Hari ini hari adalah hari Minggu. Clarissa, Reno dan Diandra pergi berjalan-jalan di Mall untuk membeli beberapa keperluan mereka sekalian refreshing. Lagi pula sekarang kondisi Clarissa sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Riss, kita beli baju disana yuk!" ajak Diandra antusias.
"Oke, ayo." Akhirnya mereka pergi ke sebuah butik yang berada di dalam Mall, di sana ada banyak gaun dan baju-baju yang lucu. Diandra yang suka belanja pun berbinar-binar melihat koleksi baru yang memang sedang banyak digunakan dijaman sekarang.
"Yang ini bagus ,Di!" ujar Clarissa sambil merekomendasikan sebuah baju untuk Diandra.
“Wah, iya nih.” Saat akan mengambil baju dari tangan Clarissa, Diandra tidak sengaja melihat Axcel, yang merupakan suami Clarissa berada tak jauh dari mereka, namun sayangnya Axcel tengah bersama dengan seorang perempuan yang sedang memilih baju. Kali ini Diandra yakin kalau itu suami Clarissa, bahkan perempuan di samping lelaki
Clarissa menangis karena tak kuasa menahan rasa sakit di hatinya setelah mendengar penuturan dari Indira. Ini begitu mengejutkan, jadi Axcel menghamili wanita lain? Padahal sekarang Clarissa juga sedang mengandung anaknya. Bagaimana bisa Axcel setega itu? Padahal Clarissa sudah susah payah membuka hatinya lagi setelah disakiti waktu itu. Tapi kini Axcel bahkan menorehkan luka yang jauh lebih menyakitkan dibandingkan dulu."Apa? Lo hamil?" tanya Diandra kaget bukan main"Iya, bahkan Axcel mau nikahin gue dan dia bahkan udah nyiapin rumah untuk keluarga kecil kita," ujar Indira sambil tersenyum senang, padahal dia sesama wanita, tapi Indira begitu tega dengan wanita lain. Indira berbahagia di atas derita dari Clarissa yang juga tengah mengandung anak Axcel.Clarissa semakin menangis tersedu-sedu, saat mengingat bahwa dia saja yang merupakan istri sah Axcel hanya tinggal di apartemen dan tidak diajak tinggal atau diberikan rumah sendiri. Sementara Indira? Axcel bah
Sudah beberapa hari ini Clarissa terus bersedih, dia bak mayat hidup yang hanya bisa diam saja merenungi kegagalan hidupnya. Sebenarnya hal yang sangat mengganggu pikirannya adalah bagaimana nasib anaknya kelak saat terlahir kedunia tapi keluarganya malah broken home. Belum lagi Clarissa begitu khawatir kalau nanti keluarganya tau tentang hal ini. Mereka pasti akan sangat sedih, Clarissa bahkan belum berani menceritakan apapun pada keluarganya."Rissa, demi anak lo, please jangan kaya gini." Diandra merasa khawatir melihat kondisi dari sahabatnya."Rissa, udah yah, kita bangkit sama-sama." Diandra tidak henti-hentinya memberikan semangat pada Clarissa."Non, ada surat buat Non." Asisten rumah tangga Diandra memberikan sebuah amplop coklat kemudian pergi. Dibukanya amplop itu oleh Diandra membuatnya kaget. Ternyata itu surat gugatan cerai dari Axcel untuk Clarissa. Clarissa langsung mengambil surat itu dari tangan Diandra, hatinya semakin sakit
