidak, tahun ini atasannya sudah menjanjikannya untuk dipindah ke kota kelahirannya untuk memimpin kantor cabang baru. Betapa bahagianya dia akan bisa selalu bersama dengan anak istrinya yang sudah sekian tahun berpisah jarak itu. Namun, kehamilan Soraya memporak porandakan semuanya. 

    Wanita itu mendesak untuk segera menikahinya. Dia mengancam akan mengatakan hubungan mereka dengan Aira jika sampai tidak dinikahi. Parahnya, Dhani harus mengaku bahwa dirinya adalah seorang duda pada orang tua Soraya. 

    Soraya tidak ingin kehilangan Dhani. Sementara orang tua Soraya yang merupakan orang lumayan terpandang di kotanya tidak bisa menerima jika memiliki menantu seorang lelaki yang sudah beristri. Dan itulah awal petaka bagi Dhani. Dia terjebak dengan permainannya sendiri. Permainan yang dianggapnya sepele, ternyata menghancurkan mahligai pernikahan yang sudah dibinanya selama bertahun-tahun dengan Aira. Istrinya yang tidak pernah banyak menuntut dan mengeluh itu. 

    "Yang sudah terjadi ya sudah biarkan saja, Dhan." Kali ini si bapak yang bicara. "Kamu laki laki, wajar jika memiliki istri lebih dari satu. Toh, Kamu juga mampu menghidupi keduanya. Bapak sih tidak masalah kamu menikah lagi. Itu hak kamu. Yang sekarang harus kamu pikirkan adalah bagaimana caranya kamu memperbaiki hubunganmu dengan Aira dan anak-anakmu. Anak-anakmu.terutama. Punya dua istri itu nggak masalah. Yang penting mereka berdua bisa saling menerima dan nggak cek cok," lanjut orang tua itu lagi sambil terkekeh. 

    "Masalahnya Aira tidak mungkin bisa menerima poligami, Pak. Kalau Soraya sih sudah tahu aku memang sudah berkeluarga. Tapi Aira? Bapak sendiri tahu kan waktu bapak kesana kemarin dia bagaimana?" 

    "Kamu tenang saja. Namanya wanita ya seperti itu. Awalnya saja dia keras, nanti lama-lama dia akan melunak. Apalagi jika sudah terbentur masalah keuangan, masalah ekonomi. Aira itu bisa apa tanpa kamu. Dia tidak akan.bisa menghidupi anak-anakmu tanpa bantuanmu, Dhan. Percayalah pada bapak, lambat laun Aira pasti akan bisa menerima. Toh dia itu tidak bekerja. Kehidupannya sepenuhnya bergantung sama kamu. Apalagi anak-anak kamu masih sekolah. Kamu lihat bapak saja lah. Bapak contoh nyata, poligami yang berjalan baik-baik saja hingga hari tua. Ya kan, Bune?" tanya si bapak sambil melirik istrinya yang sudah mendudukkan diri sedari tadi di sampingnya. 

    Wanita itu nampak ragu untuk mengangguk. 

    "Bapak sih enak, ibu bisa menerima dengan legowo. Aira beda dengan Ibu, Pak. Wataknya keras biarpun selama ini terlihat pendiam dan tidak terlalu banyak menuntut." 

    "Siapa bilang? Awalnya ibumu juga tidak bisa menerima bapakmu ini kawin lagi. Ngambek berhari hari, nggak mau makan, nggak mau ngomong. Marah marah tiap hari. Tapi bagaimana akhirnya? Dia luluh juga, bisa menerima ibu tirimu dengan lapang dada. Itu karena apa? Ya karena usaha bapak kasih pengertian setiap hari. Tanya saja sama ibumu kalau nggak percaya. Ya to, Bu?" Lagi lagi si ibu hanya mengangguk pelan menanggapi kalimat suaminya. Wajahnya memerah seolah diingatkan kembali tentang masa masa menyakitkan itu. 

    "Wanita itu yang penting dicukupi kebutuhannya, Le. Ya lahir, ya batin. Nanti lama-lama Aira juga akan luluh." 

