Setelah Axcel melepas panggutannya, mereka langsung berpelukan. Clarissa tidak pernah merasa sebahagia ini, inikah rasanya dicintai sepenuh hati? Mungkin sejak dulu hatinya memang hanya terpatri pada Axcel seorang, sehingga walau banyak lelaki yang jauh lebih baik tapi Clarissa tetap tidak bisa menjatuhkan hatinya.
"Makasih Axcel kamu sudah mau mengajakku ke sini, I love you," ujar Clarissa dalam pelukan suaminya.
"I love you too, my wife... I love you more," bisik Axcel membuat Clarissa tersenyum senang, sungguh Clarissa berharap kalau kebahagiaan ini akan berlangsung selamanya. Dia harap seumur hidupnya Axcel akan selalu setia mendampingi Clarissa apapun yang akan terjadi nanti.
Tapi momen romantis itu harus terganggu dengan kedatangan orang yang sangat tidak diharapkan oleh Axcel. Siapa lagi kalau bukan Yuni yang kegatelan, Axcel langsung mendengus sebal.
"Axcel, Clarissa, kita ketemu lagi!" pekik Yuni heboh.
"Kita boleh
Axcel siang ini harus pergi meeting dengan klien nya, sementara Clarissa sedang sibuk membantu Angel berbelanja. Kemungkinan Angel akan menikah dengan Chris sebentar lagi, kalau dia tidak berubah pikiran."Selamat siang, Pak Axcel," sapa seorang pria paruh baya yang merupakan klien Axcel."Selamat siang Pak Jonny, bisa kita mulai meetingnya?" tanya Axcel“Baik Pak Axcel, mari kita mulai.”Lalu mereka memulai meeting sambil makan siang, meeting berjalan cukup lancar. Hingga akhirnya setelah selesai meeting Axcel ke luar dari restoran. Namun, sayangnya dia bertabrakan dengan seseorang, seorang wanita yang Axcel kenal."Axcel…" lirih seorang wanita yang bertabrakan dengan Axcel."Indira!" pekik Axcel sangat kaget melihat perempuan yang dulu sangat dia cintai, perempuan yang menjadi cinta pertamanya, yang dulu selalu dia cari-cari keberadaanya dan kini wanita itu berdiri didepannya. Sungguh Axcel men
Axcel mengantarkan Indira pulang ke apartemen wanita itu, semakin dipikirkan maka semakin sakit kepala Axcel. Jadi dia memutuskan untuk mencoba tenang, nanti baru dipikirkan lagi jalan keluarnya."Axcel, temenin aku dulu yah, aku masih takut dan sedih," pinta Indira sambil bergelayut manja dilengan Axcel sama seperti saat dulu mereka masih berpacaran. Sehingga Axcel tidak bisa tegas melepaskan pelukan Indira, padahal jelas sekali hal itu salah. Axcel tidak bisa membohongi perasaannya, di hati kecilnya masih ada sedikit perasaan cinta yang dulu sempat dia curahkan sepenuhnya untuk Indira."T-tapi… tapi aku ada urusan Ra," jawab Axcel menolak."Aku mohon…" bujuk Indira dengan wajah mengiba membuat Axcel merasa tidak tega, terlebih dia tau bahwa semalam Axcel sudah menghancurkan masa depan dan kehormatan Indira.Akhirnya Axcel mangalah, saat ini dia diliputi rasa bersalah pada Indira karena telah menghancurkan masa depan wanita itu, bagaimanapu
