"Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa aku diperlakukan seperti ini?" gumam Laura Estelle. Ia merasa sangat asing dengan perlakuan beberapa orang yang kini sedang memoles wajah dan tubuhnya, ada sekitar 5 orang yang meladeninya. Sebagai budak wanita yang sudah pernah terjual beberapa kali, kali ini ada yang berbeda dari biasanya, tidak ada cambukan, tidak ada perintah menjadi pelayan, justru dirinya diurus seperti seorang putri. Ia merasa canggung dan sangat malu, terlebih lagi memperlihatkan tubuhnya yang kurus dan penuh dengan bekas luka membuatnya enggan untuk melepas kain. Bukankah dirinya ini tidak berharga? Binatang peliharaan bahkan lebih berharga dari padanya karena dia hanya seorang budak.
Waktu tak terasa cepat berlalu hingga persiapan Laura akhirnya selesai. Dia telah didandani dengan super cantik, bahkan ia tidak percaya jika pantulan wanita di dalam cermin adalah dirinya. "Apa ini benar-benar aku?" Ia menatap gaun yang dikenakan tampak begitu indah. Sungguh tak percaya jika ia mengenakan gaun semahal ini. "Nona, mari, sudah saatnya kita berangkat." Para pelayan itu membawanya keluar dengan menaiki kereta, sampai akhirnya tiba di Tanah kekuasaan Ziarkia. Laura turun dari kereta dan keningnya mengkerut sibuk memikirkan betapa mewah dan kayanya orang yang telah membeli dirinya. Sampai akhirnya para pelayannya berhenti di salah satu kamar. "Yang Mulia, dia sudah datang," ujar pengawal yang berdiri di depan pintu. "Bawa dia masuk!" Pengawal langsung membukakan pintu kamar dan mempersilahkannya untuk masuk ke ruangan. Seorang pria jangkung sedang berdiri di jendela, ia menatap ke arah luar yang menampilkan sejumlah rumah-rumah rakyat yang di kuasainya. Laura tak sabar ingin melihat tampang pria yang telah membelinya. Ia pikir pria yang membelinya adalah pria yang ada di hadapannya. "Jadi dia yang telah membeliku?" tanyanya dalam hati. Tampak samping posisi berdiri pria itu menampilkan beberapa detail, rambutnya yang berwarna hitam dan sedikit panjang, alisnya terlihat sangat lentik dan tebal, lalu matanya yang berwarna coklat dari kejauhan, kesimpulannya adalah ... siapa pun yang melihat rupa pria di hadapannya ini pasti akan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Tak terkecuali wanita yang sedang berdiri di belakangnya sedikit penasaran hingga menunggu untuk melihat wajahnya. Ia pun berjalan hingga langkah kakinya terdengar jelas, membuat sang pria menoleh padanya. Jarak antara keduanya tidak terlalu jauh, lalu pria itu memperhatikan Laura yang ada di hadapannya, rambutnya yang berwana biru itu cukup menarik perhatian, ia meneliti dari ujung kaki hingga kepalanya. Namun, alisnya mengkerut ketika melihat bagian tubuh yang tak tebalut kain dari Laura yang penuh dengan bekas luka. "Apa dia wanita yang dikirim si duke?" tanya pria itu. Laura yang ada di hadapannya menjadi tegang setelah melihat sedikit rupa pria di hadapannya dan ia telah salah paham bahwa pria di hadapannya ini bukanlah orang yang telah membelinya. "Hah, jadi bukan dia? Lalu di mana pria yang telah membeliku?" batinnya. Laura tersadar ketika melihat sebuah lambang kaisar di jubah pria itu. "Benar, Yang Mulia," ujar pengawal. Ada beberapa rumor tentang Kaisar Ziarkia. Kaisar diisukan selalu meminta seorang wanita untuk menemaninya tidur. Namun, tidak ada satu pun yang bisa memikat hatinya. Beberapa wanita yang pernah menidurinya tidak akan bertahan satu hari menemaninya. Setelah melakukan hubungan