Beranda / Lain / LOVE YOU MBAK SANTRI / LOVE YOU MBAK SANTRI bab 6

Share

LOVE YOU MBAK SANTRI bab 6

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-06 08:42:30

Jam lima sore Kang Rois datang sambil mendorong motornya. Berhenti di depanku.

"Apes wes apes." Stelah menstandarkan motornya, ia berjalan ke arahku dan merobohkan badannya di sampungku.

"Kenapa Kang?” tanyaku heran.

"Itu motornya Kang Usman malah mogok."

Kang Usman juga salah pengurus tapi.

"Kok bisa,” kupandangi motor, di lihat motornya tidak kenapa-napa.

"Gak tau!” jawab Kang Rois ngos-ngosan setelah mendorong motor.

"Mana lagi dorongnya dari perempatan sana, hadeh capek," cerocosnya.

"Kenapa tidak di titipin ke bengkel aja tadi.” 

"Mana ada duit aku Kang-kang?"

"Kan pinjam sama aku bisa.” 

"Emang kamu punya?" tanyanya.

"Belum tahu hahaha.” 

"Edan samean."

"Tadi udah di cek tangki bensinnya?" kudekati motor, dan kugenjot.

"Asthofirrulloh egak.e Kang." seketika Kang Rois bangun dari tidurnya dan menepuk jidatnya sendiri.

"Mana mau nyala kayak gitu, meskipun di bawa bengkel ya gak tetep nyala," kugelengkan kepala.

"Ya gitu, mentang-mentang bukan punyanya lupa mengisi bensin," celetuk seseorang dari arah samping. Ternyata Kang Usman.

"Maaf Kang, tadi bener-bener lupa takut ke sorean di jalan," jawab Kang Rois.

"Mana kunci motor?" Kang Usman berdiri di samping Kang Rois sedangkan tangannya menadah minta kunci tersebut.

"Mau ke mana Kang?” tanya Kang Rois bingung.

"Mau beli bensin sekalian mau beli gorengan," ucap Kang Usman sambil melangkahkan kakinya ke arahku.

Aku yang duduk di atas jok motornya segera turun.

"Aku bantu dorong Kang.” Kang Rois mendekati Kang Usman, sesekali membenarkan kopiahnya.

"Ini,” Kang Rois mengulurkan uang pecahan sepuluh ribu ke Kang Usman.

"Buat apa?” tanyanya bingung.

"Buat beli bensinlah."

"Gak usah, aku masih punya duit. Nanti aja kalau aku tidak punya, Kang Rois yang ngisi,” tolak Kang Rois halus.

"Jangan gitulah, kan kamu tidak pernah tidak punya uang Kang." Mungkin Kang Rois tidak enak hati.

"Udah Gak apa-apa.” 

"Gini aja aku beliin gorengan aja gimana sama kopi," tawarnya.

Aku masih jadi pendengar setia mereka.

"Gitu juga tidak apa-apa,” terima Kang Usman.

"Dari pada kalian dorong motor lebih baik kalian pakek aja motorku,” tawarku.

"Kenapa tidak bilang dari tadi," ucap Kang Rois.

"Gimana mau bilang kalain aja ribut sendiri." 

"Ya, udah mana kuncinya," pinta Kang Rois.

"Ini," kuserahka kunci berbandul ketupat.

"Ya sudah kalian aja yang berangkat." Kang Rois kembali merobohkan badannya.

"Laa  kok malqah aku,” timpalku.

"Aku mau istirahat dulu capek," jawabnya santai. Seperti di pantai.

"Ya udah." Akhirnya aku yang mengalah.

Kasian juga lihat Kang Rois tadi mendorong motor.

*****

Jam sembilan malam aku dan Kang Rois menuju ndalem.

"Assalamualaikum," ucapku.

"Waalaikumsalam," jawab seseorang dari arah samping. Dan yang keluar Gus Fuad.

Tinggi juga putih dan tampan, pesersis almarhum Abah.

