Meskipun wanita dihadapannya ini bisu. Stefen tidak merasa jijik, justru ia memasang wajah senang berharap si wanita itu adalah seseorang yang sangat dia rindukan.
'Jangan melihatku seperti itu!' tiba-tiba Laura teringat kembali perkataan dan wajah Stefen di masa lalu. Laura menolehkan kepalanya ke arah lain.
"Kenapa kau menolehkan kepalamu?" tanya Stefen sembari menarik kembali dagu Laura untuk menatapnya kembali.
Bukannya kamu membenci tatapanku seperti ini? Kenapa kamu sekarang seperti ini? gerutu Laura dalam hati.
"Pasti sulit sekali mendapatkan orang seperti ini," gumam Stefen.
"Hah?" Laura bingung dengan perkataan Stefen. Sikap Stefen yang seperti ini tidak pernah terlihat di masa lalu. Stefen yang selalu tegas dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Mengapa dia bisa selembut ini sekarang?
"Usaha si duke benar-benar patut dipuji," terang Stefen.
Stefen merasa bahagia jika wanita yang ada di depannya memang benar-benar Laura. Bahkan ia mencoba mengelus kedua tangan dan kakinya yang penuh bekas luka.
kehidupan macam apa yang dijalaninya, sampai punya bekas luka sebanyak ini? pikir Stefen.
Stefen bahkan mulai membuka rok yang menutupi kaki Laura, ia melihat bekas luka yang sama dengan Laura masa lalu di pahanya.
Bekas lukanya sama seperti dia, membuatku semakin jatuh hati padanya.
Tanpa disadari, Stefen mencium bibir Laura dengan lembut. Laura bahkan tertohok dengan tingkah Stefen yang tiba-tiba menciumi bibirnya.
Selama ini aku selalu menunggumu. Untuk apa bersikap dengan lembut sekarang? Antara sedih dan benci, itulah yang ia rasakan ketika dipertemukan kembali dengan Stefen.
Setelah berciuman panas. Stefen menatap wajah Laura, namun pandangan Laura sangat tajam, ia semakin benci ketika Stefen tak mengenalinya bahkan sekarang ia harus menemaninya tidur bersamanya. Takdir macam apa yang dimiliki Laura sekarang untuk bisa bertemu kembali dengannya?
"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Stefen yang merasa bingung.
Aku benci kamu. Sampai mati pun aku akan tetap membencimu.
Laura merasa lebih baik disiksa ketimbang ia harus bertemu kembali dengan Stefen. Bahkan kini Stefen mulai mencium lehernya dan sialnya Laura tidak bisa melakukan apapun, Stefen sangat kuat, bahkan laura tidak bisa bersuara apapun. Ia benci keadaannya sekarang, bagaimana bisa Stefen melecehkannya? Ia membuka pakaian Laura hingga mereka melakukan hubungan intim tanpa pernikahan. Ini gila. Laura melakukannya karena ia merasa ditolong dari pembebasan perbudakan, ini sudah menjadi tugasnya. Bahkan kini ia menatap beberapa kiss mark yang dibuat Stefen di sekujur tubuhnya.
Menjijikkan. Aku tidak akan membiarkan kamu melakukan itu lagi!
Keesokan harinya, Stefen menatap wajah wanitanya yang tertidur polos di sampingnya. Lalu Stefen menarik tali di dalam kamar.
Seorang pelayan utama langsung datang menghampirinya.
"Apa Anda memanggil, Yang Mulia?" tanya kepala pelayan.
"Bawakan aku ramuan penyembuh dari brankas imperial," pinta Stefen. Pelayan merasa heran mendengarnya.
"Apa Anda merasa tidak enak badan? Atau jangan-jangan ...." Pelayan itu melirik Laura yang masih tertidur di ranjang kaisar.
"Tapi Yang Mulia, ramuan penyembuh yang ada di brankas imperial hanya boleh digunakan kepada anggota keluarga, bagaimana bisa Anda memberikannya pada makhluk yang rendahan seperti dia?" tanya pelayan lirih. Mata Stefen menajam.
