Axcel siang ini harus pergi meeting dengan klien nya, sementara Clarissa sedang sibuk membantu Angel berbelanja. Kemungkinan Angel akan menikah dengan Chris sebentar lagi, kalau dia tidak berubah pikiran.
"Selamat siang, Pak Axcel," sapa seorang pria paruh baya yang merupakan klien Axcel.
"Selamat siang Pak Jonny, bisa kita mulai meetingnya?" tanya Axcel
“Baik Pak Axcel, mari kita mulai.”
Lalu mereka memulai meeting sambil makan siang, meeting berjalan cukup lancar. Hingga akhirnya setelah selesai meeting Axcel ke luar dari restoran. Namun, sayangnya dia bertabrakan dengan seseorang, seorang wanita yang Axcel kenal.
"Axcel…" lirih seorang wanita yang bertabrakan dengan Axcel.
"Indira!" pekik Axcel sangat kaget melihat perempuan yang dulu sangat dia cintai, perempuan yang menjadi cinta pertamanya, yang dulu selalu dia cari-cari keberadaanya dan kini wanita itu berdiri didepannya. Sungguh Axcel men
Axcel mengantarkan Indira pulang ke apartemen wanita itu, semakin dipikirkan maka semakin sakit kepala Axcel. Jadi dia memutuskan untuk mencoba tenang, nanti baru dipikirkan lagi jalan keluarnya."Axcel, temenin aku dulu yah, aku masih takut dan sedih," pinta Indira sambil bergelayut manja dilengan Axcel sama seperti saat dulu mereka masih berpacaran. Sehingga Axcel tidak bisa tegas melepaskan pelukan Indira, padahal jelas sekali hal itu salah. Axcel tidak bisa membohongi perasaannya, di hati kecilnya masih ada sedikit perasaan cinta yang dulu sempat dia curahkan sepenuhnya untuk Indira."T-tapi… tapi aku ada urusan Ra," jawab Axcel menolak."Aku mohon…" bujuk Indira dengan wajah mengiba membuat Axcel merasa tidak tega, terlebih dia tau bahwa semalam Axcel sudah menghancurkan masa depan dan kehormatan Indira.Akhirnya Axcel mangalah, saat ini dia diliputi rasa bersalah pada Indira karena telah menghancurkan masa depan wanita itu, bagaimanapu
Axcel pagi ini berhasil pulang ke apartemennya setelah dia akhirnya berhasil membujuk dan meyakinkan Indira dengan susah payah. Setibanya di apartemen, ternyata Clarissa langsung menyambut hangat kepulangan suaminya."Axcel, aku kangen!" pekik Clarissa yang berlari lalu memeluk suaminya dengan erat untuk menuangkan rasa rindu."Cie, baru ditinggal beberapa hari aja udah kangen," goda Axcel pada istrinya, dia senang karena sekarang Clarissa sudah bisa mencintai Axcel sepenuhnya. Bahkan Clarissa sudah tidak gengsi lagi mengucapkan kata rindu."Iya lah aku kangen sama kamu, memangnya kamu gak kangen sama aku? Kamu mah pergi lama tapi gak telpon sama sekali, ditelpon juga malah gak aktif, kan bikin kesel!" cibir Clarissa merasa kesal."Iya maaf yah, Rissa. Aku sibuk banget, soalnya banyak meeting sama investor," ujar Axcel terpaksa berbohong, walau rasanya dia sangat tersiksa karena harus membohongi Clarissa seperti ini. Tapi ini semua dia l
Sudah empat hari Axcel tidak pulang dan tidak ada kabar sama sekali, membuat Clarissa resah. Apalagi kondisinya yang kian lama kian memburuk selama beberapa hari belakangan ini, entah kenapa dia juga merasa sangat merindukan suaminya. Dia ingin Axcel berada disampingnya, menemaninya dan memanjakannya. Sejak dari kemarin malam Diandra menginap di apartemen Clarissa untuk menemani dirinya."Rissa, aku pulang!" ujar Axcel saat baru sampai di apartemen.Wajah Clarissa berubah cerah saat terdengar suara Axcel yang baru saja pulang, dia pun langsung berlari memeluk Axcel dengan erat untuk melepaskan kerinduannya."Axcel, aku kangen banget, jahat banget sih kamu hiks hiks.." Clarissa menangis dipelukan suaminya, entah mengapa air matanya menetes begitu saja saat berada dipelukan Axcel."Maafkan aku Sayang, maaf yah. Udah dong jangan sedih lagi, aku jadi sedih melihatnya." Axcel berusaha menenangkan istrinya yang masih terisak."Suami lo udah balik, jadi g
Clarissa terus menangis didalam pelukan Diandra, rasanya sakit sekali melihat perubahan Axcel. Disaat Clarissa benar-benar membutuhkan sosok suaminya, dia malah selalu sibuk dan ingkar janji."Hiks…, Axcel berubah, Di." Isak tangis Clarissa semakin pecah, lalu tiba-tiba saja Clarissa jatuh pingsan membuat Reno dan Diandra kaget.“Astaga, Clarissa!” pekik Diandra mencoba mengguncangkan tubuh Clarissa supaya wanita itu bangun. Tapi Clarissa tetap tidak sadarkan diri, hal itu membuat Reno dan Diandra merasa sangat cemas.“Ren, gimana ini?” tanya Diandra cemas“Kita bawa dia ke rumah sakit,” ujar Reno dengan sigap membopong tubuh Clarissa untuk di bawa ke mobilnya. Diandra membantu Reno membuka pintu mobil, lalu mereka langsung membawa Clarissa ke rumah sakit terdekat.Sesampainya di rumah sakit, dokter dan perawat langsung sigap memeriksa kondisi Clarissa. Sementara itu Reno dan Diandra sedang harap-har