badan, kaisar akan langsung mengusir mereka. Bahkan, beberapa wanita langsung dibunuh olehnya jika bertingkah tidak sopan. Dan seseorang yang selalu memberikan wanita adalah duke dari Nest. "Apa si duke terang-terangan menghinaku dengan mengirim wanita ini?" kesal kaisar setelah melihat tubuh yang berbekas luka dari wanita di hadapannya. Dari nada bicaranya pengawal cukup panik jika ia melihat kaisar mereka tersinggung dengan kiriman dari duke kali ini. "Yang Mulia, apa sebaiknya kita bunuh wanita ini dan mengirimkan mayatnya?" tanya pengawal, ia telah bersiap mengeluarkan pedang dari sarungnya. Laura mendengar percakapannya dan langsung terkejut. Jadi, hari ini apa alasannya aku dibawa ke sini? Atas perintah seorang duke? Ia bahkan harus meminta izin pada kaisar setelah membelinya? Untuk apa membeliku jika aku di hadapkan dengan kematian? Apa alasannya mengirimkan padanya? Jika begitu, seharusnya ia tidak perlu menyiapkan persiapan diriku secantik ini. Kaisar memperhatikan kembali wajah Laura di hadapannya cukup lama. Rambut berwarna biru, satu hal yang membuatnya berfikir sejenak, pandangannya beralih pada bola mata yang indah senada dengan rambutnya, seolah ia mengingat seseorang. Deg. Tiba-tiba saja mata kaisar membulat tak percaya, ia baru saja teringat pada bayangan seseorang? Di samping Laura itu, berdiri bayangan wanita yang sangat ia rindukan. Dia ... entah kenapa begitu mirip dengannya. "Baiklah. Jangan dibunuh, akan kuterima dia. Tinggalkan dia di sini dan keluarlah," pinta Kaisar. "Baik Yang Mulia." Para pelayan dan pengawal pun meninggalkan Laura seorang diri. Pintu sudah menutup, suasana ruangan kaisar menjadi hening. Dengan waspada, suasana menjadi sangat canggung, tapi Laura mengerti dan menunduk hormat pada Kaisar. Kaisar duduk di ujung tempat tidurnya. "Kemari kau," pintanya. Laura melirik tatapan kaisar. Sejak kaisar bersuara, Laura merasa pernah mendengar dan mengenali suaranya itu sebelum ini. Suara yang asing, namun sekaligus tidak asing, apa aku pernah bertemu dia sebelumnya? Kaisar pun bangkit dari tempat tidur dan menghampirinya. Ia pun mengajak Laura untuk mengikutinya. Begitu wajah pria itu mendekat dan menjulurkan telapak tangannya, "Kemarilah." Bayangan seorang lelaki muda terlihat di sampingnya. Di situlah Laura menyadarinya. Bayangan lelaki itu, ia mengingatnya sekarang. Dia adalah penolong sekaligus teman dekat di masa lalunya. Tidak Mungkin. Pria di hadapannya itu ternyata adalah sahabat sejatinya. Mereka dulu selalu bersama sebagai dua anak yatim piatu, berlatih pedang bersama untuk bertahan hidup, hingga menjadi tentara bayaran. Kenangan itu, kenangan yang paling membahagiakan dalam hidupnya sekaligus sangat menyakiti hatinya. "Stefen Angelo Collin." Teman masa kecil sekaligus cinta pertamanya. Tidak disangka mereka berdua dipertemukan kembali setelah 5 tahun berpisah. Dan Laura kini melihat Stefen sudah menjadi kaisar di negara ini. Cukup lama menunggu, Stefen akhirnya menarik lengannya untuk membawanya lebih dekat, memeluk pinggangnya sembari menggodanya. "Wajahmu mengingatkanku pada seseorang, Kamu sangat cantik, aku berani bertaruh, kamu pasti punya nama yang sama cantiknya dengan wajahmu, kan?" tanyanya dengan menggoda. Apa? Bak tersambar petir, Laura kaget sekali dengan ucapan Stefen. Namun ia tidak bisa membalas perkataannya. Kenapa? Stefen lalu menjatuhkannya di atas ranjang, ia bahkan mencoba menindihnya dan berkata hal-hal yang membuat Laura tidak