Reno menghela napasanya mencoba menyadarkan dirinya sendiri agar jangan sampai kalap. Tingkat emosinya benar-benar sedang berada di ujung tanduk, saking muaknya dia melihat kelakuan Axcel."Dan satu hal lagi, lo nuduh gue ada hubungan sama istri Lo? Gila yah lo! Selama ini, gue dan Diandra sering ke apartemen kalian karena Clarissa sakit. Bahkan saat dia sakit lo gak ada disamping nya, Clarissa terus bersedih karena lo gak ada kabar dan gak pulang-pulang. Dan saat lo bilang lo mau anterin dia ke dokter, dia udah nunggu lo lama banget dengan rasa sakit yang ditahannya. Tapi lo malah pergi dan gak ada kabar, kalo lo gak bisa anterin dia, harusnya lo bilang dari awal dong, jangan bikin dia nunggu!" ujar Reno makin kesal."Waktu itu—" Axcel belum selesai bicara tapi sudah dipotong lagi oleh Reno."Tunggu, biar gue dulu yang ngomong!" ujar Reno menyela."Saat itu, karena kelamaan nunggu lo akhirnya membuat Clarissa jadi sedih, bahkan dia sampai pingsan d
Axcel memacu mobilnya cepat ke apartemennya, tentu saja dia tidak menemukan Clarissa disana. Axcel hanya menemukan sepucuk surat yang tergeletak dimeja. Diambilnya sepucuk surat itu, dan ternyata disamping surat itu ada sebuah surat cerai yang sudah ditandatangani oleh Clarissa.Untuk Axcel.Aku benar-benar kecewa padamu, kenapa kau begitu br*ngsek menghancurkan hidupku lagi dan lagi. Apa belum puas dulu kamu ngehancurin aku? Dan sekarang setelah kamu mohon-mohon untuk dikasih kesempatan kedua, hingga akhirnya aku luluh dan memberikannya, tapi kamu malah mengecewakanku lagi. Bahkan kamu menyakitiku lebih dalam, kamu benar-benar menghancurkan hidupku!Akan aku pastikan kalau diriku tidak akan pernah lagi memberikanmu kesempatan kedua. Dulu aku memang begitu bodoh karena menerima dirimu lagi setelah apa yang kau lakukan padaku.Aku lelah Axcel, surat cerai yang kau minta sudah aku tandatangani sesuai dengan keing
4 Tahun Kemudian..Seorang pria sedang duduk di meja kerjanya, dia nampak memegang sambil memandangi sebuah foto ditangannya dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Seolah semesta juga bisa merasakan duka dan kesedihan yang pria itu rasakan hanya dengan melihatnya saja."Clarissa, andai waktu itu aku tidak selamat, kita pasti sudah bertemu lagi sayang," ujar pria itu pada sebuah foto yang merupakan foto pernikahannya dengan Istrinya yang telah meninggal tepat empat tahun yang lalu.Ya, pria itu adalah Axcel Aditama Riguela. Dia pria yang dulu pernah mencoba untuk bunuh diri dengan menenggak banyak sekali obat tidur sehingga menyebabkannya overdosis. Tapi untungnya nyawanya berhasil diselamatkan, walau dia harus mengalami keadaan kritis bahkan sempat koma selama kurang lebih empat hari lamanya."Sekarang aku hidup, tapi perasaan dan hatiku mati. Hanya tersisa raga yang tak memiliki rasa ini, semuanya ter
Saat ini Axcel sudah menyelesaikan pekerjaannya di kantor, kemudian dia bergegas pulang ke rumah untuk beristirahat. Jam sudah menunjukkan pukul 22:45 WIB, biasanya dia baru pulang jam satu dini hari, tapi karena mamanya selalu memarahi Axcel karena pulang terlalu malam. Akhirnya Axcel memutuskan untuk pulang sedikit lebih awal dari biasanya.Axcel menyibukkan diri semata-mata untuk membuat dirinya sedikit lupa atau tidak melulu kepikiran tentang kesedihannya soal Clarissa. Tapi tetap saja walau sudah empat tahun berlalu, semua hal tentang Clarissa dan perasaan Axcel untuk istrinya itu tidak akan pernah berkurang sedikitpun.Axcel menjalankan mobilnya dari parkiran kantor menuju rumah orangtuanya. Seperti biasa saat sampai di rumah, keadaan rumah sudah dalam keadaan gelap karena penghuninya sudah tertidur. Axcel segera menuju dapur untuk mengambil minum."Astaga, maling!" pekik sebuah suara yang merupakan suara dari perempuan yang asing ditelinga Axcel. Karena s
