4 Tahun Kemudian..
Seorang pria sedang duduk di meja kerjanya, dia nampak memegang sambil memandangi sebuah foto ditangannya dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Seolah semesta juga bisa merasakan duka dan kesedihan yang pria itu rasakan hanya dengan melihatnya saja.
"Clarissa, andai waktu itu aku tidak selamat, kita pasti sudah bertemu lagi sayang," ujar pria itu pada sebuah foto yang merupakan foto pernikahannya dengan Istrinya yang telah meninggal tepat empat tahun yang lalu.
Ya, pria itu adalah Axcel Aditama Riguela. Dia pria yang dulu pernah mencoba untuk bunuh diri dengan menenggak banyak sekali obat tidur sehingga menyebabkannya overdosis. Tapi untungnya nyawanya berhasil diselamatkan, walau dia harus mengalami keadaan kritis bahkan sempat koma selama kurang lebih empat hari lamanya.
"Sekarang aku hidup, tapi perasaan dan hatiku mati. Hanya tersisa raga yang tak memiliki rasa ini, semuanya ter
Saat ini Axcel sudah menyelesaikan pekerjaannya di kantor, kemudian dia bergegas pulang ke rumah untuk beristirahat. Jam sudah menunjukkan pukul 22:45 WIB, biasanya dia baru pulang jam satu dini hari, tapi karena mamanya selalu memarahi Axcel karena pulang terlalu malam. Akhirnya Axcel memutuskan untuk pulang sedikit lebih awal dari biasanya.Axcel menyibukkan diri semata-mata untuk membuat dirinya sedikit lupa atau tidak melulu kepikiran tentang kesedihannya soal Clarissa. Tapi tetap saja walau sudah empat tahun berlalu, semua hal tentang Clarissa dan perasaan Axcel untuk istrinya itu tidak akan pernah berkurang sedikitpun.Axcel menjalankan mobilnya dari parkiran kantor menuju rumah orangtuanya. Seperti biasa saat sampai di rumah, keadaan rumah sudah dalam keadaan gelap karena penghuninya sudah tertidur. Axcel segera menuju dapur untuk mengambil minum."Astaga, maling!" pekik sebuah suara yang merupakan suara dari perempuan yang asing ditelinga Axcel. Karena s
Pagi ini Nissa terbangun setelah semalam uring-uringan memikirkan Axcel, yang akhirnya membuat dirinya jadi kesulitan untuk tidur. Nissa yang memang sejak dulu merupakan anak yang rajin meski terlahir sebagai keluarga kaya, begitu bangun dia langsung membereskan tempat tidurnya lalu pergi mandi. Setelah itu Nissa pergi ke dapur dan tidak sengaja melihat mama Axcel sedang memasak. Rupanya walau dirumah Axcel ada asisten rumah tangga, tapi soal masakan papa Axcel sejak dulu hanya mau memakan masakan istrinya. Dia memakan masakan lain dalam keadaan tertentu saja, misalnya saat berada di luar, saat istrinya lelah, atau saat istrinya sedang malas memasak.“Tante, Nissa bantuin yah?” ujar Nissa mengusulkan diri untuk membantu Andini yang sedang berkutat di dapur.“Wah, kamu sudah bangun?” Andini kaget ternyata Nissa sudah bangun, dia kira karena Nissa adalah anak gadis satu-satunya dari keluarga yang berkecukupan membuatnya manja karena sejak kecil ap
Dengan segala paksaan akhirnya Axcel mau menyetujui perjodohan yang diatur oleh orangtuanya. Karena tiba-tiba mamanya sakit dan terus mendesak Axcel untuk bersedia menikah dengan Nissa."Axcel, sebentar lagi kan kalian akan bertunangan, jadi Mamah harap kamu dan Nissa bisa jadi lebih akrab lagi. Mama sudah memutuskan, biarkan Nissa mengantarkan makan siang ke kantormu nanti ya?" bujuk sang mama.“Tidak perlu, Mah.” Axcel menolak usulan dari mamanya, sejujurnya hati Axcel saat ini sangat sakit dan kecewa pada kedua orangtuanya yang dengan tega memaksanya menerima perjodohan ini. Padahal mereka tahu betul kalau Axcel sangat mencintai Clarissa, Axcel tidak ingin menikah lagi dengan siapapun juga. Axcel tidak ingin ada perempuan lain yang menggantikan posisi Clarissa sebagai istrinya. Tapi mengapa orangtuanya begitu tega menyiksa Axcel seperti ini? Membuat Axcel harus menelan mentah-mentah prinsip hidupnya.“Axcel, jangan seperti ini terus dong, ka
Terlihat seorang perempuan mengenakan dress hijau panjang dengan rambut panjang tergerai sedang berdiri disebuah pesta pernikahan. Kedua mempelai menghampiri perempuan itu."Fira, makasih banget yah, berkat kamu acara pernikahan kami jadi bisa berjalan dengan lancar," Ujar sang mempelai wanita dengan senyum merekah di bibirnya, aura kebahagiaan sebagai sepasang pengantin baru bisa terlihat jelas di wajah keduanya."Betul sekali, ternyata benar kata orang kalau memakai jasa WO-mu memang pilihan terbaik, hasilnya sangat memuaskan!" pekik sang mempelai pria."Terimakasih pujiannya, justru aku yang harus senang serta berterimakasih karena kalian merasa puas. Bagi kami, kepuasan pelanggan adalah prioritas kami," ujar gadis bernama Fira itu dengan senyum mengembang, dia adalah orang yang paling berbahagia jika ternyata pernikahan yang ditanganinya berjalan dengan lancar dan pelanggannya merasa puas akan kinerja team WO nya."Fira, nikmati pestanya yah, maaf kam
