Share

5. Terpaksa Menerima Lamaran

Author: Qwindive
last update Last Updated: 2021-08-26 19:00:59

Tubuh Acasha terpaku, manik violetnya bergetar, tak berkedip. Kedua tangannya menutup mulutnya yang sedikit terbuka. Ia pun menelan saliva yang terasa gersang dengan susah payah.

"G-gaun siapa ini? Kenapa ... ada gaun pernikahan di sini?" 

Ia pun memundurkan langkah dan kembali menarik kenop pintu untuk menunjukkan benda asing yang berada di kamarnya pada ibunya. Namun, begitu pintu terbuka ...

"Ah! Mom!" Acasha sontak terperanjat dan meloncat ke belakang. "Maaf, Mom .... Aku terkejut," gugup Acasha, menepuk-nepuk jantungnya yang berdegup kencang.

Varra yang tiba-tiba sudah berdiri di depan kamar Acasha pun masuk ke dalam kamar dan melipat tangan di depan dada, memandangi manekin bergaun pengantin putih.

"Bagaimana? Kamu suka, kan?" tanya Varra sontak melebarkan kelopak mata Acasha yang baru saja tertunduk.

"Apa maksudnya suka, Mom?" Acasha mengerjap tak mengerti.

Varra memutar bola mata, lalu menatap gadis yang kebingungan itu dan menunjuk gaun pernikahan di hadapan mereka.

"Gaun ini. Kamu suka gaun ini, kan? Gaun ini baru saja dikirim oleh calon suamimu. Lihatlah! Aku tidak menyangka dia sudah mempersiapkannya sampai sejauh ini. Sungguh luar biasa!" celoteh Varra semakin membuat gadis beriris violet itu mengerutkan alis lebih dalam.

"Tunggu! Calon suamiku? Apa maksudnya ini, Mom? Aku ... tidak punya calon suami," bantah Acasha sekaligus memberi klarifikasi. "Pacar saja aku tak punya, apalagi calon suami?" batinnya menambahkan.

"Ah, apa aku lupa memberi tahu?"

Sebelah tangan Varra terlipat di depan dada, tangan kanannya menyentuh bibir yang sedikit terbuka. Namun, di balik tangan yang menutupi bibir itu, tersembunyi senyuman licik yang mencuat.

"Lusa kamu akan menikah, Acasha. Seseorang telah melamarmu kemarin dan aku menyetujuinya untukmu. Bukankah itu kabar baik? Kamu pasti senang, kan, Acasha?"

Pupil violet Acasha bergetar. "Bagaimana mungkin, Mom? Kita baru saja kehilangan Dad dan aku baru saja lulus. Aku juga belum bekerja dan membalas jasa Mom dan Dad."

"Balas jasa, ya? Bukankah menikah juga salah satu cara untukmu membalas jasa?" Varra menyentuh helaian gaun pengantin. "Menikahlah. Dengan begitu, kuterima balas jasamu dengan senang hati."

Acasha bergeming, menatap hampa gaun pengantin putih tanpa lengan yang elegan, tampak mengembang dengan berlapis-lapis tulle berkilauan. Tiara kecil yang indah juga veil wedding yang panjang menutupi bagian punggung yang terbuka. Gaun itu memang sangat indah. Indah sekali. Siapa pun wanita pasti akan sangat bahagia bila mengenakan gaun tersebut di hari pernikahan. Acasha pun memiliki perasaan yang sama seperti wanita lainnya. Tapi, menikah dan pernikahan bukanlah hal yang diinginkan Acasha untuk saat ini. Terpikirkan saja tidak.

"Kenapa Mom tidak bertanya padaku lebih dulu? Kenapa Mom menyetujuinya begitu saja tanpa menanyakan pendapatku?" tanya Acasha dengan raut sendu.

"Jadi, maksudmu, keputusan Mom ingin menikahkanmu ini salah? Kamu menolaknya, Acasha?"

