Bina pov
Keesokan paginya, aku mulai bekerja keras untuk persiapan acara fashion week. Aku berangkat bekerja pagi-pagi sekali. Mulai menjahit dan merapikan desain-desain yang kemarin belum terselesaikan, karena aku yang kabur di tengah-tengah jam kerja. Ya, tentu saja Rini tidak akan mau melanjutkan pekerjaanku. Ia selalu merasa tidak memiliki bakat sepertiku.
“Pagi nona Bina.”
Memasuki jam 08.00, karyawan butik mulai berdatangan satu persatu dan menyapaku yang masih terlihat sibuk di ruang jahit yang berada di lantai dua bangunan ini. Aku terus disibukkan dengan desain pakaian yang aku buat sendiri dibantu dengan ke-lima penjahit butik.
Pukul 12.00 WIB
Aku memberi izin kepada yang lainnya untuk beristirahat, sedangkan aku masih sibuk menjahit manik-manik berbentuk lonjong berwarna ke-emasan pada sebuah gaun berwarna hijau tosca. Gaun ini adalah desain utama yang aku buat dan aku memutuskan untuk menanganinya seorang diri. Tidak s
Still Bina pov Kami berangkat dari bandara Soekarno-Hatta tepat pukul 19.30 WIB. Pesawat take off dengan lancar dan tanpa mengalami kendala apapun. Aku memakai penutup mata yang sengaja aku bawa agar langsung tertidur begitu pesawat take off. Sebenarnya, ini adalah salah satu siasat agar Rini tidak mengajukan pertanyaan yang aneh-aneh seputar Awan kepada-ku. Aku membuka mata ketika seseorang mengguncangkan bahu-ku entah untuk yang ke berapa kalinya. Aku langsung melepas penutup mataku dan melihat salah seorang karyawan toko berdiri di sampingku. Aku menatapnya dengan polos, karena nyawa-ku belum sepenuhnya terkumpul setelah dibangunkan secara tiba-tiba. CTAKK CTAKK Seseorang menjentikkan jarinya sebanyak dua kali di depan wajahku untuk menyadarkan aku yang masih duduk terpaku menatap karyawan yang membangunkan aku barusan. “Ya ampun, Bina! Ayo, bangun! Pesawat udah mendarat lima menit yang lalu, tau!” Omel Rini. “Hah?
Keesok-an paginyaPukul 06.30 pagiTokyo, JepangBina terlihat sudah mengenakan pakaian rapi. Sebuah t-shirt polos berwarna putih yang dipadukan dengan outer jacket jeans dan flare jeans sebagai bawahan. Tampilan trendi yang ala-ala girl crush dengan make up yang terlihat tetap natural.. Rambutnya sendiri ia tata dengan gaya cepol dan sneakers putih yang sudah terpasang di kaki manisnya.Setelah merapikan sedikit tampilannya di depan cermin, Bina menyambar mini backpack-nya yang berwarna putih dari atas tempat tidur dan berjalan keluar kamar hotel. Wanita itu masuk ke dalam lift dan menekan tombol di sana menuju ke lantai dasar sambil bersenandung kecil.Istirahat seharian kemarin ternyata berhasil memulihkan tubuhnya dari rasa lelah.Bina berjalan keluar, begitu pintu lift terbuka. Ia berjalan menuju ke meja resepsionis dan terlihat mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, seolah sedang mencari sesuatu di sana. Seorang wanita yang
Tokyo SkytreeTokyo Fashion WeekPukul 18.00Malam ini, gedung itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Kebanyakan pengunjung biasa gedung itu sibuk berbelanja, melihat aquarium raksasa atau menikmati pemandangan kota Tokyo sembari menyantap makan malam dari atas ketinggian. Tapi berbeda dengan apa yang terjadi di lantai 50.Lantai itu memiliki sebuah aula yang khusus dirancang megah untuk acara-acara penting. Contohnya, seperti untuk acara Tokyo fashion week yang sedang berlangsung saat ini.Keadaan di dalam aula itu terlihat cukup ramai. Para penonton terlihat memadati tempat duduk yang sengaja di letakkan di sisi kanan dan kiri catwalk yang berbentuk huruf T. Sekitar 25 orang pria berbadan kekar dengan setelan jas hitam terlihat berjaga-jaga di dalam dan luar aula.Sedangkan para penonton yang masih belum berada di dalam aula terlihat sedang melewati beberapa pemeriksaan dari pihak panitia acara. Siapapun yang melihat hal ini akan tahu, ka