percaya. "Jangan takut. Aku berjanji akan memperlakukanmu dengan lembut," ucap Stefen. Kenapa? Perlahan Stefen membuka atasan bajunya dan membuat dadanya sedikit mengembul, sedangkan Laura hanya bisa menutup mata menoleh ke arah lain dan berurai air mata. Kamu benar-benar tidak mengingatku!? Atau berpura-pura tidak mengenalku?!'PADAHAL HIDUPKU HANCUR GARA-GARA DIRIMU!' gerutunya dalam hati.Sehari sebelum pertemuan mereka kembali. Dalam aula pertemuan rapat kerajaan, antara para penasihat dan para tetua serta para bangsawan terkemuka yang selalu diadakan setiap awal bulan. “Yang mulia, Kapan Anda akan menikah?” tanya seorang tetua. Pertanyaan ini sudah yang keempat kalinya. “Menurutku, aku masih terlalu muda, apa hari ini hanya membahas hal ini lagi?!” tanya Stefen kesal. Semuanya menundukkan kepalanya setelah mendapatkan tatapan tajam Stefen, terkecuali duke dari Nest. “Tentu saja, Anda tidak akan perlu memikirkan pernikahan, Anda bisa memiliki para wanita dengan mudah dan aku selalu mencari para wanita elit untuk menghiburmu,” ujar duke tua dengan senyum licik. Bagi Stefen, duke dari Nest selalu berusaha mengambil hatinya dengan mendatangkan wanita untuk melayaninya. “Meskipun kau telah berusaha, aku tidak pernah tertarik dengan wanita yang kau pilih, mereka hanya alat pemuas nafsu sesaat.” Meskipun aku sengaja mengikuti permainan Duke Samuel tentang rumor bah
Meskipun wanita dihadapannya ini bisu. Stefen tidak merasa jijik, justru ia memasang wajah senang berharap si wanita itu adalah seseorang yang sangat dia rindukan.'Jangan melihatku seperti itu!' tiba-tiba Laura teringat kembali perkataan dan wajah Stefen di masa lalu. Laura menolehkan kepalanya ke arah lain."Kenapa kau menolehkan kepalamu?" tanya Stefen sembari menarik kembali dagu Laura untuk menatapnya kembali.Bukannya kamu membenci tatapanku seperti ini? Kenapa kamu sekarang seperti ini? gerutu Laura dalam hati."Pasti sulit sekali mendapatkan orang seperti ini," gumam Stefen."Hah?" Laura bingung dengan perkataan Stefen. Sikap Stefen yang seperti ini tidak pernah terlihat di masa lalu. Stefen yang selalu tegas dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Mengapa dia bisa selembut ini sekarang?"Usaha si duke benar-benar patut dipuji," terang Stefen.Stefen merasa bahagia jika wanita yang ada di depannya memang benar-benar Laura. Bahkan ia mencoba mengelus kedua tangan dan kakinya y
15 tahun yang lalu saat penduduk Sinoi dibantai habis, hanya Stefen dan Laura yang masih hidup. Keduanya mulai hidup bersama setelah itu."Kau tidak dibunuh dan berhasil kabur?" tanya Stefen."Aku sedang dalam perjalanan jauh dari kota bersama kakakku, tapi mereka ...." jawaban Laura dimengerti oleh Stefen."Ah. Kalau begitu penduduk Sinoi sekarang hanya tinggal kau dan aku. Kau adalah penduduk asli, pasti bisa menggunakan sihir," ujar Stefen. Tapi Laura menjawab dengan gelengan kepala."Hah? Yang benar saja? Kau tidak pernah menggunakan sihir?" bingung Stefen. Namun dibalas anggukan Laura."Meskipun aku penduduk asli, keluargaku belum pernah mengajarkan sihir padaku, namun mereka melakukan sesuatu pada tubuhku," terang Laura.Stefen mengerti, itu sebabnya Laura berhasil kabur. Bau tubuh khas penduduk Sinoi tidak tercium dalam tubuh Laura, sehingga para tentara itu tidak menemukannya.***Peperangan telah usai, Stefen dan Laura yang masih berusia 10 tahun itu mengunjungi desa kembali
