Kemudian supir dan sang majikan membawa Raisa ke dalam mobilnya."Tuan, apakah tahu rumah wanita ini?" tanya sopir."Tidak, aku tidak tahu. Sebaiknya kita bawa pulang dulu, setelah dia sadar baru kita antarkan pulang," perintah pria paruh baya yang mengenali Raisa "Baik, Tuan," jawab sopir yang langsung melajukan mobilnya.Selang setengah jam, Raisa sudah sampai di rumah Arifin.Dia di bawa menuju kamar tamu yang berada di sofa.Arifin mencari ponsel Raisa, dia akan menghubungi suaminya. Tapi tak juga di temukan ponselnya, apakah Raisa di jambret oleh perampok? Itulah yang menjadi pertanyaan Arifin."Sebaiknya kita biarkan dia istirahat," kata Arifin meninggalkan Raisa di kamar.Raisa tersadar, dan dia mulai membuka kedua matanya."Aku dimana?" lirihnya seraya memegang perutnya yang mulai berdendang."Ish, perutku lapar," ucapnya meringis.Kemudian Raisa pun bangkit dari tempat tidur, dia menuju pintu."Cekelek..."Tiba-tiba ada yang membuka pintu kamarnya.Raisa memundurkan langkahn
Raisa memang gadis yang polos, semua yang dilakukan sesuai dengan keinginannya. Pikirannya memang amat pendek, karena Raisa tidak kuat menanggung beban derita sendirian.Keesokan paginya Raisa baru tersadar, dia pun mengerjap-ngerjapkan kedua matanya.Berharap wanita cantik itu sudah meninggalkan dunia yang penuh kekejaman pada dirinya. Raisa berpikir bahwa dirinya sudah berada di neraka, karena orang bunuh diri pasti rohnya tidak akan di terima di akhirat.Tetapi wanita cantik itu merasakan suhu udaranya sangat dingin. Begitu juga ruangan disekitarnya berwarna putih semua. Tetapi dia merasa pergelangan tangannya sakit, terlihat perban dan jarum infus."Apakah neraka senyaman ini, berada di kasur empuk dan selimut yang tebal. Oh pantas saja orang pada bunuh diri kalau tertimpa masalah," batin Raisa."Kau sudah bangun?" Suara serak laki-laki terdengar dari sebelahnya.Apakah itu malaikat maut, atau malaikat penanya dalam kubur? Oh, tapi ini bukan kuburan, tetapi seperti di dalam ruanga
PrologNamanya Raisa Ekasuci, anak pertama dari tiga bersaudara. Hidup di lingkungan sederhana serta mempunyai orang tua yang terlalu over protective. Kedua orang tua Raisa selalu mengaturnya membuat hidupnya menjadi jenuh.Seringkali Raisa merasa bosan, karena terus hidup dengan banyak aturan di keluarganya. Padahal gadis berusia delapan belas tahun itu juga ingin bebas, seperti teman-teman sebaya lainnya. Berpergian dan bermain bersama-sama dengan teman-temannya.Kedua orang tua Raisa tidak pernah mengizinkan anak gadisnya keluar rumah selain kegiatan sekolah. Karena mereka takut jika anaknya mendapatkan pergaulan yang tidak baik.Karena merasa bosan, akhirnya Raisa mencari cara agar dirinya bisa keluar dari rumah. Gadis polos itu pernah membawa teman laki-lakinya datang ke rumah dan di sambut baik oleh kedua orang tua Raisa. Mereka mempercayakan Raisa kepada pemuda yang diperkenalkan dikeluarganya Raisa belum paham tentang arti pacaran, walaupun usianya sudah beranjak remaja. Kare