"Ayok Kang, masuk." 

Aku dan Kang Rois masuk, duduk di depan Gus Fuad.

"Bu Nyai ada, Gus?" akupun langsung ke intinya.

"Ibu tidak ada Kang." 

"Kemana? jam segini kok gak ada di rumah?" tanya Kang Rois heran.

"Ibu ke rumah Nenek sama Ulin." Suara yang lemah lembut mirip dengan Bu Nyai.

"Ya udah kalau gitu, kami pamit dulu. Karena Ibu gak ada," pamit Kang Rois.

"Disini bentar Kang, temani saya dulu!" pinta Gus Fuad.

"Biar lebih enak, ayok duduk di bawah sana," tunjuk Gus Fuad.

Kami mengikuti ajakan Gus Fuad. Duduk di karpet di samping kiri kursi.

"Ehm Kang Rois buat kopi sana," titah Gus Fuad.

"Monggo Kang rokoknya," tawar Gus fuad.

Kami para santri sudah biasa di suruh ini itu, bukan berati ustaznya tidak menghargai santri. Agar para santri takdim terhadap Pendiri pesantren dan agar ilmunya barokkah.

Tidak berapa lama Kang Rois datang dengan membawa dua kopi susu. Santri juga terbiasa satu tempat di bagi beberapa santri (joinan).

"Monggo Gus kopinya," Kang Rois meletakkan nampan berbentuk segi panjang yang berisi kopi.

"Iya Kang Makasih ya," ucap Gus Fuad.

"Iya Gus, sama." 

"Ini Kang, rokoknya," tawar Gus Fuad pada Kang Rois.

Dari raut wajah Gus fuad ada rasa sedih juga gelisah.

"Ada apa to Gus?" kuberanikan diri untuk bertanya.

"Hemmm... anu Kang, kami bertiga di suruh pergi dari rumah ini," jawabnya lesu.

"Apaaa....?" Aku dan Kang Rois kaget.

"Iya... Kang." 

"Siapa Gus yang menyuruh," tanyaku penasaran.

"Suatu hari nanti kalian akan tahu kok," timpal Gus Fuad santai.

"Alasannya kenapa Gus?" tanyaku.

"Karena tanah ini milik Abah, jadi saudar-saudaranya ingin menguasainnya."

"Kan masih ada kamu sama Gus Ulin, Gus?" 

"Maka dari itu Kang, kok tega sekali mereka."

"Terus sekarang gimana ke putusannya?" tanya Kang Rois.

"Belum tau aku Kang," jawab Gus Ulin pasrah.

Tidak terasa sudah malam. Karena sudah kantuk kami pamit balik ke pesantren.

*****

Kurebahkan punggung ke kasur lantai yang sudah pudar warnanya. Kucoba pejamkan mata tiba-tiba bayangan Mbak santri muncul di otak. 

"Kenapa malah dia yang muncul?" gumamku lirih.

Tiba-tiba aku terbayang ke jadian kemarin, di saat dia berduaan dengan Kang Abdul. Saat mengingat itu ada rasa sakit di hati.

"Ah penyakit hati juga pikiran, dari pada aku sakit hati lebih baik aku mengaji aja," batinku.

Setelah mengambil air wudu, kubuka tulisan yang bertulis arab dan kubaca. Ada ketenangan di hati juga pikiran saat membaca al-qur'an.

Hampir tiga puluh menit aku mengaji, rasa katuk yang melanda tidak bisa di tunda lagi. Kututup al-qur'an dan memilih untuk tidur.

*****

"Ayok Kang," ajakku ke Kang Rois.

"Ke mana?" ia mengernyitkan dahinya, mungkin dia bingung.

"Nemuin Ibu? kan semalem belum jumpa." 

"Oh ya." 

Aku yang duduk di ambang pintu sambil menikmati lintingan rokok.

"Sekarang apa nanti?" tanyaku lagi.

"Besok aja kalau sudah kumpul semua aja," usulnya.