    "Tapi Aira sudah bilang akan mengajukan cerai, Pak." 

    "Ya makanya itu, Kamu komunikasikan dari sekarang. Ajak bicara, dekati terus menerus, agar dia luluh dan akhirnya bisa menerima ini semua. Mumpung belum terlambat. Jadi laki laki jangan mau kalah dong kamu.Maju terus pantang menyerah." Lagi lagi orang tua itu nampak terkekeh. 

    Si ibu nampaknya mulai sedikit tidak nyaman dengan pembahasan tentang poligami itu, hingga akhirnya dia pun angkat bicara. 

    "Yang jadi masalah itu sekarang kebohongan kamu tentang bos kamu, Le. Kamu sudah menyeret nama bosmu dalam perkara rumah tanggamu ini. Kalau Aira sampai tahu bahwa pernikahan kamu ini tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan bos Kamu itu, Kamu bisa dilaporkan lho sama atasanmu. Dan jabatanmu bisa terancam. Itu lho yang ibu pikirkan dari kemarin." Wanita itu nampak gelisah saat mengatakan hal itu.

    "Ah, itu justru masalah kecil, Bu. Aira nggak akan mungkin berani menghubungi bosku. Aku kenal Aira. Dia tidak akan gegabah menghubungi seseorang yang sama sekali tidak dia kenal," kata Dhani dengan sangat percaya diri. 

    "Tapi ingat lho, Le. Dia saja kemarin berani datang ke pesta pernikahanmu. Ngajak Alif lagi. Apa itu namanya bukan sikap pemberani? Ibu saja kemarin sampai kaget saat kamu ceritakan itu. Aira yang biasanya lemah lembut itu datang ke pernikahanmu dan mengumumkan pada semua tamu, mempermalukanmu di depan banyak orang. Bukankah itu perbuatan yang luar biasa?" Entah kenapa ada nada kekaguman dalam kalimat ibunya Dhani pada keberanian Aira.

    "Sudah to, Bune. Kamu jangan malah mengendorkan semangat anak lanangmu. Kamu harusnya sebagai Ibu memberi semangat, bukannya malah membuat nglokro. Wis to, percaya sama bapak. Suatu saat Aira dan anak-anakmu pasti akan bisa menerima semua ini. Sekarang masalahnya, bagaimana kamu terus mendekati mereka agar terbiasa dengan semua ini, Dhan. Saran Bapak, dekati dulu anak-anakmu. ALif terutama. Karena bapak lihat, dia yang paling dekat dengan ibunya." 

    "Ya sudah, Pak. Akan Dhani coba nanti," kata Dhani kemudian.

    "Aku akan bantu, Mas. Aku akan menemui mbak Aira, mendekati mbak Aira agar dia bisa menerima aku." Tiba-tiba Soraya muncul dari dalam rumah. 

    "Eh, sudah bangun kamu, Nduk?" tanya si Ibu basa-basi. Soraya pun mengangguk dan melangkah dengan penuh percaya diri bergabung dengan orang tua dan anak lelakinya yang sedang serius mengobrol itu. 

    "Nggak usah, Sayang. kamu malah akan memperkeruh suasana kalau kamu muncul di hadapan Aira. Kamu tidak kenal Aira," cegah Dhani.

    "Tenanglah, Mas. Aku tahu kok apa yang harus aku lakukan."

    "Nah ini nih, istri yang cerdas. Bapak suka itu. Soraya bahkan bisa diajak kompromi. Kamu beruntung Le punya istri kedua yang seperti ini," puji Bapak Dhani pada Soraya, membuat wanita yang sedang hamil 5 bulan itu tersipu malu. 