Happy Reading 😘Hari yang bahagia, bagi pasangan muda mudi yang akan melangkah ke jenjang pernikahan.Raisa dan Faisal kini telah resmi menjadi pasangan suami-isteri. Terpancar rona bahagia pada wajah Faisal. Namun berbeda dengan Raisa, yang hanya senyum sekilas saat ada tamu yang memberikan ucapan selamat kepadanya.Bagi Raisa setelah menikah, dia akan terbebas dari aturan-aturan keluarganya. Gadis yang kini berusia sembilan belas tahun dan berstatus sebagai istri itu bertekad akan bekerja usai menikah. Raisa berpikir, jika dia akan bebas bepergian kemana saja tanpa ada yang melarangnya. Raisa tak pernah berpikir, jika setelah menikah kewajibannya adalah mengurus suaminya. Selama mengenal Raisa, Faisal memang selalu membebaskan gadis kini telah menjadi istrinya itu berpergian kemana saja. Hal itu karena mereka belum ada ikatan resmi. Faisal selalu menuruti keinginan Raisa pergi kemanapun saat gadis itu memintanya.Sepasang pengantin itu telah mengikat janji suci. Sang ayah telah me
Melihat Raisa yang kerepotan mengupas bawang merah, Faisal pun membantunya. Sedikit agak lama mereka menyajikan sarapan, karena diiringi candaan dan gurauan. "Apakah kamu bisa menguleg bumbu?" tanya Faisal."Akan aku coba," jawab Raisa.Kemudian Faisal mengambil cobek dan ulegan. Menaruh cabe dan bawang merah serta bawang putih. Faisal tertawa saat Raisa mulai menumbuk bumbu untuk nasi goreng."Ulegannya bisa pecah kalau kamu pukul-pukul begitu," ujar Faisal sembari tertawa kecil."Biasanya ibu selalu pakai blender untuk menghaluskan cabe dan bawang," keluh Raisa yang berkeringat saat menumbuk cabe dan bawang."Begini caranya," kata Faisal mengambil alih ulegan dari tangan Raisa."Sal, gak salah kamu yang masak!" Sindir Maria sembari berjalan masuk ke arah kamar ibunya.Maria adalah kakak Faisal, dia selalu membawa anak-anaknya di pagi hari kerumah ibunya. Karena itu adalah kebiasannya setiap hari, selalu menumpang makan dirumah sang ibu."Raisa belum bisa masak, Kak!" Kata Faisal t
Happy Reading 😘Siang hari, Faisal mulai menyalakan aplikasi ojek online. Sedangkan Raisa baru saja selesai mencuci baju dan langsung mandi.Ketika Raisa telah selesai membersihkan diri, dia berjalan menuju kamarnya. Istri Faisal itu melihat lantai yang berserakan serta makanan ringan. Di tambah mainan yang berantakan dan juga ada tumpahan air.Sepertinya lantai berantakan itu adalah ulah anak Maria. Memang sudah kebiasaan bagi anaknya Maria, setelah membuat berantakan di rumah ibunya, mereka langsung pergi.Raisa tak memperdulikan rumah ibu mertuanya yang berantakan. Dipikirnya semua itu bukanlah ulahnya melainkan kerjaan anak Maria yaitu kakak iparnya. Seharusnya Maria yang membersihkan rumah, karena anaknya yang membuat berantakan.Wanita muda itu masuk ke kamar hanya memakai handuk yang membalut tubuhnya."Wah, seger banget lihatnya!" puji Faisal yang sedang bersandar di headboard tempat tidur. Di melihat sang istri masuk ke kamar hanya mengenakan handuk saja."Ih, apaan sih! Tuh
Dari dalam kamarnya, Raisa mendengar ada suara yang sedang membersihkan ruang tamu. "Ah, sepertinya si comel itu sedang membersihkan ruang tamu," gumam Raisa dalam hatinya. Maksudnya si comel itu adalah Maria. Raisa berpikir jika Maria yang sedang membersihkan ruang tamu. Karena memang itu kewajibannya, setelah anaknya membuat berantakan rumah ibunya.Kemudian Raisa melanjutkan kembali pekerjaannya di dalam kamar. Merapikan baju-baju yang masih ada di dalam tasnya. Karena dia belum sempat membongkar baju usai acara pernikahan kemarin.Tiba-tiba saja terdengar suara celetukan dari Ratih, kakak tertua Faisal."Bu, mantu baru ngapain aja di rumah?" Teriak Ratih yang terdengar jelas di telinga Raisa. Sepertinya kakak tertua Faisal itu sedang menyinggung dirinya. Raisa langsung menghentikan aktivitasnya, saat mendengar suara Ratih menyebut namanya."Ini ulah anak Maria. Memang biasanya mereka habis berantak rumah langsung di tinggal pergi," Kata Bu Leha dengan suara yang parau."Tapi ib
