15 tahun yang lalu saat penduduk Sinoi dibantai habis, hanya Stefen dan Laura yang masih hidup. Keduanya mulai hidup bersama setelah itu.
"Kau tidak dibunuh dan berhasil kabur?" tanya Stefen.
"Aku sedang dalam perjalanan jauh dari kota bersama kakakku, tapi mereka ...." jawaban Laura dimengerti oleh Stefen.
"Ah. Kalau begitu penduduk Sinoi sekarang hanya tinggal kau dan aku. Kau adalah penduduk asli, pasti bisa menggunakan sihir," ujar Stefen. Tapi Laura menjawab dengan gelengan kepala.
"Hah? Yang benar saja? Kau tidak pernah menggunakan sihir?" bingung Stefen. Namun dibalas anggukan Laura.
"Meskipun aku penduduk asli, keluargaku belum pernah mengajarkan sihir padaku, namun mereka melakukan sesuatu pada tubuhku," terang Laura.
Stefen mengerti, itu sebabnya Laura berhasil kabur. Bau tubuh khas penduduk Sinoi tidak tercium dalam tubuh Laura, sehingga para tentara itu tidak menemukannya.
***
Peperangan telah usai, Stefen dan Laura yang masih berusia 10 tahun itu mengunjungi desa kembali. Mereka melihat seluruh penduduk dan tentara yang tumbang mengisi tanah desa dengan kumpulan mayat yang tergeletak di tanah. Stefen berencana mengambil barang berharga yang masih tersisa di sana.
"Cari apa saja yang bisa dijual!" ucap Stefen.
Lalu mereka berdua mulai mencari barang berharga di sekitar ribuan mayat.
"Maafkan aku," ujar Laura yang mengambil cincin dari jemari mayat seorang tentara.
"Bagaimana keluarga mereka bisa mengidentifikasi mereka kalau kita mengambil barang-barang mereka di sini?" tanya Laura, ia merasa tindakannya ini kurang tepat.
"Hei. Kau lupa? Mereka yang membunuh keluargamu! Mulai sekarang aku akan mengajarimu. Pokoknya dengarkan aku dan lanjutkan, ambil semua barang berharga, agar kita berdua bisa bertahan hidup," jawab Stefen. Laura kembali mencari barang berharga.
Setelah beberapa saat kemudian,
"Ini, sudah semuanya," ucap Laura sembari menyodorkan sekantong barang berharga yang ia temukan.
Stefen memperhatikan anak perempuan itu. Rambut berwarna biru yang cukup panjang sebahu, lalu matanya yang berwarna senada yang terlihat begitu indah. Ketika melihat anak itu bersih dari noda di wajahnya, ia cukup menarik, tapi dengan segera ia menyangkal semua itu.
"Ini. Pegang," pinta Stefen memberikan pedang pada Laura.
"Berat apa tidak?" tanyanya.
"Emmhhh tidak terlalu berat menurutku," jawab Laura. Perlahan Stefen memperhatikan rambut itu, lalu ia merencanakan sesuatu.
"Balik badan!"
"Eh?"
Stefen membalikkan badan Laura dan Zrashhh. Stefen memotong rambut Laura dengan belatinya menjadi lebih pendek.
"Kenapa kamu memotong rambutku?" tanya Laura kesal, dia cukup kaget dan tidak percaya apa yang dilakukan Stefen padanya. Rambut yang paling dia cintai ini dipotong begitu saja.
"Mulai sekarang kau harus tetap berambut pendek," ujar Stefen tegas.
"Kamu mau menyuruhku pura-pura jadi anak cowok dan belajar berpedang?" tanya Laura dengan kesal.
"Ternyata kamu tidak sebodoh yang kukira. Meskipun kamu anak cewek, jadilah kuat. Bagaimana jika aku suatu hari nanti tidak bisa melindungimu?" Stefen melewati tubuh Laura. Sedangkan Laura tersipu karena malu.