"Anda ingin menyewa kami untuk melakukan pekerjaan macam apa?" tanya Stefen. Kali ini Stefen mendapatkan klien dari putri bangsawan istana kekaisaran. di sampingnya ada Laura yang menemaninya sebagai asisten.Mata putri itu menatap Laura."Dia seorang pria, kan? tapi wajahnya sangat cantik," ucap putri sembari menunjuk pada Laura, membuat Laura mematung karena baru kali ini dia disebut cantik.Benarkah? Aku cantik?"Bagaimana kalau kau jual dia padaku? Di kalangan bangsawan, ada sebuah tren dengan memiliki seorang babu untuk dipukuli," terang putri semakin membuat Stefen dan Laura tak mengerti."Jual dia padaku! Akan kubeli dia dengan harga yang bagus," senyum putri. Stefen yang mendengarnya langsung geram."Pemimpin macam apa yang menjual anggotanya sendiri?""Berhentilah sok suci. Di zaman sekarang, memangnya masih ada yang namanya loyalitas? yah, aku toh tidak berharap bisa membawanya pulang denganku hari ini juga," terang sang putri sembari berdiri sebelum meninggalkan tempat."Ka
"Seharusnya aku melakukannya sejak awal. Aku sendiri tidak paham kenapa aku membiarkan orang menyusahkan macam dirimu berkeliaran di sekitarku," ujar Stefen membuat Laura terpukul."Kamu bercanda, kan, Stefen? Tidak mungkin kamu mengatakan hal seperti itu," ucap Laura lirih. Apa yang membuat Stefen berubah? Dia masih marah karena sebuah ciuman? Apa itu layak dibandingkan dengan menjual dirinya?Stefen membalikkan badannya. "Marquis Hauren akan mengirimkan kereta untuk menjemputmu siang ini. Jangan banyak protes dan cepatlah pergi!"Laura terbelalak masih tidak percaya. Dia berlari dan menahan lengan Stefen sebelum hendak pergi."Stefen, kamu bilang aku saudaramu! Bisa-bisanya kamu melakukan semua ini tanpa memberitahukanku alasannya?!" geram Laura."Tidak ada saudara yang bisa berciuman!"Deg. Kenapa kamu tega berkata begitu? batin Laura.Bruk.Perkataan itu membuat Laura terhenti dan terjatuh ke lantai. Stefen langsung meninggalkannya."Stefen! Kau ... dasar keparat! Penipu! Bajing
Laura kini sudah memakai gaunnya kembali, ia bahkan tidak tau apa ia akan tinggal bersama Stefen atau kembali kepada si Duke yang sudah membelinya? Di dalam hati ia tidak memilih di antara keduanya. Ia hanya ingin bebas, sampai akhirnya kepala pelayan kaisar datang memasuki ruangan menghampirinya sembari membawa buku dan alat tulis."Saya yakin Anda telah diajari dan diberitahu di tempatnya Duke, Tapi sekedar mengingatkan, Anda tidak boleh tidur dengan pria lain selama setahun ke depan, karena Anda mungkin saja mengandung keturunan kaisar yang berharga, jika Anda tidak mematuhi aturan ini, Anda akan dianggap berkhianat dan mendapatkan hukuman yang berat," ucap kepala pelayan. Mendengar pernyataan itu seolah Laura terikat untuk menjadi wanitanya Stefen, apalagi dengan kejadian yang memungkinkan untuk mengandung anak Stefen. Laura bahkan tak sudi melahirkan anak dari Stefen. Ia harus menemani Stefen sampai setahun? Bahkan mendengar kalimat tidur bersama pria lain membuatnya ngeri. Stefe
Duke Samuel cukup terkejut melihat Stefen yang tersenyum padanya."Anda benar-benar menyukainya? Wanita dari pelelangan dengan tubuh penuh dengan bekas luka, apa dia seleramu?" tanya Duke Samuel dengan tatapan menghinanya."Meskipun tubuhnya penuh dengan bekas luka, dia benar-benar seleraku," lirih Stefen."Kalau begitu aku senang mendengarnya.""Senang kau bilang? Di sini hanya ada kita berdua Duke Samuel, bisakah kau lebih jujur sedikit?" ejek Stefen. Ia sangat mengenal sifat Duke tua Nest ini, setiap dia mengirimkan wanita, selalu ada bayaran yang dia minta."Memang benar kata orang, kita bisa menyingkirkan seseorang dari tempat kumuh, tapi tidak akan bisa menyingkirkan kekumuhan dari orang itu," jelas Duke.Stefen menahan emosi dan menunjukkan tatapan tidak suka atas penghinaan Duke Samuel.Dia sama sekali tidak ragu menyuarakan apa yang dia pikirkan. Dia pikir aku ini masih bocah atau apa? Batin Stefen."Apa kau lupa kau sedang bicara dengan siapa?" tegas Stefen."Apa Anda juga s