    "Ya sudah lah. Besok Dhani akan menemui anak anak. Mencoba bicara dengan mereka dulu. Sekalian aku juga mau mengabarkan pada mereka kalau sehabis lebaran aku sudah pindah ke kota ini, Pak. Mereka bahkan belum sempat tahu akan hal ini. Aira keburu ngamuk." Dhani nampak menggelengkan-menggelengkan kepala. Hatinya benar benar kecut. Campur aduk antara kebahagiannya karena kenaikan jabatannya sebagai direktur cabang dengan kegelisahannya akan masalah rumah tangganya yang jadi runyam seperti ini.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
ya itu penyakit turunan PANTAS membela anaknya silahkan laporkan suamimu ke kantor supaya bos tahu mereka sudah MEMFITNAH beliau
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Keturunan ternyata
goodnovel comment avatar
Andreia Regina Moreira Lima Lima
Gostei do livro
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   PARCEL DARI ATASAN

    "Mas." Alif yang baru saja keluar dari kelasnya dan berniat menuju perpustakaan sontak menoleh. Adnan mengejar dengan langkah tergesa di belakangnya. "Ada apa?" tanyanya. "Ayah ngajak ketemuan. Nanti habis pulang sekolah." "Ya udah, temuin aja," jawabnya santai. "Tapi ayah suruh ngajak Mas Alif." "Dia nggak bilang kok. Kamu aja yang pergi. Mas nanti mau buru-buru pulang." "Tapi Mas, katanya penting. Soal Ibuk." "Kalau penting biar datang ke rumah aja. Udah Dek, nggak usah ikutan pusing," kata Alif menepuk bahu adiknya. "Mas mau kemana?" "Perpus. Mau ikut?" Adnan menggeleng. Lalu Alif pun berbalik melanjutkan langkahnya yang tadi sempat tertunda. . . . Siang harinya Adnan menunggu kakaknya di parkiran dengan gelisah. Kelasnya selesai setengah jam lebih awal dari kelas Alif. Sudah dari seperempat jam yang lalu, ponselnya tak berhenti bergetar. Dari sang ayah. Dan karena tidak enak hati, akhirnya Adnan memutuskan untuk menga

    Last Updated : 2021-05-03
  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   BUKAN ANAK PAK HERMAWAN

    Aira mematut diri di cermin. Setelan gamis plus khimar warna salem jadi pilihannya untuk bertemu atasan Dhani malam ini. Cukup lama dia memperhatikan bayangan wajahnya di depan sana. Rupanya beberapa kerutan memang sudah lumayan terlihat jelas di wajahnya. Aira mendesah. "Ibuk cantik." Aira tersenyum tipis. Dari cermin dia bisa melihat Alif sudah berdiri bersandar di pintu kamarnya memperhatikannya yang masih duduk di depan meja rias. Anak itu sudah rapi dengan celana jeans dan kaos polonya. Alif memang sudah terlihat sangat dewasa di usianya yang hampir menginjak 18 tahun. Apalagi jika sedang mengenakan baju casualnya. Besar dan tinggi badannya pun sudah sedikit melampaui ayahnya, Dhani. "Apa sih, Mas?" Aira menepiskan tangannya ke udara sambil mengulum tersenyum. Alif pun kemudian berjalan menghampiri sang ibu. "Beneran, ibu masih cantik kok. Nggak kalah sama yang masih gadis," goda Alif. Aira tahu Alif hanya bermaksud menghiburnya saja. "Kalau ibuk

    Last Updated : 2021-05-03
  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   PEMBUKAAN KANTOR CABANG

    Suasana rumah keluarga Salim nampak sedikit sibuk malam itu. Pak Salim nampak sudah siap dengan dandanan jas warna hitamnya, sementara istrinya sudah rapi dengan kebaya dan sanggul besar di kepalanya. Raut muka mereka nampak begitu sumringah. Apalagi yang bisa membuat mereka bangga selain pelantikan putra semata wayangnya, Dhani Hendrawan Salim, sebagai Kepala Cabang kantor barunya yang diresmikan beberapa saat lagi. Dhani, keluar dari kamarnya dengan setelan jas warna navy, sementara Soraya sudah terlihat seksi dengan dress panjang ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan warna senada dengan suaminya. Seharusnya Aira lah yang malam ini mendampingi suaminya itu dalam pelantikan malam ini. Tapi apalah daya, malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih. Dhani telah memiliki pendamping lain untuk acara membanggakannya malam ini. Istri mudanya yang juga berprofesi sebagai sekretarisnya selama ini. "Ayo buruan, Le. Nanti kita terlambat lho!" teriak sang Ibu dari