"Nanti, kau jangan bicara seperti anak cewek kecuali saat kita berduaan saja," ucap Stefen.
"Lalu?"
"Bicaralah seperti anak cowok. Mulai sekarang, namamu adalah Estel."
****
Suara burung khas di pagi hari kota pelabuhan Ziarkia. Stefen dan Laura berkembang membangun kelompok tentara terkenal di negara Ziarkia.
"TUAN TENTARA BAYARAN! ANGGOTA KELOMPOK SERK!"
Tentara SERK yang beranggotakan 10 orang, merupakan kumpulan anak yatim piatu yang dilatih Stefen cara mempertahankan hidup dan bermain pedang.
"Sudah lama sejak terakhir kita punya waktu senggang begini, bagaimana kalau kita latihan bersama?" bisik Baron pada Stefen, salah satu anggota tentara SERK.
"Boleh saja. Bawa mereka semua ke aula pelatihan."
Stefen memperhatikan Laura di sampingnya.
"Kecuali Estel, dia akan berlatih terpisah dengan mereka," terang Stefen. Anggota lain selalu heran dengan sikap pilih kasih Stefen padanya.
"Kamu memberi Estel perlakuan spesial lagi?"
"Bagaimana dengan kami?" ujar anggota lain yang merasa iri.
"Kenapa? Kalian iri? Tidakkah kalian tau apa yang membuat Stefen memperlakukannya dengan beda? Tentu saja karena Estel adalah orang yang paling berbakat dan paling cerdas di antara kita. Jika kalian ingin mendapatkannya juga, maka buatlah Stefen mengaku dengan kekuatan. Biar aku yang memberi kalian perlakuan spesial. kalau kalian iri, jadilah seorang jenius seperti Estel."
Anggota lain tersadar dengan ucapan Baron yang masuk akal.
"Tentu saja itu mustahil!" ujar mereka yang menjadi lemah.
"Nah. Bagaimana Estel, ucapanku benar, kan?"
"Ah! Itu ...,"
Laura melihat Baron yang begitu masih membelanya. Tanpa ia ketahui rahasia di balik dirinya ini adalah hanya seorang perempuan yang menyamar menjadi seorang laki-laki.
Baron masih mengira Stefen memungutnya berkat aku. Saat pertama kali memasuki kota Ziarkia, aku meminta Stefen untuk menolongnya, Baron yang sebelumnya hanya seorang pengemis di jalanan.
"Adikku sedang sakit. Mohon beri aku sekeping saja!" lirih Baron ketika pertama kali kami bertemu.
Stefen bilang mereka pura-pura jadi satu keluarga supaya dikasihani dan sebenarnya itu sebuah bentuk penipuan, tapi tetap saja, setelah aku mendesaknya Stefen mengulurkan tangan pada Baron dan sekarang dia menjadi wakil pemimpin kelompok tentara bayaran SERK.
****
Di tempat terpisah, Stefen mengajari ilmu pedang tingkat tinggi pada Laura.
"Fokuslah! Namanya adalah 'Tankendon' latihan pedang untuk manifestasi fisik dari pikiran kita!"
Stefen memberi contoh pada Laura, menunjukkan ilmu pedang andalan Stefen. Stefen memfokuskan matanya dan mengayun pedangnya melingkar dengan lembut, dalam sentuhan nafas, pedang itu memancarkan cahaya berwarna biru, Laura takjub melihatnya.
"Luar biasa."
"Selesai. Giliranmu, semakin kamu fokus, maka kamu akan bisa menggunakan teknik Tankendon yang levelnya lebih tinggi dari ini. Kamu juga akan bisa meminjam energi alam yang paling cocok untukmu."
Laura, di dalam dirimu aku merasakan kekuatan yang tersembunyi, kau adalah seorang penyihir. Ilmu pedang ini akan sangat mudah kamu pelajari, ucap Stefen dalam hati.