"Gitu juga tidak apa-apa." 

"Ngopi dulu aja Kang, dari tadi aku belum ngopi," ucapnya.

"Ya udah ayok ngopi," ajakku.

Kami langsung berjalan ke menuju dapur pesantren.

Cetek... Cetek...

"Punya kopi apa Kang?" tanyaku setelah menyalakan kompor.

"Kopi hitam, he he." 

Aku lihat Kang Rois sibuk dengan benda pipihnya, senyum-senyum sensiri.

"Kang...." 

Tidak ada jawaban...

"Kang...." Panggilku sedikit teriak.

Juga tidak dengar dia.

"Kang...." kutepuk belakang bahunya.

"Ehh... iya Kang ada apa?" jawab Kang Rois gelagapan.

"Hemm... Chat sama siapa sih, di panggil kok gak dengar," ejekku.

"Ah tidak," Kang Rois memasukkan ponselnya ke dalam jaket.

"Alah jangan bohong," kusipitkan mataku menyelidik.

"Tidak kok, kemarin ada orang minta nomorku, katanya agar mudah aja kalau ingin bayar listrik gitu." 

Entah di jujur atau bohong aku tidak tahu.

Kini dia membuka bungkus kopi dan menuangkan ke dalam gelas.

"Cewek apa cowok?" tanyaku penasaran.

"Ada deh."

"Pasti cewek?" tebakku.

"Itu Kang airnya sudah mendidih." 

"Iya.”

Entah mengalihkan pembicaraan atau apa. Ah antahlah.

Setelah selesai kami bawa kopi tersebut ke dalam kamar. Menikmati kopi juga beberapa rokok yang tinggal tiga batang. Ah nikmatnya.

"Assalamualaikum" 

Ucap seseorang dari depan pintu.

"Waalaikumsalam," jawab kami kompak.

Gus Ulin masuk.

"Kapan Gus datangnya?" tanyaku.

"Datang dari mana?" tanyanya bingung.

"Dari rumah si Mbah"? timpal Kang Rois.

"Oh itu, tadi malam langsung pulang kok, tidak menginap" jelasnya.

"Terus pulang jam berapa, tadi malam kami mengobrol sama Gus Fuad sampek jam setengah sepuluh kalau gak salah," tuturku.

"Kalian kembali ke kamar, aku datang. Aku lihat kok kalian masuk kamar." 

"Monggo Gus kopi," tawarku.

"Iya."

"Kok aku tidak mendengar suara motornya?" tanya Kang Rois.

"Oh itu karena bensinnya habis haha." 

"Oh gitu."

Kami mengobrol sampai azan magrib berkumandang, Gus Ulin pamit pulang sedangkan aku mengambil air wudu bersama Kang Rois.

Bab terkait

  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI bab 7

    Akhir-akhir ini aku dan Kang Rois di sibukkan dengan pekerjaan baru, meskipun lelah tidak apa, asal pesantren mendapatkan keringanan meski, itu listrik tapi sangat membantu kami para santri."Kang aku pinjam motormu." Entah sejak kapan ia berdiri di depan pintu kamar."Mau kemana Kang?" kuserahkan kunci motor ke padanya."Ada deh, aku pinjam dulu ya!" ucapnya sambil berlalu.Sejak jadi penarik listrik Kang Rois orangnya sibuk."Assalmualaikum." Suara seseorang dari aula.Suaranya sangat familiar tapi siapa ya."Waalaikumsalam", jawabku. Tapi aku malas beranjak dari tempat dudukku."Waahhh rajinnya," ucapnya.Seketika aku mendongakkan kepala."Ehh Kamu, sama siapa kesini?" ternyata Udin."Sendiri aja, aku mau ngobrol serius sama kamu," kini dia duduk di samping kananku.Kut

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-07
  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI 8