Axcel pagi ini berhasil pulang ke apartemennya setelah dia akhirnya berhasil membujuk dan meyakinkan Indira dengan susah payah. Setibanya di apartemen, ternyata Clarissa langsung menyambut hangat kepulangan suaminya."Axcel, aku kangen!" pekik Clarissa yang berlari lalu memeluk suaminya dengan erat untuk menuangkan rasa rindu."Cie, baru ditinggal beberapa hari aja udah kangen," goda Axcel pada istrinya, dia senang karena sekarang Clarissa sudah bisa mencintai Axcel sepenuhnya. Bahkan Clarissa sudah tidak gengsi lagi mengucapkan kata rindu."Iya lah aku kangen sama kamu, memangnya kamu gak kangen sama aku? Kamu mah pergi lama tapi gak telpon sama sekali, ditelpon juga malah gak aktif, kan bikin kesel!" cibir Clarissa merasa kesal."Iya maaf yah, Rissa. Aku sibuk banget, soalnya banyak meeting sama investor," ujar Axcel terpaksa berbohong, walau rasanya dia sangat tersiksa karena harus membohongi Clarissa seperti ini. Tapi ini semua dia l
Sudah empat hari Axcel tidak pulang dan tidak ada kabar sama sekali, membuat Clarissa resah. Apalagi kondisinya yang kian lama kian memburuk selama beberapa hari belakangan ini, entah kenapa dia juga merasa sangat merindukan suaminya. Dia ingin Axcel berada disampingnya, menemaninya dan memanjakannya. Sejak dari kemarin malam Diandra menginap di apartemen Clarissa untuk menemani dirinya."Rissa, aku pulang!" ujar Axcel saat baru sampai di apartemen.Wajah Clarissa berubah cerah saat terdengar suara Axcel yang baru saja pulang, dia pun langsung berlari memeluk Axcel dengan erat untuk melepaskan kerinduannya."Axcel, aku kangen banget, jahat banget sih kamu hiks hiks.." Clarissa menangis dipelukan suaminya, entah mengapa air matanya menetes begitu saja saat berada dipelukan Axcel."Maafkan aku Sayang, maaf yah. Udah dong jangan sedih lagi, aku jadi sedih melihatnya." Axcel berusaha menenangkan istrinya yang masih terisak."Suami lo udah balik, jadi g
Clarissa terus menangis didalam pelukan Diandra, rasanya sakit sekali melihat perubahan Axcel. Disaat Clarissa benar-benar membutuhkan sosok suaminya, dia malah selalu sibuk dan ingkar janji."Hiks…, Axcel berubah, Di." Isak tangis Clarissa semakin pecah, lalu tiba-tiba saja Clarissa jatuh pingsan membuat Reno dan Diandra kaget.“Astaga, Clarissa!” pekik Diandra mencoba mengguncangkan tubuh Clarissa supaya wanita itu bangun. Tapi Clarissa tetap tidak sadarkan diri, hal itu membuat Reno dan Diandra merasa sangat cemas.“Ren, gimana ini?” tanya Diandra cemas“Kita bawa dia ke rumah sakit,” ujar Reno dengan sigap membopong tubuh Clarissa untuk di bawa ke mobilnya. Diandra membantu Reno membuka pintu mobil, lalu mereka langsung membawa Clarissa ke rumah sakit terdekat.Sesampainya di rumah sakit, dokter dan perawat langsung sigap memeriksa kondisi Clarissa. Sementara itu Reno dan Diandra sedang harap-har
Hari ini hari adalah hari Minggu. Clarissa, Reno dan Diandra pergi berjalan-jalan di Mall untuk membeli beberapa keperluan mereka sekalian refreshing. Lagi pula sekarang kondisi Clarissa sudah jauh lebih baik dari sebelumnya."Riss, kita beli baju disana yuk!" ajak Diandra antusias."Oke, ayo." Akhirnya mereka pergi ke sebuah butik yang berada di dalam Mall, di sana ada banyak gaun dan baju-baju yang lucu. Diandra yang suka belanja pun berbinar-binar melihat koleksi baru yang memang sedang banyak digunakan dijaman sekarang."Yang ini bagus ,Di!" ujar Clarissa sambil merekomendasikan sebuah baju untuk Diandra.“Wah, iya nih.” Saat akan mengambil baju dari tangan Clarissa, Diandra tidak sengaja melihat Axcel, yang merupakan suami Clarissa berada tak jauh dari mereka, namun sayangnya Axcel tengah bersama dengan seorang perempuan yang sedang memilih baju. Kali ini Diandra yakin kalau itu suami Clarissa, bahkan perempuan di samping lelaki