Laura melihat pedang di tangannya, Stefen pernah mengatakan padanya meskipun Laura adalah seorang perempuan, ia harus menjadi kuat untuk mempertahankan diri sendiri.
Laura mulai memfokuskan kekuatannya pada pedang, Laura menutup matanya lalu ia menggerakkan pelan pedang itu dan merasakan penyatuan kekuatannya dengan alam dalam pedang. Namun, kekuatan yang muncul dari pedangnya terlihat api di ujung pedangnya.
"Aku berhasil. Ini Tankendon versi diriku, benar, kan, Stefen?" ucap Laura dengan penuh bangga.
Stefen tidak heran melihat keberhasilan Laura. Sejak pertama kali bertemu, Laura adalah anak yang kuat, ceria, penuh semangat dan jenius.
"Pertahankan itu dan ayunkan pedangmu sebanyak 1.000 kali lagi. Kalau apinya sampai padam, kamu harus mengulang hitungannya dari awal!" tegas Stefen.
"Apa kamu sudah gila? Lagi-lagi latihan yang berat untuk menghukumku? Atau … apa tehnik bela diriku memang bagus? Baron bilang aku jenius."
"Tidak. Kamu sangat payah!" sanggah Stefen.
"Kejam!" ucap Laura kesal.
Swishhh swishhhh suara ayunan pedang.
"Hah, hah, hah."
"Akhirnya kamu selesai," ujar Stefen.
Sejak tadi Laura berlatih pedang, ia hanya melihat Stefen yang memperhatikan dokumen di tangannya.
"Kamu sudah bekerja sangat keras," ucap Laura.
"Kenapa memangnya?" tanya Stefen.
"Menurutku, kamu bisa mendaftar jadi tentara istana di kerajaan ini, ilmu pedangmu itu sangat bagus," puji Laura. Stefen yang mendengarnya tersipu malu.
"Aku ... tidak pernah berfikir begitu."
"Kamu tidak punya cita-cita?" tanya Laura.
"Kita ini hanya perlu makan dan berusaha bertahan hidup tiap harinya, buat apa memikirkan cita-cita?"
Sambil berjalan kembali ke kediaman Stefen dan Laura mengobrol tentang cita-cita keduanya.
"Kau sangat payah ternyata, mau tau apa cita-citaku? Aku ingin hidup dengan bebas, Aku ingin pergi ke mana pun kakiku membawaku, ke tempat yang tidak ada ancaman kematian."
Stefen memperhatikan senyuman manis dibalik wajah Laura. Cita-cita Laura membuatnya berhenti berjalan.
"Mendengarmu bicara begitu, kurasa aku jadi punya cita-cita juga sekarang. Aku ingin jadi surga yang adil supaya semua orang yang ada di bumi, bisa dengan bebas pergi ke mana pun yang mereka mau."
Deg.
Perkataan Stefen membuat jantung Laura berdebar.
Surga? surga adalah karunia dewa yang dianugerahkan pada keluarga kerajaan. 'Aku akan menjadi seorang kaisar yang mempersatukan seluruh negeri' seolah ia berkata begitu.
Laura langsung terduduk dengan perasaan malu.
Tidak. Aku jatuh cinta padanya?