Pagi ini Nissa terbangun setelah semalam uring-uringan memikirkan Axcel, yang akhirnya membuat dirinya jadi kesulitan untuk tidur. Nissa yang memang sejak dulu merupakan anak yang rajin meski terlahir sebagai keluarga kaya, begitu bangun dia langsung membereskan tempat tidurnya lalu pergi mandi. Setelah itu Nissa pergi ke dapur dan tidak sengaja melihat mama Axcel sedang memasak. Rupanya walau dirumah Axcel ada asisten rumah tangga, tapi soal masakan papa Axcel sejak dulu hanya mau memakan masakan istrinya. Dia memakan masakan lain dalam keadaan tertentu saja, misalnya saat berada di luar, saat istrinya lelah, atau saat istrinya sedang malas memasak.“Tante, Nissa bantuin yah?” ujar Nissa mengusulkan diri untuk membantu Andini yang sedang berkutat di dapur.“Wah, kamu sudah bangun?” Andini kaget ternyata Nissa sudah bangun, dia kira karena Nissa adalah anak gadis satu-satunya dari keluarga yang berkecukupan membuatnya manja karena sejak kecil ap
Dengan segala paksaan akhirnya Axcel mau menyetujui perjodohan yang diatur oleh orangtuanya. Karena tiba-tiba mamanya sakit dan terus mendesak Axcel untuk bersedia menikah dengan Nissa."Axcel, sebentar lagi kan kalian akan bertunangan, jadi Mamah harap kamu dan Nissa bisa jadi lebih akrab lagi. Mama sudah memutuskan, biarkan Nissa mengantarkan makan siang ke kantormu nanti ya?" bujuk sang mama.“Tidak perlu, Mah.” Axcel menolak usulan dari mamanya, sejujurnya hati Axcel saat ini sangat sakit dan kecewa pada kedua orangtuanya yang dengan tega memaksanya menerima perjodohan ini. Padahal mereka tahu betul kalau Axcel sangat mencintai Clarissa, Axcel tidak ingin menikah lagi dengan siapapun juga. Axcel tidak ingin ada perempuan lain yang menggantikan posisi Clarissa sebagai istrinya. Tapi mengapa orangtuanya begitu tega menyiksa Axcel seperti ini? Membuat Axcel harus menelan mentah-mentah prinsip hidupnya.“Axcel, jangan seperti ini terus dong, ka
Teman-teman semuanya, terimakasih banyak karena sudah membaca ceritaku, semoga kalian sehat selalu, dipermudah urusannya dan dilancarkan rejekinya. Sampai bertemu dicerita-cerita selanjutnya. Sedikit informasi, LOVE GAME sedang direncanakan kalau jadi akan terbit cetaknya. Akan ada perbedaan antara versi certaknya, di sana lebih lengkap dan endingnya lebih klimaks. Cerita dari awalnya sama aja sih, cuma yang membedakan akan ada banyak bab tambahan biar endingnya lebih jelas dan akan ada ektra part juga. Pokoknya recomended deh, cuma masih lama sih jadi bisa nabung dulu biar bisa peluk Axcel dan Clarissa. Sekali lagi terimaksih untuk kalian yang sudah berkenan membaca maupun memberikan vote. Author harap jika kalian berkenan, kalian bisa kasih rating ulasan dibagian atas yang ada gambar bintang-bintangnya. Sayonara, sampai jumpa lagi. Have a nice day semua.