    Saat mata ini ingin terpejam, terdengar suara langkah kaki yang menaiki tangga.Saat kulihat ternyata Kang Abdul, duduk di samping Udin tanpa permisi Kang Abdul menyeruput kopi Udin."Apa aku tanya aja, dari pada aku suudzon sama dia."Kubuka songkok yang tadi kubuat menutup muka, dan mengubah posisiku menjadi duduk bersila."Kang Abdul!""Hemm...."Dia menyalakan sebatang rokok kretek, ada kata pepatah setelah makan tidak merokok bagaikan beol tanpa cebok."Sudah berapa tahun menikah?"Mendengar perkataanku, Kang Abdul tersedak asap rokoknya. Sedangkan Udin malah mengrenyitkan dahinya. Merasa bingung dengan pertanyaanku. Mungkin."Menikah?! kamu dengar dari siapa?!" ucap Kang Abdul bingung."Iya, tadi santri perempuan yang makan bareng sama kamu itu, istrimu kan Kang?" tanyaku santai."Hahahahah hahaha hahaha...."Tiba-tiba Udin dan Kang Abdul tertawa terbahak-bahak, sampai aku bingung dan men

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-15
  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI bab 9

    Sebulan alu tidak memikirkan mbak santri, karena aku pikir dia istrinya Kag Abdul ternyata salah.Seketika kesunggingkan senyum yang lebar. Indah orang jatuh cinta tapi kalau sudah kecewa ah jangan di tanya seperti apa sakitnya."Kenepa Kang senyum-senyum sendiri?" tanya Kang Rois."Ah egak kok Kang." Kang Rois membawa kresek hitam mebuat aku penasaran."Apa itu Kang?" tanyaku.Setelah di buka ternyata gorengan."Monggo Kang di makan!" tawarnya."Baru kiriman ya Kang?" tanyaku."Hehe iya." "Tiga bulan macet baru sekarang orang tua punya rejeki." Aku hanya oh ria saja, yang penting makan.*****Sudah dua minggu aku tidak mendengar kabar dari orang yang minta tolong padaku tempo lalu.Triing..Tiba-tiba poselku berbunyi dengan cepat aku buka pesan tersebut. Dari nomor yangbtidk di kenal.[Kang nanti bisa kesini] isi pesan tersebut.Triiing... Ada pesan masuk lagi.[Ini saya orang yang minta tolong sama kamu waktu lalu]Dengan cepat aku balas pesan singkat tersebut.[Insya Alloh] cent

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI bab 10

    "Itu dia yang pakek jilbab...""Kang Udin?" teriak Kang Abdul dari bawah."Sebentar ya Kang," ucap udi sambil berlalu."Aaahhhh ada aja halangannya, padahal udah antusias mendengarkannya ujung-ujungnya gatot." rasanya aku ingin makan orang.Aku sangat kesal gimana tidak, ingin tahu seperti apa dia eh ada aja halangannya.Karena di tinggal sendiri, kuputuskan membeli kopi di kantin pesantren siapa tau bisa ketemu dia.Saat aku melewati asrama putra yang ada di sebelah utara. Samar-samar mendengarkan obrolan santri."Tadi aku jumpa dia?""Dimana?" jawab mereka bersamaan. Dengan antusiasnya."Tadi pas aku ke kantin, cantiknya. Tidak salah kalau di jadikan primadona pesantren udah cantik hafalan pula.""Apa lagi Abangnya sebagai tangan kanan Mbah Yai," imbuhnya.Aku yang lewat cuek aja toh juga tidak kenal juga sama primadona pesantren ini."Kopi Mbak satu," pesanku pada penunggu kantin pesantren. Dia adalah alumni sini dan sudah menikah.Setelah menikah dia menetap di sini dan membuka ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30
  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI bab 11