"Anda ingin menyewa kami untuk melakukan pekerjaan macam apa?" tanya Stefen. Kali ini Stefen mendapatkan klien dari putri bangsawan istana kekaisaran. di sampingnya ada Laura yang menemaninya sebagai asisten.Mata putri itu menatap Laura."Dia seorang pria, kan? tapi wajahnya sangat cantik," ucap putri sembari menunjuk pada Laura, membuat Laura mematung karena baru kali ini dia disebut cantik.Benarkah? Aku cantik?"Bagaimana kalau kau jual dia padaku? Di kalangan bangsawan, ada sebuah tren dengan memiliki seorang babu untuk dipukuli," terang putri semakin membuat Stefen dan Laura tak mengerti."Jual dia padaku! Akan kubeli dia dengan harga yang bagus," senyum putri. Stefen yang mendengarnya langsung geram."Pemimpin macam apa yang menjual anggotanya sendiri?""Berhentilah sok suci. Di zaman sekarang, memangnya masih ada yang namanya loyalitas? yah, aku toh tidak berharap bisa membawanya pulang denganku hari ini juga," terang sang putri sembari berdiri sebelum meninggalkan tempat."Ka
"Seharusnya aku melakukannya sejak awal. Aku sendiri tidak paham kenapa aku membiarkan orang menyusahkan macam dirimu berkeliaran di sekitarku," ujar Stefen membuat Laura terpukul."Kamu bercanda, kan, Stefen? Tidak mungkin kamu mengatakan hal seperti itu," ucap Laura lirih. Apa yang membuat Stefen berubah? Dia masih marah karena sebuah ciuman? Apa itu layak dibandingkan dengan menjual dirinya?Stefen membalikkan badannya. "Marquis Hauren akan mengirimkan kereta untuk menjemputmu siang ini. Jangan banyak protes dan cepatlah pergi!"Laura terbelalak masih tidak percaya. Dia berlari dan menahan lengan Stefen sebelum hendak pergi."Stefen, kamu bilang aku saudaramu! Bisa-bisanya kamu melakukan semua ini tanpa memberitahukanku alasannya?!" geram Laura."Tidak ada saudara yang bisa berciuman!"Deg. Kenapa kamu tega berkata begitu? batin Laura.Bruk.Perkataan itu membuat Laura terhenti dan terjatuh ke lantai. Stefen langsung meninggalkannya."Stefen! Kau ... dasar keparat! Penipu! Bajing
Laura kini sudah memakai gaunnya kembali, ia bahkan tidak tau apa ia akan tinggal bersama Stefen atau kembali kepada si Duke yang sudah membelinya? Di dalam hati ia tidak memilih di antara keduanya. Ia hanya ingin bebas, sampai akhirnya kepala pelayan kaisar datang memasuki ruangan menghampirinya sembari membawa buku dan alat tulis."Saya yakin Anda telah diajari dan diberitahu di tempatnya Duke, Tapi sekedar mengingatkan, Anda tidak boleh tidur dengan pria lain selama setahun ke depan, karena Anda mungkin saja mengandung keturunan kaisar yang berharga, jika Anda tidak mematuhi aturan ini, Anda akan dianggap berkhianat dan mendapatkan hukuman yang berat," ucap kepala pelayan. Mendengar pernyataan itu seolah Laura terikat untuk menjadi wanitanya Stefen, apalagi dengan kejadian yang memungkinkan untuk mengandung anak Stefen. Laura bahkan tak sudi melahirkan anak dari Stefen. Ia harus menemani Stefen sampai setahun? Bahkan mendengar kalimat tidur bersama pria lain membuatnya ngeri. Stefe
Duke Samuel cukup terkejut melihat Stefen yang tersenyum padanya."Anda benar-benar menyukainya? Wanita dari pelelangan dengan tubuh penuh dengan bekas luka, apa dia seleramu?" tanya Duke Samuel dengan tatapan menghinanya."Meskipun tubuhnya penuh dengan bekas luka, dia benar-benar seleraku," lirih Stefen."Kalau begitu aku senang mendengarnya.""Senang kau bilang? Di sini hanya ada kita berdua Duke Samuel, bisakah kau lebih jujur sedikit?" ejek Stefen. Ia sangat mengenal sifat Duke tua Nest ini, setiap dia mengirimkan wanita, selalu ada bayaran yang dia minta."Memang benar kata orang, kita bisa menyingkirkan seseorang dari tempat kumuh, tapi tidak akan bisa menyingkirkan kekumuhan dari orang itu," jelas Duke.Stefen menahan emosi dan menunjukkan tatapan tidak suka atas penghinaan Duke Samuel.Dia sama sekali tidak ragu menyuarakan apa yang dia pikirkan. Dia pikir aku ini masih bocah atau apa? Batin Stefen."Apa kau lupa kau sedang bicara dengan siapa?" tegas Stefen."Apa Anda juga s