Hari ini hari adalah hari Minggu. Clarissa, Reno dan Diandra pergi berjalan-jalan di Mall untuk membeli beberapa keperluan mereka sekalian refreshing. Lagi pula sekarang kondisi Clarissa sudah jauh lebih baik dari sebelumnya."Riss, kita beli baju disana yuk!" ajak Diandra antusias."Oke, ayo." Akhirnya mereka pergi ke sebuah butik yang berada di dalam Mall, di sana ada banyak gaun dan baju-baju yang lucu. Diandra yang suka belanja pun berbinar-binar melihat koleksi baru yang memang sedang banyak digunakan dijaman sekarang."Yang ini bagus ,Di!" ujar Clarissa sambil merekomendasikan sebuah baju untuk Diandra.“Wah, iya nih.” Saat akan mengambil baju dari tangan Clarissa, Diandra tidak sengaja melihat Axcel, yang merupakan suami Clarissa berada tak jauh dari mereka, namun sayangnya Axcel tengah bersama dengan seorang perempuan yang sedang memilih baju. Kali ini Diandra yakin kalau itu suami Clarissa, bahkan perempuan di samping lelaki
Clarissa menangis karena tak kuasa menahan rasa sakit di hatinya setelah mendengar penuturan dari Indira. Ini begitu mengejutkan, jadi Axcel menghamili wanita lain? Padahal sekarang Clarissa juga sedang mengandung anaknya. Bagaimana bisa Axcel setega itu? Padahal Clarissa sudah susah payah membuka hatinya lagi setelah disakiti waktu itu. Tapi kini Axcel bahkan menorehkan luka yang jauh lebih menyakitkan dibandingkan dulu."Apa? Lo hamil?" tanya Diandra kaget bukan main"Iya, bahkan Axcel mau nikahin gue dan dia bahkan udah nyiapin rumah untuk keluarga kecil kita," ujar Indira sambil tersenyum senang, padahal dia sesama wanita, tapi Indira begitu tega dengan wanita lain. Indira berbahagia di atas derita dari Clarissa yang juga tengah mengandung anak Axcel.Clarissa semakin menangis tersedu-sedu, saat mengingat bahwa dia saja yang merupakan istri sah Axcel hanya tinggal di apartemen dan tidak diajak tinggal atau diberikan rumah sendiri. Sementara Indira? Axcel bah
Sudah beberapa hari ini Clarissa terus bersedih, dia bak mayat hidup yang hanya bisa diam saja merenungi kegagalan hidupnya. Sebenarnya hal yang sangat mengganggu pikirannya adalah bagaimana nasib anaknya kelak saat terlahir kedunia tapi keluarganya malah broken home. Belum lagi Clarissa begitu khawatir kalau nanti keluarganya tau tentang hal ini. Mereka pasti akan sangat sedih, Clarissa bahkan belum berani menceritakan apapun pada keluarganya."Rissa, demi anak lo, please jangan kaya gini." Diandra merasa khawatir melihat kondisi dari sahabatnya."Rissa, udah yah, kita bangkit sama-sama." Diandra tidak henti-hentinya memberikan semangat pada Clarissa."Non, ada surat buat Non." Asisten rumah tangga Diandra memberikan sebuah amplop coklat kemudian pergi. Dibukanya amplop itu oleh Diandra membuatnya kaget. Ternyata itu surat gugatan cerai dari Axcel untuk Clarissa. Clarissa langsung mengambil surat itu dari tangan Diandra, hatinya semakin sakit
Reno menghela napasanya mencoba menyadarkan dirinya sendiri agar jangan sampai kalap. Tingkat emosinya benar-benar sedang berada di ujung tanduk, saking muaknya dia melihat kelakuan Axcel."Dan satu hal lagi, lo nuduh gue ada hubungan sama istri Lo? Gila yah lo! Selama ini, gue dan Diandra sering ke apartemen kalian karena Clarissa sakit. Bahkan saat dia sakit lo gak ada disamping nya, Clarissa terus bersedih karena lo gak ada kabar dan gak pulang-pulang. Dan saat lo bilang lo mau anterin dia ke dokter, dia udah nunggu lo lama banget dengan rasa sakit yang ditahannya. Tapi lo malah pergi dan gak ada kabar, kalo lo gak bisa anterin dia, harusnya lo bilang dari awal dong, jangan bikin dia nunggu!" ujar Reno makin kesal."Waktu itu—" Axcel belum selesai bicara tapi sudah dipotong lagi oleh Reno."Tunggu, biar gue dulu yang ngomong!" ujar Reno menyela."Saat itu, karena kelamaan nunggu lo akhirnya membuat Clarissa jadi sedih, bahkan dia sampai pingsan d