Clarissa menangis karena tak kuasa menahan rasa sakit di hatinya setelah mendengar penuturan dari Indira. Ini begitu mengejutkan, jadi Axcel menghamili wanita lain? Padahal sekarang Clarissa juga sedang mengandung anaknya. Bagaimana bisa Axcel setega itu? Padahal Clarissa sudah susah payah membuka hatinya lagi setelah disakiti waktu itu. Tapi kini Axcel bahkan menorehkan luka yang jauh lebih menyakitkan dibandingkan dulu."Apa? Lo hamil?" tanya Diandra kaget bukan main"Iya, bahkan Axcel mau nikahin gue dan dia bahkan udah nyiapin rumah untuk keluarga kecil kita," ujar Indira sambil tersenyum senang, padahal dia sesama wanita, tapi Indira begitu tega dengan wanita lain. Indira berbahagia di atas derita dari Clarissa yang juga tengah mengandung anak Axcel.Clarissa semakin menangis tersedu-sedu, saat mengingat bahwa dia saja yang merupakan istri sah Axcel hanya tinggal di apartemen dan tidak diajak tinggal atau diberikan rumah sendiri. Sementara Indira? Axcel bah
Sudah beberapa hari ini Clarissa terus bersedih, dia bak mayat hidup yang hanya bisa diam saja merenungi kegagalan hidupnya. Sebenarnya hal yang sangat mengganggu pikirannya adalah bagaimana nasib anaknya kelak saat terlahir kedunia tapi keluarganya malah broken home. Belum lagi Clarissa begitu khawatir kalau nanti keluarganya tau tentang hal ini. Mereka pasti akan sangat sedih, Clarissa bahkan belum berani menceritakan apapun pada keluarganya."Rissa, demi anak lo, please jangan kaya gini." Diandra merasa khawatir melihat kondisi dari sahabatnya."Rissa, udah yah, kita bangkit sama-sama." Diandra tidak henti-hentinya memberikan semangat pada Clarissa."Non, ada surat buat Non." Asisten rumah tangga Diandra memberikan sebuah amplop coklat kemudian pergi. Dibukanya amplop itu oleh Diandra membuatnya kaget. Ternyata itu surat gugatan cerai dari Axcel untuk Clarissa. Clarissa langsung mengambil surat itu dari tangan Diandra, hatinya semakin sakit
Teman-teman semuanya, terimakasih banyak karena sudah membaca ceritaku, semoga kalian sehat selalu, dipermudah urusannya dan dilancarkan rejekinya. Sampai bertemu dicerita-cerita selanjutnya. Sedikit informasi, LOVE GAME sedang direncanakan kalau jadi akan terbit cetaknya. Akan ada perbedaan antara versi certaknya, di sana lebih lengkap dan endingnya lebih klimaks. Cerita dari awalnya sama aja sih, cuma yang membedakan akan ada banyak bab tambahan biar endingnya lebih jelas dan akan ada ektra part juga. Pokoknya recomended deh, cuma masih lama sih jadi bisa nabung dulu biar bisa peluk Axcel dan Clarissa. Sekali lagi terimaksih untuk kalian yang sudah berkenan membaca maupun memberikan vote. Author harap jika kalian berkenan, kalian bisa kasih rating ulasan dibagian atas yang ada gambar bintang-bintangnya. Sayonara, sampai jumpa lagi. Have a nice day semua.