Lagi-lagi Acasha hanya bisa terdiam. Larut dalam pikiran yang terus berteriak untuk berani menolak pernikahan yang sama sekali tidak diinginkan. Namun, hatinya berkata lain. Bukankah ini langkah besar untuk menyenangkan hati ibunya yang selama ini tak pernah sekali pun peduli maupun perhatian pada Acasha?

"Acasha, kenapa kamu diam? Kenapa tidak menjawab pertanyaan Mom?"

Varra mendekati Acasha yang tertunduk lesu.

"Selama ini, Mom tidak pernah meminta apa pun padamu. Dan sekalinya Mom meminta, kamu mau menolaknya? Apa karena tidak ada lagi Dad di sini, kamu tidak mau mengabulkan permintaan Mom?"

Jantung Acasha berdegup kencang. Ucapan halus sang ibu benar-benar menancap dalam ke relung hatinya. Ia akan mudah luluh jika sudah menyinggung perihal Stephen, mendiang ayahnya.

"Tidak, Mom. Bukan begitu," sahut Acasha dengan suara bergetar.

"Lantas?" Varra mengusap lembut rambut putih Acasha.

Debaran di dada Acasha semakin cepat.

"Aku ... mau. Aku akan memenuhi permintaan Mom," ucapnya lirih.

"Kamu bilang apa, Acasha? Mom tidak mendengarnya, hm?" dusta Varra di balik senyum sebaris yang sebenarnya sudah mendengar jelas ucapan Acasha.

"A-aku ... aku akan menikah, Mom. Lusa, aku akan menikah," ujar Acasha menaikkan intonasi.

Lengkungan senyum semringah terbit dari bibir Varra.

"Terima kasih, Acasha. Kamu memang anak yang berbakti. Dad pasti akan sangat bangga padamu. Kalau begitu, kamu bisa beristirahat. Kamu pasti lelah, kan? Oh, iya. Besok calon suamimu akan datang. Dia ingin melihatmu mencoba mengenakan gaun itu. Jadi, persiapkan dirimu sebaik mungkin. Mengerti?" celoteh Varra merasa puas, tanpa peduli dengan perasaan Acasha yang sebenarnya tercabik-cabik.

Ia pun mengusap pelan puncak kepala Acasha sebelum melenggang meninggalkan Acasha terduduk lemas di atas lantai.

"Inikah harga yang harus dibayar untuk mendapatkan kasih sayang dari Mom?" desah Acasha tersenyum kaku, menyentuh puncak kepalanya yang terasa hangat.

***

"Sampai kapan kau mau memelototi gaun itu? Calon suamimu sebentar lagi datang dan Mom menyuruhku untuk memastikan kau mengenakannya sebelum jam makan malam," bawel Gretta yang sudah sejak satu jam lalu terbaring di ranjang bernuansa pastel milik Acasha.

Sebenarnya, ia tak ingin berlama-lama berada di dekat Acasha. Namun karena Varra memaksa dengan iming-iming liburan panjang pasca pernikahan Acasha, Gretta pun terpaksa menyetujuinya.

"Ayolah .... Tunggu apalagi, Acasha? Kau sengaja membuatku dimarahi Mom?" gerutu Gretta mengambil posisi duduk dengan wajah kesal.

Acasha terus mengigit bibir sampai tak sadar menimbulkan luka. Tangannya sejak tadi menggantung di udara seolah takut jikalau gaun pengantin tersebut rapuh begitu disentuh. Dia berada di atas kebimbangan dan tak siap barang sekali pun menyentuh gaun pengantin yang sudah menjadi miliknya itu.

"Ck! Sini, aku bantu pakaikan!" decak Gretta tak sabar, bergegas turun dari ranjang dan melepaskan gaun dari manekin. "Aku melakukan ini untuk Mom, bukan untukmu. Cepat, pakai!" tukas Gretta membantu Acasha yang hanya bisa pasrah dan menuruti ucapan saudarinya.