"Sejak kapan aku harus minta izin dulu padamu?" tanya Stefen tegas. Aura yang terlihat begitu menakutkan. Kepala pelayan itu langsung menunduk malu.
"A-a-akan saya ambilkan sekarang juga," pelayan itu langsung berjalan cepat mengambil ramuan penyembuh.
Pikiran kepala pelayan merasa aneh, hari ini kaisar membiarkan seorang wanita menemaninya seharian. Padahal sebelumnya, para wanita yang telah bermalam akan langsung diusir dan tidak berlama-lama dalam kediaman kaisar. Tapi kali ini kepala pelayan melihat dengan kepalanya sendiri bahwa kaisar membiarkan gadis itu menemaninya tidur dalam satu ranjang, bahkan hingga pagi hari.
Beberapa saat kemudian, ia kembali membawa sebotol kecil ramuan penyembuh.
"Yang Mulia, saya sudah membawanya."
Selimut yang menutupi tubuh Laura, dibuka secara tiba-tiba membuat Laura kaget dan terbangun.
"Diamlah!" pinta Stefen. Laura melihat botol yang dipegang Stefen. Stefen menarik lengannya dan mengoleskan air ramuan dari botol itu, luka-luka yang ada di tangan Laura perlahan menghilang dan sembuh dengan cepat.
Ini ... ramuan penyembuh? Pikir Laura.
Saat mengobati bagian pahanya, Laura sedikit malu.
Kenapa dia jadi seperti ini sih?!
Ramuan penyembuh. Sebuah harta nasional yang dibuat dari kulit seekor naga dengan menggunakan sihir dan diberikan pada generasi pertama keluarga Kekaisaran.Sejauh ini, ramuan penyembuh sudah pernah digunakan sebanyak 3 kali. Ketika ratu pertama terjadi kritis akibat penyakit, ketika putra mahkota pertama terluka parah akibat terkena panah beracun, dan terakhir, ketika putra mahkota di generasi sebelumnya muntah darah setelah minum teh beracun. Lalu sekarang, botol keempat pun dibuka.
Ramuan penyembuh yang dimiliki pemerintahan hanya tinggal 7 botol dan sekarang stefen memakainya pada Laura.
Ini gila, aku merasa seperti melihat diriku di masa lalu. Terhanyut kembali melihat kebaikan Stefen. Tidak Laura! Jangan berharap apapun lagi pada Stefen!
"Aku bisa melihat seberapa keras kamu berjuang untuk bertahan hidup," ucap Stefen membuka keheningan.
Laura juga melihat, setelah ia berhubungan intim dengan Stefen semalam, ia jadi tahu jika Stefen juga memiliki banyak bekas luka di sekujur tubuhnya.
Dia ini bodoh atau apa? Padahal dia tidak peduli dengan bekas lukanya sendiri, tapi kenapa dia malah melakukan hal seperti ini padaku? padahal obat itu hanya boleh digunakan pada anggota keluarga kerajaan.
Tak berapa lama, tersisa sedikit ramuan penyembuh di dalam botol. Stefen langsung meminumnya, dengan cepat Stefen menarik wajah Laura dan menciumnya.
"Mphhh."
Glek.
Stefen memberikan ramuan terakhir melalui mulutnya.
Kenapa harus dengan cara seperti itu sih? Diakan bisa memberitahu bahwa ramuan terakhir untuk lidahku.
Setelah itu Stefen antusias dengan hasil dari ramuan itu.
"Bicaralah. Ayo, coba bilang Yang Mulia," ucapnya.
Laura mencoba pelan-pelan.
"A ... u ... ya." ternyata untuk lidahnya ini tidak cukup hanya dari ramuan penyembuh saja.
Stefen terlihat sedih, karena Laura masih tidak bisa bicara.