Pukul 10.00Moonlight hotel, TokyoBina terbangun dengan kepalanya yang sedikit kesakitan. Bagaimana tidak, setelah acara fashion week selesai mereka langsung mengikuti pesta perayaan yang diadakan oleh panitia dan baru selesai pukul 3 dini hari. Padahal tadinya ia berencana untuk langsung pulang ke hotel dan beristirahat, tapi Rini terus-terusan memaksa-nya untuk ikut.Bagaimana dengan Yurina?Ah beruntungnya, Rini masih mengingat jam malam anak SMA dan menyuruh sopirnya untuk mengantar Yurina pulang tepat pukul 9 malam.Bina turun dari tempat tidur dengan rasa malas. Seluruh tubuhnya baru terasa sakit sekarang setelah bekerja keras selama satu minggu penuh mempersiapkan acara dadakan yang diajukan bos tercintanya ini.Bina menyikat gigi-nya sambil menatap pantulan diri pada cermin di depan-nya. Dirinya terlihat cukup kacau! Bina bertekad untuk berkencan dengan kasur-nya seharian ini. Menikmati snack yang dibelinya sejak kemarin, tapi tidak
The university of Tokyo Hospital Pukul 08.00 Suasana pagi di rumah sakit terlihat cukup tenang. Beberapa perawat dari shift malam mulai bergantian dengan perawat dari shift pagi yang satu persatu mulai berdatangan. Kamar-kamar pasien terlihat hanya diisi oleh anggota keluarga yang bertugas untuk menjaga anggota keluarga mereka yang harus dirawat di sana. Salah satu kamar pasien bertuliskan nomor 706 di depan pintunya terlihat sepi. Hanya ada pasien di ruangan itu. Air purifier di atas meja baru saja menyemprotkan isinya untuk menjaga agar ruangan tetap higienis, Di samping air purifier, ada sebuah vas kaca berisi bunga krisan berwarna ungu yang menyegarkan mata. Juga, suara tetesan infus menggema di ruangan yang sepi itu. Oh, itu BINA! Wanita itu tengah terbaring tenang di atas ranjang pasien sejak semalam. Selang infus terjulur panjang ke bawah dan menempel di tangan kirinya. Cahaya pagi yang perlahan mulai masuk ke dalam ruangan dar
Bandara Soekarno-HattaPukul 12.30 WIBSuasana bandara terpantau sangat ramai. Maklum saja, bulan Desember adalah musimnya warga Indonesia untuk pergi liburan. Entah untuk menyenangkan anak-anak yang libur sekolah dengan bepergian ke luar kota atau pun sekedar merayakan tahun baru di tempat pilihan. Sekelompok orang terlihat keluardari tempat pengambilan koper dengan lesu.Itu rombongan Bina.Mereka baru saja menginjakkan kaki di tanah air setelah berada di Jepang selama hampir dua minggu. Yah, waktu mereka di Jepang harus diperpanjang untuk memastikan kalau Bina sudah benar-benar sembuh saat kembali ke Indonesia. Setidaknya, itulah salah satu tuntutan Rini kepada designer favoritnya.“Baiklah, semuanya dengarkan!” Rini berdiri di tengah lingkaran yang dibuat oleh karyawan-nya untuk memberikan penggumuman. Semuanya terlihat menurut dan berusaha untuk tidak membuat suara sama sekali.“Sebentar lagi bus
Bina povPukul 14.50 WIBAku berjaan keluar toko dengan santai. Berpura-pura kalau aku tidak menyadari apapun. Aku berjalan sambil bersenandung kecil dan diam-diam melirik ke sisi kiriku, mencari sebuah gang kecil untuk kabur atau bersembunyi. Tapi hasilnya nihil. Baiklah, aku harus memutar otak lebih keras!TING!Sebuah lampu bohlam muncul di atas kepalaku. Aku dapat ide! Aku memutuskan untuk masuk ke sembarang toko yang aku temui. Bau kertas tua langsung tercium, ketika aku memasuki toko itu. Ah, ini toko buku tua. Aku pura-pura memandang sekeliling, seolah sedang mencari buku.Sial! Wanita itu masih saja mengikutiku masuk sampai ke toko buku tua ini! Aku kira wanita stylish sepertinya tidak akan mau masuk ke dalam sini. Baiklah, rencana cadangan dijalankan!Aku berjalan menghampiri pemilik toko yang merupakan seorang kakek tua berbadan kurus kering yang hanya memakai celana pendek dengan kaos tanpa lengan dan kacamata plu
Still Bina povAku berjalan dengan lesu di jalan setapak. Jalanan yang aku lewati terlihat sepi. Ah, sepertinya sekarang sudah larut malam. Aku meminta wanita bernama Evelyn Lee itu mengantarku ke tempat semula kami bertemu yaitu toko buku tua itu. Ia menurunkanku di sana dan aku nekat berjalan kaki dari sana. Terlalu banyak hal yang memenuhi kepalaku sampai aku tidak sadar sudah sampai di depan rumah.Aku melirik jam tanganku dan waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB. Aku tidak menyangka kalau waktu berlalu dengan sangat cepat, ketika aku kembali terjebak pada rasa dendam masa lalu.Aku memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan mendapati keadaan rumah yang kosong. Apa mungkin paman Jo dan Awan masih sibuk di luar? Tapi rasanya tidak mungkin mengingat malam yang sudah larut ini.Tiba-tiba, aku mendengar suara beberapa orang yang mengobrol dari ruang kerja paman Jo. Aku memutuskan untuk turun ke basement dan mendapati tiga manusia terlihat sed