Acasha menatap pantulan dirinya di cermin. Rambut dan kulitnya terlihat semakin terang dengan gaun putih yang dikenakannya. Namun, terasa dingin di saat yang sama.

"Yah ... kuakui, gaun ini sangat indah. Tapi, bukankah terlihat pucat?"

Gretta menyambar lipstik dan menorehkan warna merah terang di ranum gadis albino.

"Gretta, apa ini tidak berlebihan? Aku hanya perlu mencoba gaunnya saja, kan?" Acasha berusaha menghindari upaya Gtetta, tapi ia tak cukup gesit dengan gaun super fluffy yang kini membatasi gerak bebasnya.

"Sudah. Kau diam saja. Bukankah ini kali pertama aku berbuat baik padamu? Jadi, terimalah!" desak Gretta yang berhasil mengulaskan coretan merah terang di bibir Acasha dengan sempurna.

Tok tok tok.

"Acasha, apa kau sudah selesai? Calon suamimu ingin bertemu denganmu," celetuk Varra di balik pintu kamar.

Sontak membuat gadis berambut putih itu terperanjat. Seketika napasnya memburu, jantungnya berdebar tak karuan. Bukan karena senang ataupun menantikan kedatangan sang calon suami, melainkan takut, khawatir, dan tidak siap dengan situasi mendadak yang tidak diinginkannya sama sekali.

Gretta dengan sangat antusias berlari dan membuka pintu.

Ceklek.

"Ya, Mom! Acasha sudah siap."

"Silakan, Tuan. Di sebelah sini," ucap Varra mempersilakan calon suami Acasha masuk ke kamar sang calon istri.

Tap tap tap.

Suara langkah kaki yang teratur terdengar semakin mendekati pintu. Degup jantung yang semakin bertalu-talu seolah mengunci seluruh syaraf Acasha untuk tetap berdiri tegak dalam pijakannya dan tidak bergeser sedikit pun.

Pria itu berdiri di ambang pintu, tersenyum dengan seringaian, dan menatap Acasha dengan sorot mata tajam. Kemudian, ia berjalan perlahan penuh karisma, mendekat dan menatap lekat calon istrinya. Acasha membeku, menatap waspada iris merah menyala yang semakin dekat dan berdiri tepat di hadapannya.

"Akhirnya kita bertemu, Calon Istriku."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
lohh, kirain yang bola mata biru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   6. Kemunculan Sang Pria

    "Ehem. Kami akan turun. Silakan panggil kami jika kalian butuh sesuatu," deham Varra seraya menarik lengan Gretta yang terpana melihat ketampanan calon kakak ipar. "Ayo, turun!" bisik Varra pada gadis yang masih enggan beranjak. "Mom! Gretta!" panggil Acasha yang tak nyaman ditinggalkan berdua saja dengan calon suami yang tidak dikenalnya. Namun, apa daya? Ibu dan saudarinya sudah lenyap dari pandangan. Mau tidak mau, Acasha harus tetap berada di tempatnya bersama pria rupawan yang menjulang di hadapannya. Tak lama setelah derap langkah tak lagi terdengar, mendadak pintu kamar menutup pelan dengan sendirinya. Tak ada angin ataupun seseorang yang mendorong pintu yang semula terbuka lebar itu. Seketika bulu roma Acasha meremang. Ia pun melempar pandang pada sang calon suami yang kini tersenyum lebar menampakkan gigi taringnya yang tajam. Pupilnya yang merah terlihat semakin menyala terang. "Apa aku salah lihat?" batin Acasha. Ia tersenta

    Last Updated : 2021-08-27
  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   7. Percayakan Pada Saya