    Last Updated : 2021-05-03
  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   BUAH HATI AIRA

    Aira berdiri dengan tepuk tangannya yang cukup keras. Saat semua mata memandang ke arahnya, wanita berhijab warna gelap itu kemudian sedikit membungkuk ke arah pak Hermawan dan sang istri serta menyilangkan kedua telapak tangannya di dada sebagai tanda ucapan terima kasih. Lantas, tak menunggu lama lagi, wanita itu pun segera berlalu meninggalkan ruangan dengan senyum kemenangannya. Lalu semua pemilik pasang mata yang sedari tadi memandang ke arahnya kembali riuh dengan bisikan bisikan sata tubuh Aira menghilang di balik pintu ruangan. "Wah, itu tadi pasti istri pertamanya." "Dia berhasil mempermalukan suami dan pelakornya. Habat ya?" "Siapa sih tadi? Keren banget ya? Istri pertamanya pak Dhani bukan?" "Wow ... langsung di skak mat sama istri tuanya. Gilee!" "Wah sayang ya, kenapa tadi nggak direcord sih. Kan bisa diviralin di sosmed Lumayan." Dan banyak lagi ocehan-ocehan lainnya yang memenuhi ruangan pertemuan itu. Sementara Pak Salim masih berd

    Last Updated : 2021-05-03
  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   ADNAN YANG BERBEDA

    Dua bulan setelah kejadian itu, Aira nampak kebingungan karena hari itu Adnan tak juga menampakkan diri di rumah. "Udah, Buk, tenang aja. Pasti dia bentar lagi pulang kok. Kayak kemarin-kemarin itu kan, jam berapa kemarin pulangnya?" "Jam 9 malam, Mas. Bayangkan! Adnan ini kenapa ya kok jadi gini sekarang. Susah dikasih tau. Ibuk heran." Aira berdecak sambil masih terus mondar mandir entah sudah berapa puluh kali di ruang tamu itu. Alif yang melihat tingkah laku ibunya jadi ikutan frustasi. Adnan, anak kedua Aira yang baru duduk di bangku kelas 1 SMA itu, untuk ketiga kalinya pulang sangat telat beberapa hari terakhir ini. Ponselnya kali ini bahkan mati, tak seperti beberapa waktu yang lalu saat dia juga pulang telat seperti ini. Aira seperti induk ayam yang kehilangan anaknya. Raut wajahnya campuran antara cemas, marah, dan frustasi. Malam sudah semakin bergulir. Jarum jam di kamar tamu juga sudah menunjuk pukul delapan malam. Dan selama membesarkan

    Last Updated : 2021-05-03
  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   MENANTU BIKIN CEMBURU

    "Ayolah lah, Mas. Berapa sih memangnya harga mobil? Soraya kan bosen di rumah terus. Bisa stress aku kalau gini, Mas. Bayi kita nanti kalau ikutan stres juga gimana?" Soraya merajuk pada suaminya sore itu yang baru saja pulang dari tempat kerjanya yang baru. Dua bulan setelah gagalnya pelantikan sebagai kepala cabang, Dhani memang memutuskan untuk menolak pekerjaan yang masih ditawarkan oleh Pak Hermawan untuk tetap bekerja di kantor itu sebagai karyawan biasa. Lelaki itu memilih mencari pekerjaan lain yang dianggapnya lebih pantas untuknya. Dan akhirnya dia pun bisa mendapatkan pekerjaan baru sebagai seorang supervisor di sebuah pabrik di kota itu lewat bantuan seorang teman sekolahnya dulu. Dia pikir itu jabatan yang lebih lumayan dibanding dia harus kembali menjadi karyawan biasa di kantor tempat kerjanya dulu. Meskipun itu sebenarnya sangat memalukan bahwa dia justru turun jabatan sejauh itu, namun hidupnya dengan Soraya harus tetap berjalan. Apalagi wanita keduan