Pandangan Laura dan pangeran Maxwell saling bertemu, sampai akhirnya Laura tersenyum pada pangeran, membuat pangeran tersipu malu dan salah tingkah."Ehem, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena tidak mengenali Anda, izinkan saya memperkenalkan diri sekali lagi, saya Maxwell, ahli waris tetap dari Duke Samuel Val Kilmer," ungkap pangeran Maxwell.Setelah berkenalan, pangeran Max bersama pengawal mengantarkan Laura masuk ke istana Nest."Staf kekaisaran akan mengikuti protokol dan mengambil sertifikat budak Anda. Status Anda sekarang adalah orang biasa. Namun, Anda akan dapat menikmati gaya hidup yang sama dengan para bangsawan di kota Nest begitu pula kekaisaran Ziarkia. Kalau ada sesuatu yang ingin Anda pelajari atau hobi yang ingin Anda lakukan, mohon jangan ragu untuk memberi tahu kami."Laura berfikir keras dengan segala pemberian yang besar pada dirinya.Kenapa mereka memperlakukan aku seperti seorang putri? Apa karena aku sudah dianggap wanitanya kaisar? Oh ayolah. Berhenti
"Baron, beberapa wanita yang dikirim Duke Samuel memang menemaniku bermalam di kamarku, tapi aku tidak pernah menyentuh mereka selama mereka berada di hadapanku, aku sengaja membuat semuanya berjalan seperti rumor yang beredar untuk membuktikan niat Duke Samuel terhadapku. Duke Samuel terus mengirimkan wanita datang kepadaku agar dia bisa bernegosiasi dengan mudah. Entahlah, kali ini wanita yang dia kirimkan berbeda dengan sebelumnya. Apa kau percaya?" tanya Stefen."Hah? Apa maksudmu?" bingung Baron. Kenapa aura yang dikeluarkan Stefen kali ini tidak terbaca sama sekali?"Aku sudah melakukan hubungan intim dengan seseorang," lirih Stefen. Baron yang mendengar pengakuan itu sangat terkejut, pria berdarah dingin yang terus memikirkan perluasan kekuasaan dan tak pernah tidur dengan wanita mana pun, kali ini, dia mengakui telah berhubungan intim dengan seseorang."Kau bercanda, kan?" tanya Baron memastikan."Aku pun tidak tau kenapa aku bisa melakukannya hari itu? Bahkan aku menyembuhkan
Seorang pelayan yang diperintahkan untuk melayani Laura mendapatkan ejekan dari sekitar teman-temannya."Hei, Red. Gimana rasanya menjadi pelayan putri rendah seperti dia? Pasti kau merasa kesulitan, putri rendahan yang bisu, hahaha," Semua tertawa mendengar ejekan pelayan itu. Tapi Red, pelayan yang dikhususkan untuk Laura mengingat kembali perlakuan nona itu terhadapnya. Semenjak aku bertemu dan melihat perlakuan dia, sama sekali jauh dikatakan seperti wanita rendahan. Wajahnya tegas, gerak geriknya pun tidak memalukan, dia anggun. Aku merasa dia bukan dari seorang budak. Dia juga tidak banyak permintaan meskipun telah bebas dari status budak. Dia tidak menjadi sombong."Aku merasa sudah sadar setelah menjadi pelayan pribadinya," ucap Red di hadapan para pelayan."Kalian harus ingat, dia adalah wanita kaisar sekarang, meskipun statusnya berubah menjadi orang biasa, rumah ini menjadikan dia orang terhormat seperti putri, jadi jangan membicarakan tuanku lagi," bela Red dengan tegas.
