Share

PRIA TANPA IDENTITAS

***

Rumah sakit Miranti

Pukul 09.00 WIB

Bina dan paman Jo menunggu dengan cemas di depan ruang Unit Gawat Darurat. Mereka tiba di rumah sakit tiga puluh menit yang lalu dan langsung menuju ruangan itu. Jonathan melihat  keponakannya yang cemas, namun masih berusaha untuk bersikap tenang. Pria itu lantas meraih tangan Bina dan menggenggamnya. Berusaha mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja melalui tatapan matanya. Bina mengangguk lemah seolah mengerti maksud dari tatapan paman Jo.

Tidak lama kemudian, seorang dokter perempuan keluar dari dalam ruang UGD diikuti beberapa perawat di belakangnya.

"Segera siapkan semua yang aku sebutkan barusan, mengerti?" ucap dokter itu dan dijawab anggukan patuh dari kelima perawat di belakangnya.

"Jadi, bisa ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?" Dokter perempuan itu bertanya ketika kelima perawat tadi meninggalkan mereka bertiga.

"Kami menemukannya pagi ini di depan rumah kami, dokter Jesselyn," jawab Bina.

Dokter perempuan di depannya mengerutkan dahi dan mengalihkan pandangannya ke arah Jonathan. Pria yang ditatapnya hanya bisa mengusap tengkuknya yang tidak terasa gatal. 

"Hmm, sepertinya aku harus bicara berdua dengan Jonathan. Kamu bisa menunggu sebentar, kan, Bina?" tanya dokter Jesselyn kepada wanita muda di depannya.

Bina mengangguk.

"Paman akan segera kembali," ucap Jonathan sebelum akhirnya berlari menyusul dokter Jesselyn.

***

Jonathan mengekor di belakang dokter Jesselyn sampai mereka berdua memasuki ruangan dokter muda itu. Jesselyn berbalik dan menatap pria di depannya dengan penuh tanda tanya. Sedangkan Jonathan balas menatap tanpa rasa bersalah.

"Apa?" Pria itu menaikkan alis kirinya.

"Damn, Jo! Bisakah kau buang sikap teka-tekimu?! Ceritakan padaku yang sebenarnya!" Jesselyn akhirnya tidak bisa lebih bersabar lagi pada temannya yang satu ini.

Jonathan menarik sudut-sudut bibirnya. Memamerkan deretan giginya dengan tampang bodoh yang dibuat-buat.

"Wow! Aku kira kau sudah berubah menjadi seorang dokter yang penuh sopan santun, Je."

"Jangan coba-coba menguji kesabaranku, pak tua!" Jesselyn menatap Jonathan dengan tatapan death glare miliknya.

"Hahaha, baiklah. Aku menyerah. Aku akan ceritakan padamu, Je."

Tatapan Jonathan berubah menjadi serius hanya dalam hitungan detik. Pria itu lantas berjalan ke arah jendela. Menatap pemandangan taman di luar rumah sakit.

"Seperti yang Bina katakan, kami menemukannya pagi ini di depan rumah. Dengan keadaan yang sama seperti saat kami membawanya kesini. Tanpa kartu identitas dan informasi apapun," cerita Jonathan.

Jesselyn menghela napasnya. Kepalanya terasa pening untuk sesaat. Wanita keturunan Korea-China itu bersandar pada rak buku di belakangnya. Ia mencoba mencerna cerita Jonathan.

"Kita harus menjauhkannya dari Bina," ucap Jesselyn.

Jonathan berbalik,"Kita masih belum tahu dia berbahaya atau tidak, Je," jawab Jonathan tegas.

"Tapi kemunculannya saja sudah membuat Bina teringat masa lalunya, Jonathan! Apa kau tidak bisa melihat kalau anak itu gemetaran sejak tadi?" Jesselyn tetap pada pendiriannya.

"Aku akan mencari informasi tentangnya -tubuh yang mereka temukan- lebih banyak lagi, Je. Aku yang akan bertanggung jawab atas semua yang terjadi pada Bina," ucap lelaki itu sambil menatap Jesselyn dengan mata elangnya.

Sedangkan dokter muda itu hanya bisa menghela napas pasrah mendengar keputusan sahabatnya.

*Bersambung*

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status