Seminggu kemudian.“Apa maksudmu!” pekik seorang pria penuh amarah pada wanita di depannya yang datang bersama dengan anak lelaki berumur empat tahun yang wajahnya begitu mirip dengan pria itu.“Dia anak kita, Zidan!” ujar wanita itu penuh percaya diri.“Apa yang kau katakana, Veronica! Berhenti omong kosong, kapan aku pernah melakukan hal seperti itu denganmu, hah?” Zidan merasa begitu kesal pada Veronica yang sejak dulu selalu mengejar cintanya namun selalu Zidan tolak karena sejak SMA dia sudah menyukai Clarissa.“Mungkin kau lupa, empat tahun lalu saat kau sedang patah hati karena Rissa ternyata sudah menikah dengan pria lain saat dirinya berada di Indonesia. Saat itu kau mabuk di bar milik temanmu, dan kebetulan aku juga sedikit mabuk sehingga tanpa sadar kita melakukan hal itu.” Veronica mengingatkan hal yang sudah Zidan lupakan.Saat itu Zidan begitu merasa frustasi k
Clarissa bergegas pergi memanggil dokter untuk memberitahukan kondisi Axcel yang sudah sadar agar dokter bisa memeriksa keadaannya. Setelah itu Clarissa juga segera menghubungi keluarganya dan juga keluarga Axcel untuk mengabari bahwa Axcel sudah sadarkan diri. Dokter bergegas memeriksa keadaan Axcel, beruntungnya Axcel ternyata sudah melewati masa kritisnya. Setelah memberikan beberapa wejangan, sang dokter pun pergi keruangannya.“Ha..us..” lirih Axcel dengan suara serak karena tenggorokannya terasa begitu kering setelah beberapa hari tidak sadarkan diri. Clarissa langsung mengambilkan gelas berisi air putih di meja yang berada di samping ranjang. Clarissa kemudian membantu Axcel meminumnya dengan pelan-pelan.“Axcel, aku senang kamu sudah sadar,” ujar Clarissa sambil tersenyum penuh haru.“Aku rasa, aku lebih memilih mati dari pada harus berpisah denganmu dan Bella. Kalau aku meninggal, kita tidak perlu bercerai kan? Kamu akan te
Axcel bersama dengan Clarissa telah menyepakati beberapa hal, salah satunya adalah Rissa harus bisa membuat Bella memanggil Axcel dengan panggilan ‘papa’ dalam waktu seminggu selama mereka pergi berlibur ke Bali. Namun sayangnya dengan alasan apapun Bella tetap memanggilnya om, dia sama sekali tidak mau memanggil Axcel dengan panggilan papa.“Nak, cuma selama seminggu aja kok kamu panggil om Axcel dengan sebutan papa, mau yah?” bujuk Clarissa.“Tapi Bella gak mau Mah, kalau Mama maksa, mending Bella gak usah ikut pergi ke Bali. Bella di sini aja sama oma, opa dan papa Zidan. Lagi pula Bella gak mau membuat papa sedih kalau sampai dia tau Bella memanggil orang lain dengan panggilan itu. Papa Bella kan cuma papa Zidan doang, sejak Bella masih bayi juga papaku itu papa Zidan.” Bella menolak dengan tegas untuk memanggil Axcel dengan sebutan papa membuat hati Axcel terasa begitu ngilu.“Tapi Bella, anggap saja ini sebuah perm
"Kamu tau rasa sakitnya diduakan, Axcel? Saat aku uring-uringan karena sikap kamu yang selalu membatalkan janji tanpa mengabari tapi nyatanya kamu malah sibuk dengan selingkuhan kamu itu. Saat dia berbohong padamu tentangku dan kamu langsung mempercayainya, kamu bahkan sudah jelas-jelas memilihnya dan anaknya dibandingkan diriku, jadi jangan ganggu aku lagi. Aku ingin bahagia Axcel, bisakah kamu sedikit tahu diri." Perkataan Rissa kembali menohok relung hati Axcel, Axcel sangat menyesal akan kebodohannya dulu tapi dia benar-benar tidak sanggup kehilangan anak dan istrinya lagi."Maaf Rissa maaf, aku tau aku bodoh, aku tau semua salahku, aku lelaki bre*ngsek yang tidak berguna. Maafkan aku, kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, maafin aku, kamu boleh menghukum aku seperti apapun asal jangan tinggalkan aku lagi." Axcel tak sanggup lagi berkata, dadanya terasa sangat nyeri dan sesak. Tentu saja air matanya seolah aliran sungai yang deras, mengalir tanpa henti.