Tatapan Red, nama yang pasaran sekaligus nama yang sama dari salah satu pelayan putri Astra juga merupakan satu-satunya teman yang peduli pada Laura, ia menatap Laura dengan dingin."Red? Kau masih hidup?" tanya Laura."Stefen pasti akan menjemputku.""Cukup, Estel! Kakakmu itu tidak akan pernah datang! Dia sudah membuangmu begini, bagaimana mungkin dia akan menjemputmu balik?!" geram Red dengan tatapan yang menakutkan. "Kamu salah! Stefen pasti akan datang!" teriak Laura. Tiba-tiba saja tubuhnya terdorong jauh dan berdiri di arena pertarungan.Hosh hosh hoshNafas lelah setelah pertarungan yang hebat."Bunuh dia!""Bunuh bocah itu!""Potong tangannya!""Tebas lehernya!" teriak penonton yang antusias mendukung Laura.Laura memegang pedang dengan tangan gemetar, tiba-tiba ia memperhatikan bayangan tubuhnya yang berubah menjadi beberapa tangan dan berjalan dari kaki hingga lehernya."Lepaskan! Ughh! Sesak!""Keluarkan amarahmu!" ucap sebuah suara. Bayangan tangan itu masih melilit leh
Seminggu setelah Stefen siuman, Stefen mendapat balasan dari Kirim yang kembali membawa pesan tentang Laura, namun mirisnya Stefen mendapat kabar yang menyedihkan, hadiah yang diberikannya tidak diterima dan yang lebih mengejutkannya adalah Laura meninggalkan Nest dan juga Ziarkia, dia sangat sedih mendengar hal itu, ia melampiaskan emosinya dan kembali berburu ditemani para pengawalnya, gambaran mimpi buruk selalu muncul di benaknya dan tidak pernah berhenti. "Enyahlah di hadapanku!." Kata-kata Laura sangat menusuk, membuatnya kehilangan semangat hidup, betapapun dia mengalihkannya untuk berburu, dia masih terus mengingat kata-kata itu berulang kali. Suatu ketika seekor beruang besar hampir terjatuh menimpa tubuhnya yang lebih kecil. Para penjaga sudah siap turun tangan membantu Stefen, namun dengan cepat menggunakan jurus pedang tankendon, beruang besar itu terluka. Darah kental beruang itu muncrat ke seluruh tubuh Stefen. Stefen berbalik dan pergi dengan tatapan kosong, sementar
Max tersulut emosi dengan ucapan Kirim, semua hanya karena ikrar ketika wilayah kekuasaannya berhasil diambil alih menjadi milik Ziarkia. Mau tak mau ada beberapa penegasan yang menjadikan dirinya tak bisa melawan balik. Kirim bisa menatap mata tegas itu sebagai emosi Max yang sangat kontras, sehingga ia memberi cibiran padanya. "Kalau tatapan itu bisa membunuh! Aku yakin bahwa itu sudah bisa menebak keinginan hasrat untuk membunuhku!" Terdengar kasar jika kalimat itu dilontarkan di hadapan wanita yang dicintai Max. "Dengar, Kirim, aku bisa mengusirmu sekarang juga dan melarangmu untuk datang kemari lagi!" Max tidak ingin jika wanita yang ia cintai melihat emosi dirinya yang berapi-api dia sungguh menjaga martabat itu, agar Laura bisa memandangnya sebagai pria yang baik dengan penuh ketulusan. Tapi tak bisa dipungkiri lagi jika perang saling tatap terus berlanjut antara dirinya dan kirim. "Coba saja kalau bisa!" ucap Kirim melawan balik dengan menatap matanya.. Laura ha