    Acasha mendesahkan napas dan refleks tersenyum miring."Masa depanku?" gumamnya sembari menutup tirai.Tanpa keraguan, Acasha melangkah mendekati pintu, membuka kunci dan melebarkannya. Udara dingin berembus tatkala pintu terbuka, menerbangkan setiap helaian rambut putih Acasha yang panjang terurai. Saat itulah sosok pria bermata biru terlihat sangat jelas di hadapannya.Iris birunya secerah langit di musim panas, wajahnya oval dengan rahang yang kuat, kulitnya seputih gading, hidungnya mancung, dan rambutnya berwarna cokelat karamel. Tubuhnya dibalut mantel musim dingin warna hitam yang cukup hangat.Sang pria menatap ramah gadis yang mengenakan dress piyama bermotif bunga mawar."Senang bisa bertemu lagi dengan Nona," sapanya menyunggingkan senyum manis.Selang sedetik, Acasha membalas dengan senyum datar dan tatapan garang. "Bagaimana Anda bisa sampai di sini? Anda seorang penguntit, ya?" tanya sang gadis penuh selidik."Maaf jika kedatangan saya membuat

    Last Updated : 2021-08-28
  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   8. Hukuman

    "Oh, atau mungkin dia sudah di bawah? Ya, ya. Mungkin saja," cetus Varra beranjak melewati Gretta yang membenarkan posisi handuk di kepala. Belum sempat menginjakkan langkah di anak tangga pertama, Varra memutar tubuh. "Gretta, ikut Mom. Bantu Mom cari anak tidak tahu diri itu!" titahnya kemudian. "Mom, aku belum mengeringkan rambut. Kenapa harus repot-repot mencarinya, sih? Dia tidak mungkin berani kabur dari rumah, Mom. Mungkin dia sedang jalan-jalan di luar," sahut Gretta meruncingkan bibir. "Oh, jalan-jalan di luar, ya? Kalau begitu, sekarang cari dia di luar!" perintah Varra beringsut menuruni anak tangga. "Apa, Mom? Mom tidak salah bicara, kan? Di luar sedang turun salju. Masa iya aku ke luar sekarang? Tidak, aku tidak mau," tolak Gretta menyusul langkah ibunya menyusuri lorong. "Cari sekarang atau tidak ada sarapan!" ancam sang ibu terus melangkah cepat. "Mom ...," rengek Gretta mencebik bibir. Ia pun mengentakkan kaki s

    Last Updated : 2021-08-29
  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   9. Maafkan Aku

    Acasha menggigit bibir dan terus menatap boarding pass di tangan. Sebentar lagi dia akan meninggalkan Ispanika, tempat di mana ia tumbuh bersama keluarga Ignatius karena dia memilih untuk pergi bersama seorang pria yang baru dua kali ditemuinya bernama Demian, demi menghindari pernikahan yang tidak diinginkan. Ya. Acasha memang pengecut. Dia lebih memilih melarikan diri daripada menghadapi masa depan yang sudah ditentukan sepihak oleh ibunya. Tapi, bukankah hal itu wajar dilakukan untuk seseorang yang ingin memperjuangkan impian dan cita-cita yang belum tercapai, sementara pendapatnya tidak didengar? Tapi, apakah ini keputusan yang tepat? Apakah ini sepadan dengan kekecewaan yang harus diterima oleh keluarga dan calon suami yang sudah berharap penuh padanya? Bagaimana jika ibu dan saudarinya semakin membenci Acasha? Tapi, bukankah itu semua adalah konsekuensi yang sudah dipertimbangkan sebelumnya oleh Acasha? Lalu, mengapa baru sekarang ia khawatir? Mengapa sek

    Last Updated : 2021-08-30
  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   10. Tanganku Tergelincir