Karena perutnya sudah sangat lapar, akhirnya perempuan berkulit putih itu berinisiatif untuk meminjam uang pada ibu mertuanya. Barangkali ibu mertua mau meminjamkan uang untuknya.Raisa mencoba mengetuk pintu bu Leha, barangkali mertuanya bisa meminjamkan uang untuknya membeli nasi Padang.Tok, tok, tok.Raisa mengetuk pintu kamar mertuanya, namun tak ada jawaban. Lalu Raisa melihat ada gembok yang melingkar di bagian gagang pintu kamarnya. Bu Leha memang selalu mengunci pintu dengan gembok. Alasannya adalah karena cucunya sering kali bolak-balik dan memberantak dikamarnya. Hal itu yang membuat Bu Leha memutuskan untuk mengunci pintu kamarnya. Raisa pun sudah dijelaskan oleh Faisal sejak mereka berpacaran. Saat perempuan cantik itu berkunjung kerumah Faisal dan melihat ada kunci gembok dipintu ibunya.Rupanya mertuanya sedang pergi dan bu Leha tidak pamit kepada Raisa. Sungguh tak disangka jika perlakuan ibunya pun sama dengan anaknya. Setidaknya Bu Leha mengetuk pintu kamar Raisa u
Raisa memang gadis yang polos, semua yang dilakukan sesuai dengan keinginannya. Pikirannya memang amat pendek, karena Raisa tidak kuat menanggung beban derita sendirian.Keesokan paginya Raisa baru tersadar, dia pun mengerjap-ngerjapkan kedua matanya.Berharap wanita cantik itu sudah meninggalkan dunia yang penuh kekejaman pada dirinya. Raisa berpikir bahwa dirinya sudah berada di neraka, karena orang bunuh diri pasti rohnya tidak akan di terima di akhirat.Tetapi wanita cantik itu merasakan suhu udaranya sangat dingin. Begitu juga ruangan disekitarnya berwarna putih semua. Tetapi dia merasa pergelangan tangannya sakit, terlihat perban dan jarum infus."Apakah neraka senyaman ini, berada di kasur empuk dan selimut yang tebal. Oh pantas saja orang pada bunuh diri kalau tertimpa masalah," batin Raisa."Kau sudah bangun?" Suara serak laki-laki terdengar dari sebelahnya.Apakah itu malaikat maut, atau malaikat penanya dalam kubur? Oh, tapi ini bukan kuburan, tetapi seperti di dalam ruanga
Kemudian supir dan sang majikan membawa Raisa ke dalam mobilnya."Tuan, apakah tahu rumah wanita ini?" tanya sopir."Tidak, aku tidak tahu. Sebaiknya kita bawa pulang dulu, setelah dia sadar baru kita antarkan pulang," perintah pria paruh baya yang mengenali Raisa "Baik, Tuan," jawab sopir yang langsung melajukan mobilnya.Selang setengah jam, Raisa sudah sampai di rumah Arifin.Dia di bawa menuju kamar tamu yang berada di sofa.Arifin mencari ponsel Raisa, dia akan menghubungi suaminya. Tapi tak juga di temukan ponselnya, apakah Raisa di jambret oleh perampok? Itulah yang menjadi pertanyaan Arifin."Sebaiknya kita biarkan dia istirahat," kata Arifin meninggalkan Raisa di kamar.Raisa tersadar, dan dia mulai membuka kedua matanya."Aku dimana?" lirihnya seraya memegang perutnya yang mulai berdendang."Ish, perutku lapar," ucapnya meringis.Kemudian Raisa pun bangkit dari tempat tidur, dia menuju pintu."Cekelek..."Tiba-tiba ada yang membuka pintu kamarnya.Raisa memundurkan langkahn