    Last Updated : 2021-05-03
  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   PELANGI SETELAH HUJAN

    Dhani baru saja masuk ke kamar saat ponselnya mendadak berdering. Dahinya sedikit berkerut ketika dilihatnya nama 'Aira' terpampang di layar. Dia sudah bisa menebak ini pasti tentang Adnan. "Ya, Dek?" sapanya saat berhasil tersambung. "Mas, Adnan sudah di situ kan?" Suara Aira dari seberang. "Iya, sudah. Sampai sekitar jam 8 tadi. Ini anaknya sudah di kamar, tidur," jawab Dhani menjelaskan. Sejenak hening. Dhani terlihat masih menunggu apa yang akan dikatakan Aira di seberang. "Titip Adnan ya, Mas. Jaga jangan sampai dia kenapa-napa. Aku nggak akan maafin kamu kalau sampai ada apa-apa sama anak kita, Mas." Kalimat itu terdengar terbata. Sepertinya Aira berkata sambil menahan tangis. "Jangan khawatir, dia bersama ayahnya. Tidak seharusnya kamu khawatir berlebihan, Ra." "Ya sudah kalau gitu. Katakan padanya aku menelpon," kata Aira sebelum menutup sambungan teleponnya. "Ya," jawab Dhani singkat. Dan entah kenapa ada perasaan aneh di hati lelaki

    Last Updated : 2021-05-28
  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   APA YANG TERJADI DENGAN SORAYA

    "Aira!" "Linda?!" Kedua wanita yang sudah lama tak bertemu itu pun saling berpelukan di sebuah mall. "Ya Allah, Ra. Kamu apa kabar? Makin cantik aja?" "Ah, bisa aja kamu, Lin. Kamu malah lebih cantik. Alhamdulillah kabarku baik. Kamu juga kan? Lagi belanja nih?" "Biasa lah, mau kondangan, suami minta dicariin baju baru. Kayak anak kecil deh." Dan keduanya pun terkekeh. "Kamu ngapain, Ra? Borong ya?" "Biasa juga," kata Aira sambil melirik ke Shofia yang berdiri di sampingnya sambil menenteng belanjaannya. "Kalau kamu suami yang rewel, kalau aku yang ini nih," goda Aira menyenggol bahu anaknya. Shofia yang merasa disindir langsung cemberut. "Ibuk apaan sih?" "Ini putri kamu?" tanya Linda. "Iya. Satu-satunya yang paling cantik." "Enak ya, Ra. Anak udah gede-gede gini. Akibat aku nikah telat nih, anakku semata wayang masih kecil. Belum bisa diajak jalan kemana-mana." "Nanti lama lama juga gede, Lin," tawa Aira. "Iya sih ge

    Last Updated : 2021-05-29

Latest chapter

  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   PASANGAN-PASANGAN BAHAGIA (ENDING)

    "Retha!" Alif segera menyambar beberapa buku yang sudah diincarnya sejak tadi dari etalase saat dilihatnya seperti sosok adiknya di rak buku tak jauh dari tempatnya berdiri.Gadis yang merasa dipanggil itu pun langsung menoleh. Dia kaget melihat ternyata Alif pun sedang berada di toko buku yang sama dengan dirinya saat itu."Sama siapa?" tanya Alif saat akhirnya berhasil mendekat pada adiknya."Mmmm, sama ... Abidzar," jawabnya sedikit gugup."Oya? Mana dia?" Alif mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari-cari sosok Abidzar di tempat itu. Bibirnya nampak mengembangkan senyum saat akhirnya menemukan pemuda itu diantara buku-buku bisnis."Kamu sendiri sama siapa?" tanya balik Maretha setelah merasa Alif tak lagi sedang menertawakannya.