"Apa memang mustahil memperbaiki sesuatu yang sudah lama sekali terputus? Tubuhmu sudah sembuh sepenuhnya, tapi, sayang sekali. Aku ingin mendengarmu berbicara," lirih Stefen dengan tatapan yang melembut.
"Istirahatlah hari ini, kau pasti sangat lelah," Stefen tersenyum lembut pada Laura, tapi pikiran Laura langsung teringat kejadian semalam.
Stefen pergi ke kamar mandi. Sementara Laura memperhatikan kedua tangan dan kakinya.
Benar-benar hilang semua. Sesederhana itu? Apa luka-luka ini memang sesuatu yang bisa menghilang dengan semudah itu? Kalau begitu, bagaimana dengan hidupku? Bagaimana dengan rasa sakitku? Hatiku. Bagaimana dengan aku?!
Rasanya benar-benar sakit hingga air mata itu keluar dengan deras. Laura menangis dengan suara tertahan.
15 tahun yang lalu saat penduduk Sinoi dibantai habis, hanya Stefen dan Laura yang masih hidup. Keduanya mulai hidup bersama setelah itu."Kau tidak dibunuh dan berhasil kabur?" tanya Stefen."Aku sedang dalam perjalanan jauh dari kota bersama kakakku, tapi mereka ...." jawaban Laura dimengerti oleh Stefen."Ah. Kalau begitu penduduk Sinoi sekarang hanya tinggal kau dan aku. Kau adalah penduduk asli, pasti bisa menggunakan sihir," ujar Stefen. Tapi Laura menjawab dengan gelengan kepala."Hah? Yang benar saja? Kau tidak pernah menggunakan sihir?" bingung Stefen. Namun dibalas anggukan Laura."Meskipun aku penduduk asli, keluargaku belum pernah mengajarkan sihir padaku, namun mereka melakukan sesuatu pada tubuhku," terang Laura.Stefen mengerti, itu sebabnya Laura berhasil kabur. Bau tubuh khas penduduk Sinoi tidak tercium dalam tubuh Laura, sehingga para tentara itu tidak menemukannya.***Peperangan telah usai, Stefen dan Laura yang masih berusia 10 tahun itu mengunjungi desa kembali
"Anda ingin menyewa kami untuk melakukan pekerjaan macam apa?" tanya Stefen. Kali ini Stefen mendapatkan klien dari putri bangsawan istana kekaisaran. di sampingnya ada Laura yang menemaninya sebagai asisten.Mata putri itu menatap Laura."Dia seorang pria, kan? tapi wajahnya sangat cantik," ucap putri sembari menunjuk pada Laura, membuat Laura mematung karena baru kali ini dia disebut cantik.Benarkah? Aku cantik?"Bagaimana kalau kau jual dia padaku? Di kalangan bangsawan, ada sebuah tren dengan memiliki seorang babu untuk dipukuli," terang putri semakin membuat Stefen dan Laura tak mengerti."Jual dia padaku! Akan kubeli dia dengan harga yang bagus," senyum putri. Stefen yang mendengarnya langsung geram."Pemimpin macam apa yang menjual anggotanya sendiri?""Berhentilah sok suci. Di zaman sekarang, memangnya masih ada yang namanya loyalitas? yah, aku toh tidak berharap bisa membawanya pulang denganku hari ini juga," terang sang putri sembari berdiri sebelum meninggalkan tempat."Ka
"Seharusnya aku melakukannya sejak awal. Aku sendiri tidak paham kenapa aku membiarkan orang menyusahkan macam dirimu berkeliaran di sekitarku," ujar Stefen membuat Laura terpukul."Kamu bercanda, kan, Stefen? Tidak mungkin kamu mengatakan hal seperti itu," ucap Laura lirih. Apa yang membuat Stefen berubah? Dia masih marah karena sebuah ciuman? Apa itu layak dibandingkan dengan menjual dirinya?Stefen membalikkan badannya. "Marquis Hauren akan mengirimkan kereta untuk menjemputmu siang ini. Jangan banyak protes dan cepatlah pergi!"Laura terbelalak masih tidak percaya. Dia berlari dan menahan lengan Stefen sebelum hendak pergi."Stefen, kamu bilang aku saudaramu! Bisa-bisanya kamu melakukan semua ini tanpa memberitahukanku alasannya?!" geram Laura."Tidak ada saudara yang bisa berciuman!"Deg. Kenapa kamu tega berkata begitu? batin Laura.Bruk.Perkataan itu membuat Laura terhenti dan terjatuh ke lantai. Stefen langsung meninggalkannya."Stefen! Kau ... dasar keparat! Penipu! Bajing