Pandangan Laura dan pangeran Maxwell saling bertemu, sampai akhirnya Laura tersenyum pada pangeran, membuat pangeran tersipu malu dan salah tingkah."Ehem, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena tidak mengenali Anda, izinkan saya memperkenalkan diri sekali lagi, saya Maxwell, ahli waris tetap dari Duke Samuel Val Kilmer," ungkap pangeran Maxwell.Setelah berkenalan, pangeran Max bersama pengawal mengantarkan Laura masuk ke istana Nest."Staf kekaisaran akan mengikuti protokol dan mengambil sertifikat budak Anda. Status Anda sekarang adalah orang biasa. Namun, Anda akan dapat menikmati gaya hidup yang sama dengan para bangsawan di kota Nest begitu pula kekaisaran Ziarkia. Kalau ada sesuatu yang ingin Anda pelajari atau hobi yang ingin Anda lakukan, mohon jangan ragu untuk memberi tahu kami."Laura berfikir keras dengan segala pemberian yang besar pada dirinya.Kenapa mereka memperlakukan aku seperti seorang putri? Apa karena aku sudah dianggap wanitanya kaisar? Oh ayolah. Berhenti
Kabar kritis Stefen sampai ke telinga Astra di kediamannya. "Apa katamu? Stefen tidak sadarkan diri? Apa yang terjadi padanya selama ini?" Astra kaget mendapat kabar baru tentang Stefen yang kondisinya kritis. “Saya dengar Yang Mulia mogok makan berhari-hari, seminggu hanya minum satu gelas air hangat, rutinitasnya berburu binatang dan membagikannya kepada orang miskin, namun tubuhnya yang tidak seimbang menyebabkan dia dicakar oleh seekor beruang besar." Air mata Astra mengalir cukup deras tanpa suara, kedua telapak tangannya terkepal penuh haru. "Kenapa dia tidak berselera makan? Mungkinkah dia sedang merasa kehilangan aku atau... dia dibuat sedih oleh wanita berambut biru itu?" suara Howard teringat kembali, Howard pernah mengatakan padanya jika Red adalah Laura Estelle. Tidak-tidak, tidak mungkin seperti itu. Astra menatap dirinya di cermin, mata hijaunya menghilang, emosinya terkikis, kini ia telah kehilangan kekuatan sihir pemotongannya. Menjadi manusia biasa membuat
Baron berusaha membangunkan Laura dengan menepuk lembut pipinya, ia mengamati bagian tubuh Laura yang terlihat di hadapannya, ia tidak melihat satupun luka di tubuhnya, mengapa Laura sendirian dan terbaring seperti ini? dia benar-benar berniat untuk meninggalkan semuanya? Pikir Baron, yang ia tahu, Laura adalah wanita yang sangat kuat dan gigih. Untuk pertama kalinya dia melihat Laura terjatuh lemah seperti ini, melihat pahlawan wanita yang sangat berjasa atas kehidupannya, Baron merasakan sakit hati yang luar biasa karena telah gagal menjaganya dan membalas kebaikan Laura selama ini. “Laura, Laura, bisakah kamu mendengarku?!” panggil Baron dengan lembut. Tidak ada satupun pergerakan yang terlihat, di tengah hujan yang sangat deras dan angin kencang, Baron memaksakan diri untuk menempatkan Laura di atas kudanya. Meski dalam perjalanan Baron berharap Laura baik-baik saja, kini ia memikirkan keduanya dengan perasaan khawatir yang sama pada Stefen dan Laura. Mengapa kalian berdua t