    Tanpa membuang waktu, Demian meninggalkan toilet wanita dan menyusuri lorong, berharap menemukan jejak aroma Acasha yang tertinggal."Fokus, Demian. Fokus!" gumam Demian sembari terpejam beberapa sesaat.Tepat di ujung lorong, samar-samar perpaduan harum bunga Mawar dan Gardenia menyapa indra penciuman Demian. Secepat mungkin ia meninggalkan terminal dan menuju area parkir, kemudian mengikuti aroma tersebut sebelum benar-benar menguap dan diterbangkan angin."Ternyata kau berguna untuk hal semacam ini," gumamnya sembari terus memacu kecepatan mobil sport berwarna navy miliknya yang semakin menderu, membelah jalanan yang lengang.Hingga di suatu titik, tercium aroma khas bunga Anyelir Putih dari vampir Loyal Blood yang masih kental di udara. Terlebih, saat samar-samar harum bunga Mawar dan Gardenia juga bercampur di sana, otomatis berhasil membangkitkan kecurigaan dalam benak sekaligus mempermudah Demian untuk menelusuri dan menemukan keberadaan Acasha.

    Last Updated : 2021-08-31
  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   11. Sangat Kedinginan

    Sensasi dingin hingga menusuk tulang menggugah alam bawah sadar Acasha untuk segera kembali ke dunia nyata. Lambat-lambat kelopak mata si gadis albino terbuka. Acasha sontak terkesiap mendapati dirinya mengapung dan terbawa arus sungai yang dikelilingi lebatnya pepohonan pinus. Kedua tangannya bergerak-gerak cepat ke segala arah seolah ingin menggapai sesuatu. Pada saat itulah, genggaman kuat seorang pria memutar tubuh Acasha. Tampaklah wajah pria berambut cokelat karamel yang basah menatap lekat dengan iris biru jernihnya. "Syukurlah, Nona sudah sadar," ungkap Demian penuh rasa syukur. Belum habis keterkejutan Acasha, pelupuknya kembali terbuka lebar. "D-Demian?? Kenapa kita ada di tengah-tengah sungai?? Apa yang sudah terjadi??" panik Acasha balik mencengkeram kuat lengan Demian. Namun, bukannya menjawab, Demian justru memangkas jarak dengan Acasha. "Demian!" "Sstttt .... Tolong, jangan berteriak," bisik Demian merapatkan tubuh dan m

    Last Updated : 2021-09-15
  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   12. Jujur dan Percaya

    Aroma lezat daging yang baru saja di panggang membelai lembut indra penciuman Acasha, membangkitkan rasa lapar dan menggetarkan indra pengecapnya yang belum mendapatkan asupan sama sekali sejak kabur dari rumah. Melihat kerutan di pelupuk Acasha, Demian menyentuh kening sang gadis yang tak lagi demam. "Nona ...." Acasha mengerjap beberapa saat sebelum pandangannya tertuju pada selimut tebal yang membalut tubuhnya, kemudian piring berisi potongan daging dengan kepulan asap di atasnya. Ia pun menelan saliva. Demian tersenyum seraya mendekatkan piring dengan daging yang masih hangat itu pada gadis di sampingnya. "Nona mau saya suapi?" tanya Demian menawarkan. "Eum ...." Acasha menggeleng pelan. "Saya bisa sendiri," tolaknya lembut, seraya menyambut piring dari tangan Demian. "Pelan-pelan saja," ujar Demian mengambil piring lain di meja. Sambil meniup-niup daging yang mengepulkan asap, Acasha meneliti setiap sudut ruangan.

    Last Updated : 2021-09-22
  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   13. Tidak Sadar Memeluk

    Brak! "Siapa kalian?!" Sontak sepasang lawan jenis yang semula terlelap kini terbangun dari tidurnya, menatap sesosok pria paruh baya bermantel tebal berdiri di ambang pintu yang baru saja dibanting dengan sangat keras. Cuaca yang begitu dingin melemahkan kewaspadaan mereka sampai tidak menyadari deruan snowmobile berhenti di depan pondok tua yang mereka singgahi. Demian beranjak dari sofa, sedangkan Acasha masih duduk sambil berkedip-kedip di atas ranjang, mengumpulkan seluruh kesadarannya. "Maafkan kami. Kami sudah lancang masuk ke pondok Anda tanpa izin. Kami hanya mencari tempat untuk beristirahat sejenak sampai besok pagi," jelas Demian tanpa diminta. Sang pria paruh baya bermantel menurunkan tudungnya. Putih ubannya sudah tampak di berbagai sisi. Pelupuk keriputnya menyipit ke arah Demian, lalu Acasha bergantian. "Sayangnya, hari ini sudah 'besok pagi'," sahutnya terdengar garang. Demian melirik cahaya di balik pu