Seminggu kemudian, kehidupan di Nest aman terkendali, Laura mulai mendapatkan pelajaran baru tentang pedang, guru yang melatihnya terlihat tangguh dan juga lincah, wajahnya terlihat sangar dan menakutkan namun ternyata pria itu sedikit periang dan juga suka bercanda dengannya. Laura yang sudah sangat lama tidak berlatih pedang merasa gerakannnya kembali kaku, ia mendapatkan kesulitan mengimbangi tubuh saat berlatih bersama gurunya yang berkulit sawo matang, rambutnya panjang hingga di kucir di belakang, namun ia memiliki penampilan yang sangat gagah dan juga telaten. Bunyi perlawanan pedang masih terus berlanjut, Laura sudah merasa terintimidasi oleh serangan gurunya, hingga dalam gerakan terakhir berhasil membuat pedangnya terjatuh, sang guru memintanya beristirahat. hah hah hah suara helaan nafas Laura. "Luar biasa, Nona. Ini baru perlatihan pertama, tapi gerakanmu terlihat sudah terbiasa memakai pedang," puji guru. Laura tersenyum setelah mendengar pujian dari gurunya, rasa
Pencarian Ritim masih terus dilakukan hingga malam hari, Max telah memerintahkan seluruh bawahannya untuk tidak menyerah dan mengeluh sampai Ritim ditemukan. Terlalu lama menunggu, ia akhirnya kembali menemui Laura di kamarnya. Di belakang pintu, ia hendak mengetuk tapi perlahan ia urungkan niatnya karena merasa gagal melindungi Laura dari bahaya, karena merasa malu untuk bertatap muka, Max hanya mampu berkata dibalik pintu mencoba memanggil namanya. "Laura, apa kau sudah tidur?" tanyanya dengan suara yang rendah. Laura masih terisak, hatinya masih mengingat segelintir ingatan yang kembali padanya, mendengar suara Max, ia langsung membuka pintu dan menyenderkan kepalanya. Max tertegun sebentar hingga ia perlahan membalas Laura dengan pelukan. Saat ini Laura merasa sedikit stress antara keberuntungan dan kesedihan yang membuatnya bertahan hidup selama ini ternyata telah lama dalam lingkaran ramalan ibunya. Ia membutuhkan sandaran untuk hatinya yang sedang bersedih, dan Max tepat di
Ritim sudah hampir sekarat semenjak ia melarikan diri dari Nest. Ini adalah pertama kalinya ia merasa sesak nafas karena bau darah yang menyengat dari Laura, ia bertanya-tanya pada dirinya mengapa ia merasakan hal itu? Tidak bisa mendekatinya dan melarikan diri. Kesal disertai dengan emosi karena terpaksa berpisah dengan pangeran Max yang sangat dicintainya. Kembali ke Black Hall tempat persembunyian ras iblis Raja Neon, dengan nafas yang tersenggal dan langkah kaki yang kikuk, Ritim terus memaksakan diri untuk terus berjalan. Howard yang kebetulan berjalan tak sengaja memperhatikannya di kejauhan, ia melihat Ritim dengan wajah yang pucat dan melihat wanita itu terus berteriak. "Panggil Raja Neon, sekarang! Cepat!" teriak Ritim pada bawahan yang sedang berjaga. Tak kunjung lama Raja Neon datang menghampirinya, Howard yang berada di kejauhan penasaran dengan apa yang sedang dia lihat di hadapannya, ia pun dengan hati-hati bersembunyi untuk memperhatikan Raja Neon dan Ritim mengobrol
"Ibu, apa yang akan kau lakukan padanya?" tanya seorang laki-laki remaja yang berdiri dengan penasaran melihat penyihir wanita itu bersiap-siap membuka pakaian Laura yang saat itu masih anak-anak dan terbaring di atas kasur dengan tak berdaya. "Aku melihat ada malapetaka untuknya setelah ini, tapi, aku ingin dia bisa hidup seperti anak normal lainnya, di bawah sinar matahari dan melihat benda-benda indah di sekelilingnya," balasnya. Sejak Laura terlahir ke bumi, ia sudah memiliki penyakit langka yang membuat dirinya tidak bisa dekat dengan matahari dan bulan. Ia hanya bisa berdiam di rumah dengan tubuh yang memiliki banyak tanda seperti luka bakar. Penyakitnya ini membuatnya sangat menderita hingga dirinya tak sanggup untuk hidup lebih lama lagi dan memilih untuk tidak bicara pada siapa pun. Tidak dibiarkan keluar, menatap teman sebaya yang terdengar bergembira di lapangan membuatnya sangat iri. Betapa dirinya hidup dengan tubuh yang begitu lemah, hingga ia merasa berkecil hati dan