    Hari-hari yang sangat melelahkan belakangan ini, ku rebahkan badanku ke kramik. Sekilas bayangan Mbak santri melintas di benakku.Melambaikan tangan dan tersenyum. Cantiknya.Drrttt drrttt"Siapa sih ganggu orang?" grutuku.Segara ku ambil posel yang ada di sampingku.[Kang, buruan kemari]Ternyata dari Bapak yang kemarin minta tolong."Ngapain aku di auruh kesana?! apa anaknya kumat lagi ya?!" batinku.Aku begegas mencari Kang Rois tapi tidak ada, di sungai pun juga tidak hampir satu jam aku mencarinya tapi tak kunjung temu.[Kok lama banget Kang] satu pesan masuk lagi.[Tunggu sebentar] balasku.Karena sudah di tunhgu jadi aku berangkat sendiri. Kurang lebih tiga puluh menit, aku sampai di sana."Assalamualaikum," ucapku sedikit keras.Kuamati rumahnya sepi, juga tidak ada suara orang yang mengamuk. Aku sedikit bingung.Saat aku bingung keluarlah seorang wanita cantik menggunaka drees warna biru dan jilbab yang senada dengan bajunya."Waalaikumsalam," ucapnya malu-malu.Ada perasaan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI bab 12

    "Ya bisa lah kenapa gak?" kuelus bahunya. Kutenangkan dia."Makasih ya Kang, ntar aku tanya sama orang tuaku, semoga saja di bolehin," ucapnya semangat.Kehumbuskan nafas pelan.*****"Kang ayok berangkat."Setelah kopiku habis aku melangkah ke kamar Kang Rois."Aduh Kang, aku libur dulu ya, aku lagi masuk angin."Mendengar Kang rois sakit, aku masuk ke dalam dan mengecek badanya. Kutempelkan punggung tanganku ke keningnya. Panas."Sejak kapan Kang?""Tadi pagi."Ia bungkus badan kecilnya dengan sarung."Kamu ajak dulu Kang Usman." Usulnya"Baik kalau begitu. Kamu mau menitip apa Kang, biar sekalian aku beliin," tawarku padanya."Obat penurun demam saja Kang.""Ehm bodrex*n ya.""Emang aku anak kecil," ujarnya."Hahaha.""Ah sudah sana pergi!" Usrinya."Ya ya ya."Aku keluar dari kamar Kang rois langsung menuju ke kamar Kang Usman.Letak kamar kang usman, sebelah kiri kamar kang rois selang satu kamar."Assalamualaikum." Aku berdiri di depan pintu."Waalaikumsalam," jawabnya.Tidak be

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-22
  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI bab 1

    Jam tiga sore, aku berangkat menuju ke pesantren di mana Udin, menyelesaikan hapalan Al-Qur'an-nya. Kukendarai motor kesayanganku, menembus ramainya jalan, banyak orang mencari sesuatu untuk menikmati indahnya sore hari.***Setelah memarkirkan motor yang sudah kupastikan tidak roboh. Aku langsung menaiki tangga di mana kamar Udin berada. Sebelum masuk kurapikan pakaianku, juga rambut panjangku sepunggung, tidak lupa songkok yang sudah pudar warnanya dari hitam menjadi coklat, Jaket juga sarung tidak lupa kurapikan. Kamar Udin terletak di atas mushola, khusus anak tahfidz yang berada di sini, jadi sedikit melelahkan."Assalamualaikum," ucapku di ambang pintu kamar.Krieeetttt. Gesekan kayu dengan lantai sehingga menimbulkan suara."Waalaikumsalam," jawab orang tersebut. Keluarlah seorang lelaki santri memakai pakaian yang lusuh, maklum santri putra."Eh, Kang Jono," sapa Kang Abdul. Berkulit hitam tapi manis, wajahnya yang ke arab-arab