    Last Updated : 2021-09-24

Latest chapter

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   82. Membuka Tabir

    "Kurang ajar! Beraninya kau pada Tuan Orion!" teriak Gretta yang sejak tadi bersembunyi di balik bayangan Orion. Ia melesat cepat untuk melayangkan serangan kepada Acasha yang berdiri membelakanginya.Namun, dengan gesit, Acasha berpindah dari sana tanpa berhasil tersentuh barang seujung kuku. "Gretta, berhentilah! Aku tidak ingin menyakitimu."Mendengar ucapan Acasha, tubuh Gretta seketika menjadi kaku, kedua kakinya melekat erat dengan lantai dan anggota tubuhnya benar-benar tidak dapat digerakkan sama sekali."Ugh ... kenapa aku nggak bisa gerak? Apa yang kau lakukan padaku?! Lepaskan aku, jalang! Lepaskan aku!!" teriak Gretta sangat lantang."Gretta, apa tuanmu yang sudah mati itu tidak pernah mengajarimu sopan santun? Aku yakin dia sudah pernah mengajarimu, tapi sepertinya otakmu tidak sanggup menyerap pelajaran dengan baik," ucap Acasha dengan ekspresi dan suara bernada datar."Jaga bicaramu! Kau pikir, aku akan bersopan-santun padamu? Cih, jangan harap! Kau bukan Tuan Orion! Me

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   81. Dalam Genggaman

    Deg ... deg ... DEGDEGDEGDEG ....Degup jantung pria yang tengah tertunduk, terkulai tak berdaya dalam cekalan rantai terkutuk pada kedua tangan dan kaki itu, mulanya sangatlah lemah akibat kehabisan darah. Namun, kini debaran di dada terasa semakin cepat, sangat cepat dan semakin intens seolah ingin meledak dan menghancurkan tulang rusuk menjadi berkeping-keping.Demian membuka mata. Ada kilatan merah di lensa birunya yang membelalak lebar. Keningnya berkerut dalam menahan sensasi sakit luar biasa tengah menggedor-gedor dada bidangnya. Peluh bercampur darah pun mengalir di pelipisnya."Khhh ...."Sesak! Paru-parunya terasa dihimpit batu besar dari dua arah berlawanan. Oksigen sama sekali tidak bisa masuk dengan benar memenuhi rongga-rongga udara seolah ia sedang tercekik dan tak sanggup pula untuk berteriak.Tubuhnya lantas memberontak. Bergerak-gerak dengan brutal dan tak terkendali akibat rasa sakit yang tak bisa didefinisikan lagi dengan kalimat apa pun. Tidak ada satu pun ungkapa

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   80. Gerhana Super Blood Moon

    Angin berembus kencang menggoyangkan dahan dan ranting serta menerbangkan butiran salju berputar-putar di udara. Deburan ombak di laut tak kalah riuh menabrak batu karang juga dermaga seolah ingin melahapnya.Langit malam tampak cerah-berawan membawa kelam semakin mencekam saat rembulan perlahan kehilangan cahayanya dan berubah warna menjadi merah, semerah darah.Ialah Super Blood Moon. Fenomena yang terjadi setiap 195 tahun sekali, ketika matahari, bumi, dan bulan berada dalam satu garis lurus. Bulan akan masuk seluruhnya ke dalam bayangan inti atau umbra bumi, sehingga tidak ada sinar matahari yang bisa dipantulkan ke permukaan bulan.Dalam fenomena menakjubkan yang sedang berlangsung itulah, takdir baru sang vampir muda dimulai.Acasha terbangun dengan kedua warna mata berbeda. Iris ungunya telah berubah warna serupa merah darah, menatap lurus vampir berusia ratusan tahun yang tengah memangkunya."Acasha ...." bisik Athan tertegun melihat perubahan yang sudah pernah ia perkirakan s

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   79. Pemandangan Macam Apa?!