Seminggu setelah Stefen siuman, Stefen mendapat balasan dari Kirim yang kembali membawa pesan tentang Laura, namun mirisnya Stefen mendapat kabar yang menyedihkan, hadiah yang diberikannya tidak diterima dan yang lebih mengejutkannya adalah Laura meninggalkan Nest dan juga Ziarkia, dia sangat sedih mendengar hal itu, ia melampiaskan emosinya dan kembali berburu ditemani para pengawalnya, gambaran mimpi buruk selalu muncul di benaknya dan tidak pernah berhenti. "Enyahlah di hadapanku!." Kata-kata Laura sangat menusuk, membuatnya kehilangan semangat hidup, betapapun dia mengalihkannya untuk berburu, dia masih terus mengingat kata-kata itu berulang kali. Suatu ketika seekor beruang besar hampir terjatuh menimpa tubuhnya yang lebih kecil. Para penjaga sudah siap turun tangan membantu Stefen, namun dengan cepat menggunakan jurus pedang tankendon, beruang besar itu terluka. Darah kental beruang itu muncrat ke seluruh tubuh Stefen. Stefen berbalik dan pergi dengan tatapan kosong, sementar
Max tersulut emosi dengan ucapan Kirim, semua hanya karena ikrar ketika wilayah kekuasaannya berhasil diambil alih menjadi milik Ziarkia. Mau tak mau ada beberapa penegasan yang menjadikan dirinya tak bisa melawan balik. Kirim bisa menatap mata tegas itu sebagai emosi Max yang sangat kontras, sehingga ia memberi cibiran padanya. "Kalau tatapan itu bisa membunuh! Aku yakin bahwa itu sudah bisa menebak keinginan hasrat untuk membunuhku!" Terdengar kasar jika kalimat itu dilontarkan di hadapan wanita yang dicintai Max. "Dengar, Kirim, aku bisa mengusirmu sekarang juga dan melarangmu untuk datang kemari lagi!" Max tidak ingin jika wanita yang ia cintai melihat emosi dirinya yang berapi-api dia sungguh menjaga martabat itu, agar Laura bisa memandangnya sebagai pria yang baik dengan penuh ketulusan. Tapi tak bisa dipungkiri lagi jika perang saling tatap terus berlanjut antara dirinya dan kirim. "Coba saja kalau bisa!" ucap Kirim melawan balik dengan menatap matanya.. Laura ha
Seminggu kemudian, kehidupan di Nest aman terkendali, Laura mulai mendapatkan pelajaran baru tentang pedang, guru yang melatihnya terlihat tangguh dan juga lincah, wajahnya terlihat sangar dan menakutkan namun ternyata pria itu sedikit periang dan juga suka bercanda dengannya. Laura yang sudah sangat lama tidak berlatih pedang merasa gerakannnya kembali kaku, ia mendapatkan kesulitan mengimbangi tubuh saat berlatih bersama gurunya yang berkulit sawo matang, rambutnya panjang hingga di kucir di belakang, namun ia memiliki penampilan yang sangat gagah dan juga telaten. Bunyi perlawanan pedang masih terus berlanjut, Laura sudah merasa terintimidasi oleh serangan gurunya, hingga dalam gerakan terakhir berhasil membuat pedangnya terjatuh, sang guru memintanya beristirahat. hah hah hah suara helaan nafas Laura. "Luar biasa, Nona. Ini baru perlatihan pertama, tapi gerakanmu terlihat sudah terbiasa memakai pedang," puji guru. Laura tersenyum setelah mendengar pujian dari gurunya, rasa
Pencarian Ritim masih terus dilakukan hingga malam hari, Max telah memerintahkan seluruh bawahannya untuk tidak menyerah dan mengeluh sampai Ritim ditemukan. Terlalu lama menunggu, ia akhirnya kembali menemui Laura di kamarnya. Di belakang pintu, ia hendak mengetuk tapi perlahan ia urungkan niatnya karena merasa gagal melindungi Laura dari bahaya, karena merasa malu untuk bertatap muka, Max hanya mampu berkata dibalik pintu mencoba memanggil namanya. "Laura, apa kau sudah tidur?" tanyanya dengan suara yang rendah. Laura masih terisak, hatinya masih mengingat segelintir ingatan yang kembali padanya, mendengar suara Max, ia langsung membuka pintu dan menyenderkan kepalanya. Max tertegun sebentar hingga ia perlahan membalas Laura dengan pelukan. Saat ini Laura merasa sedikit stress antara keberuntungan dan kesedihan yang membuatnya bertahan hidup selama ini ternyata telah lama dalam lingkaran ramalan ibunya. Ia membutuhkan sandaran untuk hatinya yang sedang bersedih, dan Max tepat di