Axcel membawa Nissa ke ruangan kerjanya yang berada dirumah orangtua Axcel, dia mengeluarkan sebuah foto dari laci mejanya. Foto seorang perempuan yang sangat dia cintai, foto itu adalah satu-satunya foto berbingkai yang masih bisa Axcel miliki. Karena semenjak mentalnya hancur setelah kepergian Clarissa dari hidupnya, kedua orangtua Axcel mengambil semua foto clarissa termasuk ponsel Axcel yang dipenuhi oleh foto istrinya kala itu. Mereka sengaja menyembunyikannya dan melarang Axcel mengambilnya, itu semua mereka lakukan demi pemulihan mental Axcel.Nissa terkejut saat melihat perempuan di foto itu sangat mirip dengan Fira, orang yang menjadi WO untuk mengurus pernikahannya dengan Axcel."Iya, Fira itu adalah Rissa, Clarissaku, istriku. Clarissa Shafira, dia masih hidup. Aku ingin mengejar istriku, sampai detik ini dia masih sah menjadi istriku. Kami belum bercerai karena surat cerai itu aku sobek." Axcel menjelaskan semuanya pada Nissa, mendengar penuturan dari Axcel
Siang ini Fira kembali membuat janji dengan kliennya yaitu Nissa, kebetulan Nissa bilang kalau suaminya akan ikut meeting. Tapi ternyata saat sedang berada dijalan Nissa mendapat kabar kalau temannya masuk rumah sakit jadi dia harus ke sana, karena itu adalah teman baiknya.“Axcel, temanku masuk rumah sakit, aku harus tengokin dia ke sana,” ujar Nissa merasa sedih."Ya sudah, kita batalkan saja janji dengan WO nya." Axcel dengan malas menyarankan untuk membatalkan saja janji temunya, karena sejujurnya dia benar-benar enggan."Tidak bisa Axcel, aku tidak enak dengan orang WO nya. Kamu pergi temuin dia dulu yah, nanti setelah aku melihat kondisi temanku, secepat mungkin aku akan menyusul." Nissa memaksa Axcel karena dia merasa tidak enak jika membatalkan janjinya dengan Fira.“Merepotkan!” gerutu Axcel malas, sejujurnya kalau tidak karena terpaksa tentu saja Axcel juga enggan menemani Nissa menemui Wedding Organizer
Siang ini Fira akan bertemu dengan kliennya, dia telah sampai terlebih dahulu di tempat yang dijanjikan. Itu merupakan prinsipnya dalam bekerja, harus selalu tepat waktu. Bahkan bila perlu jangan sampai klien yang menunggu, maka biasanya kalau waktunya memungkinkan pasti Fira akan datang beberapa saat lebih awal dari waktu yang dijanjikan."Mba Fira?" tanya seorang perempuan yang datang bersama temannya."Iya, ini mba Gina?" tanya Fira"Iya, eh, panggil Gina aja deh biar enak, kata bibiku kita seumuran, kamu dua puluh lima tahun kan?" tanya Gina"Iya, baiklah. Oh iya, kalau begitu kalian juga panggil saya Fira saja yah biar lebih enak," ujar Fira membuat Gina dan Nissa mengangguk, lalu merekapun duduk."Oh iya, perkenalkan, ini temanku yang mau menikah Fir, namanya Nissa. Aku sudah tau sendiri kinerja mu dan team WO mu sangat bagus." Gina memperkenalkan mereka berdua sambil memuji Fira."Nissa.""Fira."Mereka pun saling berjab
Terlihat seorang perempuan mengenakan dress hijau panjang dengan rambut panjang tergerai sedang berdiri disebuah pesta pernikahan. Kedua mempelai menghampiri perempuan itu."Fira, makasih banget yah, berkat kamu acara pernikahan kami jadi bisa berjalan dengan lancar," Ujar sang mempelai wanita dengan senyum merekah di bibirnya, aura kebahagiaan sebagai sepasang pengantin baru bisa terlihat jelas di wajah keduanya."Betul sekali, ternyata benar kata orang kalau memakai jasa WO-mu memang pilihan terbaik, hasilnya sangat memuaskan!" pekik sang mempelai pria."Terimakasih pujiannya, justru aku yang harus senang serta berterimakasih karena kalian merasa puas. Bagi kami, kepuasan pelanggan adalah prioritas kami," ujar gadis bernama Fira itu dengan senyum mengembang, dia adalah orang yang paling berbahagia jika ternyata pernikahan yang ditanganinya berjalan dengan lancar dan pelanggannya merasa puas akan kinerja team WO nya."Fira, nikmati pestanya yah, maaf kam