    "Dasar sinting!" umpat Chesy bersikeras memberontak dan mendorong tubuh Bedros ke depan. Namun, sang kaki tangan Orion yang setia itu justru mengunci tubuh Chesy semakin kuat dan menancapkan taring tajamnya di leher jenjang Chesy yang sudah sangat menggiurkan sejak tadi. Gluk ... Gluk ... Gluk .... Benar. Mirip tapi beda. Mirip dari rambut ginger-nya yang bersinar cerah bagai daun maple di musim gugur. Lalu, bedanya ... harum tubuhnya bak bunga gardenia yang bermekaran dan manis darahnya sangatlah nikmat, membuat siapa pun yang menghisapnya merasa tenang dan larut dalam kesejukan di setiap tegukan, tak terkecuali dengan Bedros. Aroma gardenia yang diterbangkan angin mencapai indra penciuman Gelsi. Ia pun menoleh. Tepat di depan mata, ia menyaksikan satu-satunya putri kesayangannya yang seorang Half Blood Klan Agathias tengah tak berkutik dalam rengkuhan Loyal Blood Klan Remo. Terpantiklah percikan api seketika mengobarkan kemurkaan di dalam diri seorang ayah vampir. "ENYAHK

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   78. Sayangnya, Dia Sudah Mati

    Sang surya mulai menyembunyikan terang sinarnya, berganti dengan gulita yang siap menyongsong hamparan kristal beku, menambah suasana mencekam yang semakin menyelimuti Pegunungan Wolley.Udara dingin bukanlah masalah besar bagi para vampir, tetapi serangan dari makhluk yang diciptakan dari darah terlarang itu tak kunjung berakhir. Mereka datang dari berbagai penjuru, bagai muncul dari selang air yang menyemburkan Forbidden Blood nan menjijikkan, hingga membuat muak para Loyal Blood yang tengah membasmi mereka. Namun, ada satu hal positif yang bisa menjadi petunjuk. Dengan semakin rapatnya intensitas kemunculan Forbidden Blood, berarti mereka sudah semakin dekat dengan lokasi tujuan.Athan, sang Pure Blood Klan Agathias, ditemani Half Blood dan ketiga Loyal Blood terdekatnya, terus berlari dalam kecepatan yang sama—sangat cepat—demi mengejar detik yang terus bergulir."Waktu kita tidak banyak," gumam Athan setelah menatap langit sesaat.***Setelah menghadapi segala aral melintang, ak

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   77. Evakuasi

    "Jangan bilang ... dia belum kembali," ucap wanita itu, tercenung."Ha ...." Ela mendongakkan kepala, menghela napas kesal. "Nona, saya tahu, Anda tidak menyukai Nona Acasha, tapi saya tidak menyangka kalau Anda sejahat itu.""Nona Zelika, kenapa Anda tega meninggalkan Nona Acasha sendiri? Seharusnya Anda membawa dia kembali bersama kami!" imbuh Lieke tersulut emosi, entah ke mana perginya ketakutan dan kekhawatiran yang sempat menciutkan nyali.Zelika memejamkan pelupuk sambil memijat pangkal hidungnya pelan. "Nona-Nona Sekretaris, sebenarnya bukan saya yang meniggalkan, justru saya yang ditinggalkan. Lagi pula, saya sudah berbaikan dengan Nona Acasha. Sudah tidak ada lagi niat jahat padanya barang sedikit pun."Dengan alis yang masih bertaut, Lieke membalas, "Lalu, di mana dia sekarang?""Mungkinkah, dia sudah masuk ke sini sebelum kami?" celetuk Ela. "Atau berlindung di tempat lain?" lanjutnya.Zelika mendesah pelan. Parasnya tetap terlihat cantik dan menawan meski gurat keresahan