"Sa, aku ingin bertanya satu hal padamu?" tanya Faisal memandang ragu sang istri."Bertanya soal apa?" tanya Raisa sambil berbaring di sebelah suaminya."Apakah selama ini kamu puas dengan..." Faisal terlihat ragu, saat membahas tentang aktivitas mereka di tempat tidur."Dengan apa?" balik Raisa bertanya. Dia sungguh bingung dengan pertanyaan sang suami yang menggantung "Dengan kejantananku?" seloroh Faisal mengecilkan suaranya."Kejantanan apa maksudmu?" tanya Raisa seraya mendongakkan kepalanya kearah sang suami. Mereka sedang berbaring ditempat tidur berkomunikasi dari hati ke hati."Sebenarnya, aku memiliki masalah soal kejantanan. Itu yang selama ini aku khawatirkan," ucap laki-laki berkulit kuning langsat itu dengan cemas. "Maksud kamu apa sih? Aku masih belum gak paham," jawab Raisa yang langsung duduk lalu menatap Faisal.Wanita cantik itu memang masih sangat polos. Raisa belum pernah melihat bentuk kepemilikan laki-laki. Selama ini, dia hanya mengimbangi permainan sang suam
Mereka sudah sampai di warung bakso dan Faisal memesankan untuk Raisa."Ini Sa, bakso pakai bihun putih," kata Faisal yang sangat tahu kesukaan Raisa.Mereka makan dengan lahapnya, karena memang sudah waktunya jam makan siang.Selesai makan bakso, Raisa memesan es teler yang merupakan menu andalan di warung bakso tempat mereka makan.Sembari menunggu es teler, Faisal membuka pembicaraan."Sa, aku ingin mengatakan sesuatu padamu," kata Faisal dengan mimik wajah serius."Ada apa?" tanya Raisa.Butuh waktu beberapa menit untuk Faisal menceritakan perihal penyakit yang dialaminya.Karena Faisal sangat takut dengan jawaban kekecewaan dari Raisa."Kok kamu malah melamun?" tanya Raisa sembari menepuk tangan suaminya "Eh, aku ingin membicarakan hal penting padamu," ucap Faisal ragu."Hal penting apa?" tanya Raisa penasaran "Soal, soal...." ucap Faisal ragu. Dia masih belum siap berpisah dengan sang istri jika tahu dirinya impoten."Soal apa?" desak Raisa tak sabaran.Lalu sang pelayan datan
"Loh, istrimu kok uda pulang kerjanya?" tanya Bu Leha yang sedang merapikan mainan cucunya."Raisa hamil, Bu!" sahut Faisal memberikan kabar pada Ibunya."Hamil?" Seketika kedua bola matanya pun hampir keluar sempurna. "Apa betul, Raisa?" tanya Bu Leha meyakinkan dirinya."Iya, Bu!" jawab Raisa."Ya, sudah Sal. Lekas bawa ke kamar dan suruh istrimu istirahat," perintah sang ibu.Lalu Faisal membawa Raisa masuk kekamarnya.***Pagi ini Aldo sedang bersiap untuk berangkat kuliah. Aldo mendengarkan saran sang bibi, agar jangan pernah membantah dengan titah sang kakek.Saat akan menuruni anak tangga pertama, tiba-tiba perutnya seperti terguncang. Tak seperti biasanya, yang dirasakan saat ini sangat mual.Dengan langkah seribu, dia bergegas menuju kamar mandi."Huek, huek..."Terdengar Aldo sedang muntah lalu mengeluarkan semua isi perutnya.Bi Salma yang hendak memanggil Aldo, mendengar cucu majikannya itu sedang muntah-muntah."Den, Aden..." panggil Bi Salma seraya mengetuk pintu."Huek,
"Den, sebaiknya jaga kesehatan. Bibi sedih kalau Aden sakit begini," ucap Bi Salma cemas yang duduk di sebelah Aldo."Aku kecewa dengan keputusan kakek, Bi!" Tutur Aldo dengan gurat kesedihan di wajahnya."Mau gimana lagi Den. Toh mungkin itu pilihan kakek yang terbaik untuk Aden," ujar Bi Salma.Aldo pun menghabiskan makanannya, lalu bi Salma membawa piring kotor ke dapur.Aldo kembali duduk di pinggiran jendela, memandangi ke arah luar yang kini sedang musim salju.****Dua minggu sudah Raisa bekerja di sekolah dan sorenya dia mengajar les di rumah pak Arifin.Menjelang pagi, tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan perutnya mual.Saat akan bangun dari tempat tidur, ada rasa tak enak di tenggorokannya. Kemudian Raisa merasakan ada dorongan dari perutnya, yang tiba-tiba ingin di keluarkan."Huek,, huek..." Raisa muntah, namun dengan cepat dia berlari menuju kamar mandi.Faisal panik saat mendengar Raisa muntah-muntah. Segera dia bergegas menuju kamar mandi, lalu memijat tengkuk leher Ra