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Neon dengan mata yang terbelalak, ia terkejut karena ia kembali pada waktu sebelumnya menyerang, dirinya di tempat yang sama dan melihat rakyat Ziarkia baik-baik saja, dia masih mengingat apa yang dia lakukan sebelumnya karena hampir menyerang seluruh pengawal di Ziarkia. Namun yang lebih mengejutkan adalah ia menatap Lyra di hadapannya berdiri dengan penuh luka di sekujur tubuhnya."Apa kau sudah gila! Kau benar-benar memilih mati!" teriak Neon.Lyra tidak bergeming, kepalanya sudah mulai terasa berat dan matanya menjadi remang-remang, kekuatannya sudah diambang batas.Sementara Raja Ziarkia yang masih terperangkap dalam sangkar salju tak kuasa menahan derita dan terus memukul sangkar salju, berharap ia bisa membantu Lyra yang sudah berkorban untuk Ziarkia.Lyra menatap kekasihnya dengan senyuman yang sangat tulus, ada perasaan yang sangat bersalah di dalam hatinya ketika ia memandang pandangan Neon dan kekasihnya."Semua ini salahku! Jika saja ak
"Hah, hah, hah" Nafas lelah dari masa lalu Lyra sebelum dirinya menyegel kekuatan dan bunuh diri. Seluruh tubuhnya memiliki bekas luka darah yang dia keluarkan untuk membangunkan rakyatnya melawan ras iblis, mereka telah berperang sengit untuk memperjuangkan Ziarkia, mereka terluka parah karena serangan raja iblis dan pasukannya. Raja Neon juga terluka parah karena sihir pengubah waktu dari Lyra. Keduanya sama-sama telah mengeluarkan seluruh kekuatannya, tak ada yang lebih unggul di antara mereka, namun Lyra sudah menghabiskan sebagian darahnya untuk memulihkan rakyatnya yang terluka dan menjadikan dirinya daging segar untuk seluruh ras termasuk Raja Neon yang paling terkuat di antara mereka."Luar biasa. Kau masih bisa bertarung meskipun darahmu sudah terkuras habis, bagaimana rasanya sekarat, Lyra?" tanya Neon cemooh.Lyra tidak sendirian menghadapi Raja Neon, ia menatap ada Kaisar ke 44 yang tak jauh dari pandangannya, namun sang kaisar berhasil terperangkap dari sihir Neon, peran
"Aku kembali!" suara Laura dalam hati. Tangannya masih terasa sangat sakit karena ilusi itu terasa sangat nyata, nafasnya sangat berat seolah dia sudah dikejar-kejar sebagai penjahat. Suara bariton pria di sampingnya tak kuasa menahan diri dan langsung memeluk tubuhnya yang masih terkejut. "Syukurlah, akhirnya kau kembali!" "Ah!" ringisnya. Laura merasa pergelangannya basah dan terasa sakit, dia langsung mengangkat lengannya dan benar saja lengan kanannya itu terluka dengan luka dalam persis ketika ia berada di alam ilusi Ritim. "Itu benar-benar nyata." Max melihatnya dan ketika ia memeriksa arah tatapan Laura, ia terkejut melihat lengannya yang terluka. "Lenganmu! Tunggu di sini, aku akan panggilkan tabib!" Laura menahan lengan Max. "Tidak! Di mana Ritim?!" tanya Laura, setelah membuatnya terluka di dalam ilusi sihir Ritim, Laura menjadikan wanita itu adalah sosok yang sangat berbahaya, ia segera memberitahu kebenarannya pada Max selaku Pangeran Nest. "Dia adalah wanita yang s