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   76. Alarm Peringatan

    Brakk!!! Sebilah meja persegi panjang yang terbuat dari pahatan kayu pinus seketika terbelah dan hancur berkeping-keping setelah Athan menerima kabar buruk yang disampaikan oleh Chesy.Bukannya dia tak tahu, bahkan dia sudah memperkirakan bahwa peristiwa ini cepat atau lambat akan terjadi jua. Namun, ia tetap tak bisa menyangkal atas ketidaknyamanan yang sedang ia rasakan saat ini. Bagaimana pun dia telah gagal mengantisipasi."Dasar, ceroboh!" umpat Demian, menggeram. Alisnya menukik tajam, bak bara api menyala di merah matanya, rahangnya mengetat, pun tangannya mengepal erat.Tak berbeda jauh dengan Chesy, perasaannya sangat kalut. Sambil menahan emosi yang terus menggelegak, ia menunjukkan ponsel milik Demian dan Acasha yang sudah remuk."Kami menemukan ini ... sudah hancur tergeletak di trotoar."Tanpa berkomentar, Athan menatap tajam Gelsi yang tengah sibuk dengan laptop di lantai—sebab meja yang semula dijadikan alas sudah dihancurkan Athan dan dia membutuhkan kesepuluh jarinya

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   75. Demian dan Bocah Iblis

    Tanpa mereka sadari, seorang pria dengan setelan jas formal tengah mengintai mereka sejak tadi. Dia terus memerhatikan dari kejauhan tanpa sedikit pun berpaling.Dialah Demian. Pria yang diam-diam mengikuti ke mana pun Acasha pergi hampir seminggu ini, tapi bersikap sok cuek ketika berhadapan langsung.Dia melakukan semua itu untuk menutupi rasa canggung yang terbentang sejak pengakuan bodohnya tempo hari.Namun, entah dasar apa, Demian tetap tidak bisa melepaskan Acasha menjauh dari pandangannya barang sedetik saja. Karena itulah dia melakukan cara ini di belakang. Sebuah tindakan pengecut dari seorang pria yang masih mencari-cari makna dari kata cinta.Demian yakin, gadis muda yang tengah menggandeng lengan Acasha itu memiliki hubungan yang tidak baik dengan Acasha. Tapi, apa yang telah terjadi sampai mereka bisa tampak sedekat itu?Namun, sebelum itu, bagaimana bisa gadis itu ada di sini? Sudah dipastikan sebelumnya, tak ada satu pun dari mereka yang mengetahui ke mana perginya Aca

  • LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA)   74. Berkat Itu, Kita Bertemu

    Setibanya di suatu restoran bernuansa kafe yang tak terlalu jauh dari kantor, Acasha dan Zelika duduk berhadapan dengan canggung."Ehm, soal tadi ... apa yang ingin Nona bicarakan?" tanya Acasha membuka percakapan setelah keheningan yang panjang.Zelika tampak ragu-ragu. Ia pun menyesap lemon tea yang sudah mereka pesan, lalu menatap Acasha lekat-lekat. "Saya ... maafkan saya, Nona ...." ucapnya dengan wajah tertunduk. Entah ke mana perginya kepercayaan diri dan keangkuhan yang selalu terpancar di wajahnya.Alis Acasha mengerut. "Maaf? Maaf untuk apa?" tanyanya masih tidak mengerti.Ingatan tentang kemurkaan sang pemimpin klan tempo hari seketika kembali terekam di benak Zelika. Tanpa perlu mengetahui latar belakang tentang status dari sang sekretaris itu, Zelika harus sadar diri dan tahu batasan bahwa Acasha bukanlah seorang manusia sembarangan. Pastilah dia punya pengaruh besar untuk klan Agathias."Saya melakukan kesalahan pada pertemuan terakhir kita. Saya tidak yakin Nona ingat a

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status