  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   SEMUA BISA BERUBAH

    Siang itu Alif rupanya mulai mengenal sosok Aisha. Gadis yang terlihat seperti anak kecil saat di kampus itu ternyata lebih mandiri dari yang dia tahu. Ayahnya berprofesi sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil, membesarkan Aisha sendiri tanpa bantuan pembantu. Sejak SMP ternyata Aisha telah diajari mandiri oleh ayahnya itu. Dia pun tumbuh menjadi gadis yang serba bisa dalam mengurus rumah."Kadang aku iri Lif waktu jaman masih sekolah, melihat teman-teman masih punya keluarga lengkap. Tapi tiap kali ayah selalu bisa membesarkan hatiku. Dan dia mampu menunjukkan padaku bahwa hidup bersamanya saja juga sudah cukup."Aisha masih melanjutkan pembicaraan di sela-sela acara makan mereka."Hidup itu hanya saling lihat satu sama lain kok, Sha. Yang kelihatannya bahagia belum tentu merasa seperti itu aslinya. Saat kamu cerita tadi aku malah merasa kamu itu lebih beruntung m

  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   ALIF & AISHA

    Mendengar kalimat Abidzar, Alif tiba-tiba bisa menebak bahwa adik tirinya itu kemungkinan sudah mulai suka sama Abidzar. Buktinya dia sudah mau membuka diri untuk membahas masalah yang lebih pribadi pada sahabatnya itu."Memangnya Retha bilang apa sama kamu?""Dia sih cuma pengen tau pendapatku soal cewek yang udah nggak virgin. Trus dia juga tanya masalah pasangan hidup yang sudah nggak virgin. Sori ya Lif sebelumnya, apa Maretha itu ...." Abidzar tak sampai hati melanjutkan kalimatnya."Aku bukan orang yang berhak menjawab itu, Bi. Aku rasa kamu sendiri yang harus nanyain langsung sama Retha kalau memang kamu serius sama dia. Memangnya kalau boleh tau seserius apa sih kamu sama Retha?""Mau jawaban jujur, Lif?"

  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   OBROLAN SERIUS CALON IPAR

    "Kenapa sih tiba-tiba tanya-tanya masalah kayak gitu, Reth?""Heh? Apa? Enggak, nggak apa-apa. Pengen tau aja pandangan cowok soal itu." Maretha mendadak gugup dengan pertanyaan Abidzar yang tak disangkanya itu."Allah itu sudah memberikan jodoh pada masing-masing orang. Dan saat sepasang jodoh itu sudah dipertemukan, hal-hal seperti itu sudah nggak akan ada pengaruhnya lagi. Maksudku, pasangan yang memang sudah ditakdirkan berjodoh tak akan sempat memikirkan hal-hal kayak gitu, Reth. Lagian orang-orang sekarang kurasa lebih open minded kok. Kita para cowok juga nggak merasa suci-suci amat. Jadi kalau aku, seperti apa di masa sekarang jauh lebih penting sih dibanding masih terus berkutat mempermasalahkan masa lalunya.""Oya?""Aku sih gitu.""Trus ngapain kamu ngejar-ngejar aku? Bukannya ka

  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   KEMATIAN SORAYA

    Hari menjelang siang saat Adnan baru bisa menghempaskan punggungnya ke sebuah sandaran bangku rumah sakit tak jauh dari kamar perawatan istri dan anaknya.Rasa kantuk yang dari dini hari sempat tak dirasakannya kini seperti menggelayuti dan membuatnya tak tahan lagi, hingga kemudian pemuda itu pun jatuh tertidur di bangku itu.Baru sekitar lima belas menit Adnan terlelap, tiba-tiba ponsel di sakunya berbunyi. Dengan gerakan cepat karena kaget, Adnan pun sontak bangkit dari posisi rebahannya. Kemudian segera diraihnya ponsel itu. Dahinya sedikit berkerut saat melihat sebuah panggilan dari nomer asing."Ya?" sapanya sedikit malas."Nak Adnan?" tanya suara seorang wanita dari seberang.Awalnya Adnan mengira itu salah satu temannya atau teman Gina yang ingin mengucapkan