Raisa sudah berada di sekolah tari, dia akan memulai pelajaran pertamanya."Anak-anak, perkenalkan nama ibu Raisa. Nama lengkapnya adalah Raisa Ekasuci," papar Raisa pada anak muridnya.Dia sangat gugup pada hari pertama bekerja, karena anak yang di ajarkannya adalah anak belasteran luar negeri. Ada anak yang berkulit putih dan hitam serta hidung yang mancung atau rambut bule.Bahasa yang di gunakan saat ini adalah bahasa Indonesia. Untuk selanjutnya Raisa harus fasih berbahasa Inggris.Jam menunjukkan pukul sembilan, waktunya istirahat. Dia harus mengganti kelas mengajarnya. Saat pagi adalah jadwal mengajar anak usia 5-12 tahun, selesai istirahat Raisa harus mengajar anak usia remaja."Kamu Raisa?" tanya salah seorang guru tari yang mengajarkan tarian tradisional."Iya," jawab Raisa."Perkenalkan namaku Niken, panjangnya Niken Widiastuti," sapanya mengenalkan dirinya."Iya Mbak Niken, salam kenal ya," tutur Raisa."Jangan Mbak dong, umurku belum tua. Tapi sepertinya kita seumur. Pan
Waktu menunjukkan pukul lima sore, Aldo langsung menuju lantai 15. Dia mencari keberadaan Raisa, bermaksud ingin mengembalikan ponsel yang tertinggal.CEO muda itu mencari wanita pujaannya ke pantry, dan hanya menemui teman Raisa saja. Aldo tidak pernah tahu nama pegawai kebersihan selain Raisa."Maaf, mau nanya," sapa Aldo pada Lina yang sedang berkemas."Iya, mau nanya apa?" Jawab Lina tanpa memperhatikan Aldo"Raisa dimana, ya?" Tanya Aldo."Oh, kamu yang ngaku-ngaku office boy di lantai 17 ya?" Tanya Lina saat melihat seseorang yang sedang mencari Raisa."Eh, iya." Aldo terkekeh. "Dimana Raisa?" Aldo mengulang pertanyaannya, karena sedari tadi Lina tak menjawabnya."Dia udah berhenti kerja," jawab Lina. "Memangnya kamu ada urusan apa sama Raisa?" Tanya Lina menatap curiga."Bukankah, tadi siang dia kesini?" Tanya Aldo."Oh, tadi siang dia hanya pamit untuk mengundurkan diri," jawab Lina"Oh," jawab Aldo dengan wajah tertekuk"Memangnya kamu ada urusan apa?' tanya Lina sambil mempe
Pagi pun tiba, Raisa berencana untuk melamar pekerjaan sebagai guru tari.Karena kemarin gadis cantik itu, sudah menghubungi nomor penyelenggara yang terdapat di papan pengumuman.Raisa berangkat dengan Faisal, lalu turun di halte busway seperti biasanya.Dari kejauhan terlihat Aldo sedang mengamati Raisa, yang berjalan dengan cepat menuju halte.Dia tahu jadwal Raisa hari ini akan ke kampus lalu ke kantor. Sayangnya mata kuliah Aldo beda jurusan dengan Raisa, maka dia berada di gedung yang berbeda.Lalu Aldo menjalankan mobilnya, setelah melihat Raisa sudah naik busway.****"Selamat ya, kamu di terima. Besok sudah mulai bekerja," kata Melati pemilik sekolah tari."Terima kasih, Mbak. Saya memang ingin sekali mengajar tari pada anak-anak," kata Raisa seraya mengulas senyum."Baiklah, besok kamu harus datang jam delapan tepat. Lalu pulang jam dua belas. Kalau kamu ingin melanjutkan kuliah, nanti bisa ajukan beasiswa," kata Melati seraya menjabat tangan Raisa."Baik, Mbak. Terima kasih