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI bab 2

    Setelah melewati pasar sore, kini aku ke pikiran lagi kepada santri wati tadi, yang dipanggil Udin dengan sebutan 'Dek'. Siapa dia? Wajahnya yang cantik juga manis seakan-akan menari-nari di otakku."Ah penyakit pikiran sudah datang."Apakah aku sedang jatuh cinta. Karena aku sudah lama tidak merasakan yang namanya jatuh cinta? Yang terbayang adalah alis tebal, lesung pipitnya dan juga belahan yang ada di dagunya. Ah bikin hati ini meleleh kayak lilin."Oh mbak santri, siapa namamu. Love You mbak santri." Kini aku dimabuk cinta. Karena memikirkan mbak santri tadi, sampai-sampai aku keterusan."Lah kenapa aku sampai di kelurahan," gerutuku. Setelah kupastikan aman, tidak ada kendaraan yang lewat aku langsung memutar motorku balik arah."Aahhh ini gara-gara mbak santri tadi, sampi kelewat jauh aku," gumamku. Sampai di pondok adzan magrib berkumandang, kustandarkan motor di depan kamarku.***Selesai salat isya', kubunyikan k

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03

Bab terbaru

  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI bab 12

    "Ya bisa lah kenapa gak?" kuelus bahunya. Kutenangkan dia."Makasih ya Kang, ntar aku tanya sama orang tuaku, semoga saja di bolehin," ucapnya semangat.Kehumbuskan nafas pelan.*****"Kang ayok berangkat."Setelah kopiku habis aku melangkah ke kamar Kang Rois."Aduh Kang, aku libur dulu ya, aku lagi masuk angin."Mendengar Kang rois sakit, aku masuk ke dalam dan mengecek badanya. Kutempelkan punggung tanganku ke keningnya. Panas."Sejak kapan Kang?""Tadi pagi."Ia bungkus badan kecilnya dengan sarung."Kamu ajak dulu Kang Usman." Usulnya"Baik kalau begitu. Kamu mau menitip apa Kang, biar sekalian aku beliin," tawarku padanya."Obat penurun demam saja Kang.""Ehm bodrex*n ya.""Emang aku anak kecil," ujarnya."Hahaha.""Ah sudah sana pergi!" Usrinya."Ya ya ya."Aku keluar dari kamar Kang rois langsung menuju ke kamar Kang Usman.Letak kamar kang usman, sebelah kiri kamar kang rois selang satu kamar."Assalamualaikum." Aku berdiri di depan pintu."Waalaikumsalam," jawabnya.Tidak be

  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI bab 11

    Hari-hari yang sangat melelahkan belakangan ini, ku rebahkan badanku ke kramik. Sekilas bayangan Mbak santri melintas di benakku.Melambaikan tangan dan tersenyum. Cantiknya.Drrttt drrttt"Siapa sih ganggu orang?" grutuku.Segara ku ambil posel yang ada di sampingku.[Kang, buruan kemari]Ternyata dari Bapak yang kemarin minta tolong."Ngapain aku di auruh kesana?! apa anaknya kumat lagi ya?!" batinku.Aku begegas mencari Kang Rois tapi tidak ada, di sungai pun juga tidak hampir satu jam aku mencarinya tapi tak kunjung temu.[Kok lama banget Kang] satu pesan masuk lagi.[Tunggu sebentar] balasku.Karena sudah di tunhgu jadi aku berangkat sendiri. Kurang lebih tiga puluh menit, aku sampai di sana."Assalamualaikum," ucapku sedikit keras.Kuamati rumahnya sepi, juga tidak ada suara orang yang mengamuk. Aku sedikit bingung.Saat aku bingung keluarlah seorang wanita cantik menggunaka drees warna biru dan jilbab yang senada dengan bajunya."Waalaikumsalam," ucapnya malu-malu.Ada perasaan