Siang ini Fira akan bertemu dengan kliennya, dia telah sampai terlebih dahulu di tempat yang dijanjikan. Itu merupakan prinsipnya dalam bekerja, harus selalu tepat waktu. Bahkan bila perlu jangan sampai klien yang menunggu, maka biasanya kalau waktunya memungkinkan pasti Fira akan datang beberapa saat lebih awal dari waktu yang dijanjikan."Mba Fira?" tanya seorang perempuan yang datang bersama temannya."Iya, ini mba Gina?" tanya Fira"Iya, eh, panggil Gina aja deh biar enak, kata bibiku kita seumuran, kamu dua puluh lima tahun kan?" tanya Gina"Iya, baiklah. Oh iya, kalau begitu kalian juga panggil saya Fira saja yah biar lebih enak," ujar Fira membuat Gina dan Nissa mengangguk, lalu merekapun duduk."Oh iya, perkenalkan, ini temanku yang mau menikah Fir, namanya Nissa. Aku sudah tau sendiri kinerja mu dan team WO mu sangat bagus." Gina memperkenalkan mereka berdua sambil memuji Fira."Nissa.""Fira."Mereka pun saling berjab
Siang ini Fira kembali membuat janji dengan kliennya yaitu Nissa, kebetulan Nissa bilang kalau suaminya akan ikut meeting. Tapi ternyata saat sedang berada dijalan Nissa mendapat kabar kalau temannya masuk rumah sakit jadi dia harus ke sana, karena itu adalah teman baiknya.“Axcel, temanku masuk rumah sakit, aku harus tengokin dia ke sana,” ujar Nissa merasa sedih."Ya sudah, kita batalkan saja janji dengan WO nya." Axcel dengan malas menyarankan untuk membatalkan saja janji temunya, karena sejujurnya dia benar-benar enggan."Tidak bisa Axcel, aku tidak enak dengan orang WO nya. Kamu pergi temuin dia dulu yah, nanti setelah aku melihat kondisi temanku, secepat mungkin aku akan menyusul." Nissa memaksa Axcel karena dia merasa tidak enak jika membatalkan janjinya dengan Fira.“Merepotkan!” gerutu Axcel malas, sejujurnya kalau tidak karena terpaksa tentu saja Axcel juga enggan menemani Nissa menemui Wedding Organizer
Axcel membawa Nissa ke ruangan kerjanya yang berada dirumah orangtua Axcel, dia mengeluarkan sebuah foto dari laci mejanya. Foto seorang perempuan yang sangat dia cintai, foto itu adalah satu-satunya foto berbingkai yang masih bisa Axcel miliki. Karena semenjak mentalnya hancur setelah kepergian Clarissa dari hidupnya, kedua orangtua Axcel mengambil semua foto clarissa termasuk ponsel Axcel yang dipenuhi oleh foto istrinya kala itu. Mereka sengaja menyembunyikannya dan melarang Axcel mengambilnya, itu semua mereka lakukan demi pemulihan mental Axcel.Nissa terkejut saat melihat perempuan di foto itu sangat mirip dengan Fira, orang yang menjadi WO untuk mengurus pernikahannya dengan Axcel."Iya, Fira itu adalah Rissa, Clarissaku, istriku. Clarissa Shafira, dia masih hidup. Aku ingin mengejar istriku, sampai detik ini dia masih sah menjadi istriku. Kami belum bercerai karena surat cerai itu aku sobek." Axcel menjelaskan semuanya pada Nissa, mendengar penuturan dari Axcel
"Kamu tau rasa sakitnya diduakan, Axcel? Saat aku uring-uringan karena sikap kamu yang selalu membatalkan janji tanpa mengabari tapi nyatanya kamu malah sibuk dengan selingkuhan kamu itu. Saat dia berbohong padamu tentangku dan kamu langsung mempercayainya, kamu bahkan sudah jelas-jelas memilihnya dan anaknya dibandingkan diriku, jadi jangan ganggu aku lagi. Aku ingin bahagia Axcel, bisakah kamu sedikit tahu diri." Perkataan Rissa kembali menohok relung hati Axcel, Axcel sangat menyesal akan kebodohannya dulu tapi dia benar-benar tidak sanggup kehilangan anak dan istrinya lagi."Maaf Rissa maaf, aku tau aku bodoh, aku tau semua salahku, aku lelaki bre*ngsek yang tidak berguna. Maafkan aku, kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, maafin aku, kamu boleh menghukum aku seperti apapun asal jangan tinggalkan aku lagi." Axcel tak sanggup lagi berkata, dadanya terasa sangat nyeri dan sesak. Tentu saja air matanya seolah aliran sungai yang deras, mengalir tanpa henti.