Ritim sudah hampir sekarat semenjak ia melarikan diri dari Nest. Ini adalah pertama kalinya ia merasa sesak nafas karena bau darah yang menyengat dari Laura, ia bertanya-tanya pada dirinya mengapa ia merasakan hal itu? Tidak bisa mendekatinya dan melarikan diri. Kesal disertai dengan emosi karena terpaksa berpisah dengan pangeran Max yang sangat dicintainya. Kembali ke Black Hall tempat persembunyian ras iblis Raja Neon, dengan nafas yang tersenggal dan langkah kaki yang kikuk, Ritim terus memaksakan diri untuk terus berjalan. Howard yang kebetulan berjalan tak sengaja memperhatikannya di kejauhan, ia melihat Ritim dengan wajah yang pucat dan melihat wanita itu terus berteriak. "Panggil Raja Neon, sekarang! Cepat!" teriak Ritim pada bawahan yang sedang berjaga. Tak kunjung lama Raja Neon datang menghampirinya, Howard yang berada di kejauhan penasaran dengan apa yang sedang dia lihat di hadapannya, ia pun dengan hati-hati bersembunyi untuk memperhatikan Raja Neon dan Ritim mengobrol
"Ibu, apa yang akan kau lakukan padanya?" tanya seorang laki-laki remaja yang berdiri dengan penasaran melihat penyihir wanita itu bersiap-siap membuka pakaian Laura yang saat itu masih anak-anak dan terbaring di atas kasur dengan tak berdaya. "Aku melihat ada malapetaka untuknya setelah ini, tapi, aku ingin dia bisa hidup seperti anak normal lainnya, di bawah sinar matahari dan melihat benda-benda indah di sekelilingnya," balasnya. Sejak Laura terlahir ke bumi, ia sudah memiliki penyakit langka yang membuat dirinya tidak bisa dekat dengan matahari dan bulan. Ia hanya bisa berdiam di rumah dengan tubuh yang memiliki banyak tanda seperti luka bakar. Penyakitnya ini membuatnya sangat menderita hingga dirinya tak sanggup untuk hidup lebih lama lagi dan memilih untuk tidak bicara pada siapa pun. Tidak dibiarkan keluar, menatap teman sebaya yang terdengar bergembira di lapangan membuatnya sangat iri. Betapa dirinya hidup dengan tubuh yang begitu lemah, hingga ia merasa berkecil hati dan
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Neon dengan mata yang terbelalak, ia terkejut karena ia kembali pada waktu sebelumnya menyerang, dirinya di tempat yang sama dan melihat rakyat Ziarkia baik-baik saja, dia masih mengingat apa yang dia lakukan sebelumnya karena hampir menyerang seluruh pengawal di Ziarkia. Namun yang lebih mengejutkan adalah ia menatap Lyra di hadapannya berdiri dengan penuh luka di sekujur tubuhnya."Apa kau sudah gila! Kau benar-benar memilih mati!" teriak Neon.Lyra tidak bergeming, kepalanya sudah mulai terasa berat dan matanya menjadi remang-remang, kekuatannya sudah diambang batas.Sementara Raja Ziarkia yang masih terperangkap dalam sangkar salju tak kuasa menahan derita dan terus memukul sangkar salju, berharap ia bisa membantu Lyra yang sudah berkorban untuk Ziarkia.Lyra menatap kekasihnya dengan senyuman yang sangat tulus, ada perasaan yang sangat bersalah di dalam hatinya ketika ia memandang pandangan Neon dan kekasihnya."Semua ini salahku! Jika saja ak