Seminggu kemudian.“Apa maksudmu!” pekik seorang pria penuh amarah pada wanita di depannya yang datang bersama dengan anak lelaki berumur empat tahun yang wajahnya begitu mirip dengan pria itu.“Dia anak kita, Zidan!” ujar wanita itu penuh percaya diri.“Apa yang kau katakana, Veronica! Berhenti omong kosong, kapan aku pernah melakukan hal seperti itu denganmu, hah?” Zidan merasa begitu kesal pada Veronica yang sejak dulu selalu mengejar cintanya namun selalu Zidan tolak karena sejak SMA dia sudah menyukai Clarissa.“Mungkin kau lupa, empat tahun lalu saat kau sedang patah hati karena Rissa ternyata sudah menikah dengan pria lain saat dirinya berada di Indonesia. Saat itu kau mabuk di bar milik temanmu, dan kebetulan aku juga sedikit mabuk sehingga tanpa sadar kita melakukan hal itu.” Veronica mengingatkan hal yang sudah Zidan lupakan.Saat itu Zidan begitu merasa frustasi k
Clarissa bergegas pergi memanggil dokter untuk memberitahukan kondisi Axcel yang sudah sadar agar dokter bisa memeriksa keadaannya. Setelah itu Clarissa juga segera menghubungi keluarganya dan juga keluarga Axcel untuk mengabari bahwa Axcel sudah sadarkan diri. Dokter bergegas memeriksa keadaan Axcel, beruntungnya Axcel ternyata sudah melewati masa kritisnya. Setelah memberikan beberapa wejangan, sang dokter pun pergi keruangannya.“Ha..us..” lirih Axcel dengan suara serak karena tenggorokannya terasa begitu kering setelah beberapa hari tidak sadarkan diri. Clarissa langsung mengambilkan gelas berisi air putih di meja yang berada di samping ranjang. Clarissa kemudian membantu Axcel meminumnya dengan pelan-pelan.“Axcel, aku senang kamu sudah sadar,” ujar Clarissa sambil tersenyum penuh haru.“Aku rasa, aku lebih memilih mati dari pada harus berpisah denganmu dan Bella. Kalau aku meninggal, kita tidak perlu bercerai kan? Kamu akan te
Axcel bersama dengan Clarissa telah menyepakati beberapa hal, salah satunya adalah Rissa harus bisa membuat Bella memanggil Axcel dengan panggilan ‘papa’ dalam waktu seminggu selama mereka pergi berlibur ke Bali. Namun sayangnya dengan alasan apapun Bella tetap memanggilnya om, dia sama sekali tidak mau memanggil Axcel dengan panggilan papa.“Nak, cuma selama seminggu aja kok kamu panggil om Axcel dengan sebutan papa, mau yah?” bujuk Clarissa.“Tapi Bella gak mau Mah, kalau Mama maksa, mending Bella gak usah ikut pergi ke Bali. Bella di sini aja sama oma, opa dan papa Zidan. Lagi pula Bella gak mau membuat papa sedih kalau sampai dia tau Bella memanggil orang lain dengan panggilan itu. Papa Bella kan cuma papa Zidan doang, sejak Bella masih bayi juga papaku itu papa Zidan.” Bella menolak dengan tegas untuk memanggil Axcel dengan sebutan papa membuat hati Axcel terasa begitu ngilu.“Tapi Bella, anggap saja ini sebuah perm
"Kamu tau rasa sakitnya diduakan, Axcel? Saat aku uring-uringan karena sikap kamu yang selalu membatalkan janji tanpa mengabari tapi nyatanya kamu malah sibuk dengan selingkuhan kamu itu. Saat dia berbohong padamu tentangku dan kamu langsung mempercayainya, kamu bahkan sudah jelas-jelas memilihnya dan anaknya dibandingkan diriku, jadi jangan ganggu aku lagi. Aku ingin bahagia Axcel, bisakah kamu sedikit tahu diri." Perkataan Rissa kembali menohok relung hati Axcel, Axcel sangat menyesal akan kebodohannya dulu tapi dia benar-benar tidak sanggup kehilangan anak dan istrinya lagi."Maaf Rissa maaf, aku tau aku bodoh, aku tau semua salahku, aku lelaki bre*ngsek yang tidak berguna. Maafkan aku, kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, maafin aku, kamu boleh menghukum aku seperti apapun asal jangan tinggalkan aku lagi." Axcel tak sanggup lagi berkata, dadanya terasa sangat nyeri dan sesak. Tentu saja air matanya seolah aliran sungai yang deras, mengalir tanpa henti.