  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI bab 10

    "Itu dia yang pakek jilbab...""Kang Udin?" teriak Kang Abdul dari bawah."Sebentar ya Kang," ucap udi sambil berlalu."Aaahhhh ada aja halangannya, padahal udah antusias mendengarkannya ujung-ujungnya gatot." rasanya aku ingin makan orang.Aku sangat kesal gimana tidak, ingin tahu seperti apa dia eh ada aja halangannya.Karena di tinggal sendiri, kuputuskan membeli kopi di kantin pesantren siapa tau bisa ketemu dia.Saat aku melewati asrama putra yang ada di sebelah utara. Samar-samar mendengarkan obrolan santri."Tadi aku jumpa dia?""Dimana?" jawab mereka bersamaan. Dengan antusiasnya."Tadi pas aku ke kantin, cantiknya. Tidak salah kalau di jadikan primadona pesantren udah cantik hafalan pula.""Apa lagi Abangnya sebagai tangan kanan Mbah Yai," imbuhnya.Aku yang lewat cuek aja toh juga tidak kenal juga sama primadona pesantren ini."Kopi Mbak satu," pesanku pada penunggu kantin pesantren. Dia adalah alumni sini dan sudah menikah.Setelah menikah dia menetap di sini dan membuka ka

  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI bab 9

    Sebulan alu tidak memikirkan mbak santri, karena aku pikir dia istrinya Kag Abdul ternyata salah.Seketika kesunggingkan senyum yang lebar. Indah orang jatuh cinta tapi kalau sudah kecewa ah jangan di tanya seperti apa sakitnya."Kenepa Kang senyum-senyum sendiri?" tanya Kang Rois."Ah egak kok Kang." Kang Rois membawa kresek hitam mebuat aku penasaran."Apa itu Kang?" tanyaku.Setelah di buka ternyata gorengan."Monggo Kang di makan!" tawarnya."Baru kiriman ya Kang?" tanyaku."Hehe iya." "Tiga bulan macet baru sekarang orang tua punya rejeki." Aku hanya oh ria saja, yang penting makan.*****Sudah dua minggu aku tidak mendengar kabar dari orang yang minta tolong padaku tempo lalu.Triing..Tiba-tiba poselku berbunyi dengan cepat aku buka pesan tersebut. Dari nomor yangbtidk di kenal.[Kang nanti bisa kesini] isi pesan tersebut.Triiing... Ada pesan masuk lagi.[Ini saya orang yang minta tolong sama kamu waktu lalu]Dengan cepat aku balas pesan singkat tersebut.[Insya Alloh] cent

  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI 8

    Saat mata ini ingin terpejam, terdengar suara langkah kaki yang menaiki tangga.Saat kulihat ternyata Kang Abdul, duduk di samping Udin tanpa permisi Kang Abdul menyeruput kopi Udin."Apa aku tanya aja, dari pada aku suudzon sama dia."Kubuka songkok yang tadi kubuat menutup muka, dan mengubah posisiku menjadi duduk bersila."Kang Abdul!""Hemm...."Dia menyalakan sebatang rokok kretek, ada kata pepatah setelah makan tidak merokok bagaikan beol tanpa cebok."Sudah berapa tahun menikah?"Mendengar perkataanku, Kang Abdul tersedak asap rokoknya. Sedangkan Udin malah mengrenyitkan dahinya. Merasa bingung dengan pertanyaanku. Mungkin."Menikah?! kamu dengar dari siapa?!" ucap Kang Abdul bingung."Iya, tadi santri perempuan yang makan bareng sama kamu itu, istrimu kan Kang?" tanyaku santai."Hahahahah hahaha hahaha...."Tiba-tiba Udin dan Kang Abdul tertawa terbahak-bahak, sampai aku bingung dan men

  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI bab 7

    Akhir-akhir ini aku dan Kang Rois di sibukkan dengan pekerjaan baru, meskipun lelah tidak apa, asal pesantren mendapatkan keringanan meski, itu listrik tapi sangat membantu kami para santri."Kang aku pinjam motormu." Entah sejak kapan ia berdiri di depan pintu kamar."Mau kemana Kang?" kuserahkan kunci motor ke padanya."Ada deh, aku pinjam dulu ya!" ucapnya sambil berlalu.Sejak jadi penarik listrik Kang Rois orangnya sibuk."Assalmualaikum." Suara seseorang dari aula.Suaranya sangat familiar tapi siapa ya."Waalaikumsalam", jawabku. Tapi aku malas beranjak dari tempat dudukku."Waahhh rajinnya," ucapnya.Seketika aku mendongakkan kepala."Ehh Kamu, sama siapa kesini?" ternyata Udin."Sendiri aja, aku mau ngobrol serius sama kamu," kini dia duduk di samping kananku.Kut