  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   CUCU PERTAMA AIRA

    Kali ini Maretha hanya terdiam. Gadis itu hampir saja melupakan pertemuannya dengan sang papa dan ibu tirinya. Waktu itu dirinya dan Alif memang sudah janji pada kedua orangtua itu akan menjalin hubungan kakak dan adik dengan baik lagi seperti sebelumnya."Oke, oke, baik. Kalau kamu mau hubungan kita baik, jangan ganggu-ganggu aku lagi dong kalau gitu.""Kenapa harus begitu? Aku kan peduli sama kamu, Reth. Kamu jangan salah paham.""Sudah kubilang aku nggak butuh pelindung ya, Lif. Ngeyel banget sih kamu itu." Maretha kini terlihat mulai kesal. Tapi dalam hati sebenarnya tak ada yang tahu bahwa dia senang dengan perhatian Alif padanya hingga saat ini.Alif kembali menengok ke sekeliling. Saat dirasanya mereka hanya berdua saja di t

  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   MARETHA & ABIDZAR

    Malam harinya, Vina terlihat baru keluar dari kamarnya. Sementara Maretha terlihat sedang membuat spaghetti di dapur kecil rumah mereka."Sudah pulang temen kamu, Reth?""Udah dari tadi kali, Mah. Mama sih tidurnya ngebo gitu.""Mama bosen, Reth. Papa kamu udah kirim kamu uang belum bulan ini?""Nggak tau, belum liat rekening. Udah palingan, Ma. Papa kan nggak pernah telat ngasih uang Retha. Memangnya kenapa sih?""Mama pengen shopping. Duit mama habis kan buat beli rumah ini. Tolongin mama dong, Sayang.""Tolongin apa, Mah?""Bilangin papa buat kasih modal mama. Mama mau bisnis lagi.""Bisnis apaan lagi, Maaah? Berlian lagi? Entar kesangkut masalah lagi?" ujar Maretha terlihat kurang su

  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   DATANGNYA CINTA LAIN

    Beberapa menit setelah kepergian Adnan, dada Soraya tiba-tiba sesak. Wanita itu tak henti menangis. Entah apa yang dia tangisi. Ibu dan bapaknya sampai kebingungan dengan perilaku anak bungsunya itu."Seandainya waktu bisa kuputar ulang, aku tak ingin merusak kebahagiaan keluarga mbak Aira dengan mas Dhani. Mereka memiliki anak-anak yang berhati begitu luar biasa, Buk."Akhirnya setelah didesak oleh sang ibu, Soraya pun meluapkan perasaannya. Bapak dan ibunya hanya bisa membesarkan hati wanita itu sebisanya."Sudahlah, Nduk. Kamu sudah minta maaf. Mereka orang-orang baik, ibu yakin juga sudah memaafkan kamu. Sekarang tenangkan pikiranmu. Ikhlas ya, Nduk."Kemudian Bu Suherman pun memeluk anaknya dengan erat. Haru segera saja menyelimuti kamar luas yang penuh dengan aura kesedihan itu...

  • LUKA HATI SEORANG ISTRI   KUNJUNGAN ADNAN

    Dalam perjalanan ke rumah orangtua Gina, Adnan justru tak bisa tenang. Entah kenapa perjumpaannya dengan Soraya tadi begitu mengganggu pikirannya."Itu tadi istrinya mas Dhani yang dulu pernah datang ke rumah kita untuk minta maaf kan, Sayang?" tanya Seno di sela-sela perjalanan mereka.Aira yang sedari tadi tengah memperhatikan Adnan yang duduk di jok belakang dari kaca spion sedikit kaget dengan pertanyaan Seno yang tiba-tiba."I-iya Mas, yang itu," jawabnya sedikit terbata."Kasihan sekali ya kondisinya sekarang. Dulu waktu ke rumah kita itu sepertinya belum separah itu ya? Padahal Baru berapa bulan yang lalu ya, Ra?" Seno seperti sedang larut dalam hitung-hitungan."Aku juga hampir nggak percaya tadi, Mas. Seandainya mas Seno pernah melihatnya saat masih sehat du

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status