Axcel membawa Nissa ke ruangan kerjanya yang berada dirumah orangtua Axcel, dia mengeluarkan sebuah foto dari laci mejanya. Foto seorang perempuan yang sangat dia cintai, foto itu adalah satu-satunya foto berbingkai yang masih bisa Axcel miliki. Karena semenjak mentalnya hancur setelah kepergian Clarissa dari hidupnya, kedua orangtua Axcel mengambil semua foto clarissa termasuk ponsel Axcel yang dipenuhi oleh foto istrinya kala itu. Mereka sengaja menyembunyikannya dan melarang Axcel mengambilnya, itu semua mereka lakukan demi pemulihan mental Axcel.Nissa terkejut saat melihat perempuan di foto itu sangat mirip dengan Fira, orang yang menjadi WO untuk mengurus pernikahannya dengan Axcel."Iya, Fira itu adalah Rissa, Clarissaku, istriku. Clarissa Shafira, dia masih hidup. Aku ingin mengejar istriku, sampai detik ini dia masih sah menjadi istriku. Kami belum bercerai karena surat cerai itu aku sobek." Axcel menjelaskan semuanya pada Nissa, mendengar penuturan dari Axcel
Siang ini Fira kembali membuat janji dengan kliennya yaitu Nissa, kebetulan Nissa bilang kalau suaminya akan ikut meeting. Tapi ternyata saat sedang berada dijalan Nissa mendapat kabar kalau temannya masuk rumah sakit jadi dia harus ke sana, karena itu adalah teman baiknya.“Axcel, temanku masuk rumah sakit, aku harus tengokin dia ke sana,” ujar Nissa merasa sedih."Ya sudah, kita batalkan saja janji dengan WO nya." Axcel dengan malas menyarankan untuk membatalkan saja janji temunya, karena sejujurnya dia benar-benar enggan."Tidak bisa Axcel, aku tidak enak dengan orang WO nya. Kamu pergi temuin dia dulu yah, nanti setelah aku melihat kondisi temanku, secepat mungkin aku akan menyusul." Nissa memaksa Axcel karena dia merasa tidak enak jika membatalkan janjinya dengan Fira.“Merepotkan!” gerutu Axcel malas, sejujurnya kalau tidak karena terpaksa tentu saja Axcel juga enggan menemani Nissa menemui Wedding Organizer
Siang ini Fira akan bertemu dengan kliennya, dia telah sampai terlebih dahulu di tempat yang dijanjikan. Itu merupakan prinsipnya dalam bekerja, harus selalu tepat waktu. Bahkan bila perlu jangan sampai klien yang menunggu, maka biasanya kalau waktunya memungkinkan pasti Fira akan datang beberapa saat lebih awal dari waktu yang dijanjikan."Mba Fira?" tanya seorang perempuan yang datang bersama temannya."Iya, ini mba Gina?" tanya Fira"Iya, eh, panggil Gina aja deh biar enak, kata bibiku kita seumuran, kamu dua puluh lima tahun kan?" tanya Gina"Iya, baiklah. Oh iya, kalau begitu kalian juga panggil saya Fira saja yah biar lebih enak," ujar Fira membuat Gina dan Nissa mengangguk, lalu merekapun duduk."Oh iya, perkenalkan, ini temanku yang mau menikah Fir, namanya Nissa. Aku sudah tau sendiri kinerja mu dan team WO mu sangat bagus." Gina memperkenalkan mereka berdua sambil memuji Fira."Nissa.""Fira."Mereka pun saling berjab
Terlihat seorang perempuan mengenakan dress hijau panjang dengan rambut panjang tergerai sedang berdiri disebuah pesta pernikahan. Kedua mempelai menghampiri perempuan itu."Fira, makasih banget yah, berkat kamu acara pernikahan kami jadi bisa berjalan dengan lancar," Ujar sang mempelai wanita dengan senyum merekah di bibirnya, aura kebahagiaan sebagai sepasang pengantin baru bisa terlihat jelas di wajah keduanya."Betul sekali, ternyata benar kata orang kalau memakai jasa WO-mu memang pilihan terbaik, hasilnya sangat memuaskan!" pekik sang mempelai pria."Terimakasih pujiannya, justru aku yang harus senang serta berterimakasih karena kalian merasa puas. Bagi kami, kepuasan pelanggan adalah prioritas kami," ujar gadis bernama Fira itu dengan senyum mengembang, dia adalah orang yang paling berbahagia jika ternyata pernikahan yang ditanganinya berjalan dengan lancar dan pelanggannya merasa puas akan kinerja team WO nya."Fira, nikmati pestanya yah, maaf kam