  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI bab 6

    Jam lima sore Kang Rois datang sambil mendorong motornya. Berhenti di depanku. "Apes wes apes." Stelah menstandarkan motornya, ia berjalan ke arahku dan merobohkan badannya di sampungku. "Kenapa Kang?” tanyaku heran. "Itu motornya Kang Usman malah mogok." Kang Usman juga salah pengurus tapi. "Kok bisa,” kupandangi motor, di lihat motornya tidak kenapa-napa. "Gak tau!” jawab Kang Rois ngos-ngosan setelah mendorong motor. "Mana lagi dorongnya dari perempatan sana, hadeh capek," cerocosnya. "Kenapa tidak di titipin ke bengkel aja tadi.” "Mana ada duit aku Kang-kang?" "Kan pinjam sama aku bisa.” "Emang kamu punya?" tanyanya. "Belum tahu hahaha.” "Edan samean." "Tadi udah di cek tangki bensinnya?" kudekati motor, dan kugenjot. "Asthofirrulloh egak.e Kang." seketika Kang Rois bangun dari tidurnya dan menepuk jidatnya sendiri. "Man

  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI bab 5

    "Assalamualaikum," ucap Kang Rois di depan pintu Bu Nyai."Waalaikumsalam," ucap seseorang dari arah dalam.Seorang perempuan hampir berkepala lima keluar dari kamar masih menggunakan mukena pajang. Sedikit gemuk tapi cantik."Ayo Kang silakan masuk," titah Bu nyai."Inggih."Bu nyai duduk di atas sofa sedangkan kami duduk di atas karpet. Ya itulah salah satu cara santri menghormati gurunya. Seorang santri berjajar dengan Guru merasa tidak pantas dan suul adabnya kurang."Jangan duduk di bawah dingin," ucap beliau.Kami menurut dengan ucapan Bu Nyai dari bawah kini kami duduk di sofa. Berhadapan dengan Bu Nyai. Hanya meja kecil yang menjadi pembatas kami."Kok baru datang jam segini Kang?"Kami memang sengaja datang setelah Shalat isya, agar bisa mengobrol dengan nyaman dan sedikit lama."Iya Bu, tadi saya mencari Kang Rois tidak ketemu-temu," jawabku dengan kepala menunduk."Lho emang tadi ke mana?"

  • LOVE YOU MBAK SANTRI   LOVE YOU MBAK SANTRI bab 4

    Semua santri berbondong-bondong menuju rumah Pak Kyai. Di sana sudah banyak santri wati. Kudekati Gus Ulin. Sebagian dari santri masih kasak kusuk apa yang terjadi. Begitu kerasnya Bu nyai menangis, sehingga menimbulkan tanda tanya. Tidak ada yang berani masuk meski santri putri."Ada apa Gus?" Ada kegelisahan yang terpancar dari wajahnya. Tiba-tiba dia memelukku."Abah, Kang abah," ucapnya terbata-bata."Kenapa Abah?" Kini aku mulai gelisah."Abah wafat." Seketika tangisnya pecah di pelukanku."Innililahiwainnailahirojiun.” Kuelus punggungnya."Yang sabar, Gus." Kulepas pelukannya dan kuarahkan dia duduk di kursi."Minum dulu, Gus." Kusodorkan air putih.Tidak lama keluarlah Gus Fuad dari dalam kamar, memerintah beberapa santri putra untuk menyiapkan segalanya. Juga pengurus tidak lupa mengumumkan perihal wafatnya pak kyai, aku sendiri tidak percaya abah meninggalkan kita semua, umur yang belum terlalu sepuh yaitu empat

DMCA.com Protection Status