Laura kini sudah memakai gaunnya kembali, ia bahkan tidak tau apa ia akan tinggal bersama Stefen atau kembali kepada si Duke yang sudah membelinya? Di dalam hati ia tidak memilih di antara keduanya. Ia hanya ingin bebas, sampai akhirnya kepala pelayan kaisar datang memasuki ruangan menghampirinya sembari membawa buku dan alat tulis."Saya yakin Anda telah diajari dan diberitahu di tempatnya Duke, Tapi sekedar mengingatkan, Anda tidak boleh tidur dengan pria lain selama setahun ke depan, karena Anda mungkin saja mengandung keturunan kaisar yang berharga, jika Anda tidak mematuhi aturan ini, Anda akan dianggap berkhianat dan mendapatkan hukuman yang berat," ucap kepala pelayan. Mendengar pernyataan itu seolah Laura terikat untuk menjadi wanitanya Stefen, apalagi dengan kejadian yang memungkinkan untuk mengandung anak Stefen. Laura bahkan tak sudi melahirkan anak dari Stefen. Ia harus menemani Stefen sampai setahun? Bahkan mendengar kalimat tidur bersama pria lain membuatnya ngeri. Stefe
Duke Samuel cukup terkejut melihat Stefen yang tersenyum padanya."Anda benar-benar menyukainya? Wanita dari pelelangan dengan tubuh penuh dengan bekas luka, apa dia seleramu?" tanya Duke Samuel dengan tatapan menghinanya."Meskipun tubuhnya penuh dengan bekas luka, dia benar-benar seleraku," lirih Stefen."Kalau begitu aku senang mendengarnya.""Senang kau bilang? Di sini hanya ada kita berdua Duke Samuel, bisakah kau lebih jujur sedikit?" ejek Stefen. Ia sangat mengenal sifat Duke tua Nest ini, setiap dia mengirimkan wanita, selalu ada bayaran yang dia minta."Memang benar kata orang, kita bisa menyingkirkan seseorang dari tempat kumuh, tapi tidak akan bisa menyingkirkan kekumuhan dari orang itu," jelas Duke.Stefen menahan emosi dan menunjukkan tatapan tidak suka atas penghinaan Duke Samuel.Dia sama sekali tidak ragu menyuarakan apa yang dia pikirkan. Dia pikir aku ini masih bocah atau apa? Batin Stefen."Apa kau lupa kau sedang bicara dengan siapa?" tegas Stefen."Apa Anda juga s
Pandangan Laura dan pangeran Maxwell saling bertemu, sampai akhirnya Laura tersenyum pada pangeran, membuat pangeran tersipu malu dan salah tingkah."Ehem, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena tidak mengenali Anda, izinkan saya memperkenalkan diri sekali lagi, saya Maxwell, ahli waris tetap dari Duke Samuel Val Kilmer," ungkap pangeran Maxwell.Setelah berkenalan, pangeran Max bersama pengawal mengantarkan Laura masuk ke istana Nest."Staf kekaisaran akan mengikuti protokol dan mengambil sertifikat budak Anda. Status Anda sekarang adalah orang biasa. Namun, Anda akan dapat menikmati gaya hidup yang sama dengan para bangsawan di kota Nest begitu pula kekaisaran Ziarkia. Kalau ada sesuatu yang ingin Anda pelajari atau hobi yang ingin Anda lakukan, mohon jangan ragu untuk memberi tahu kami."Laura berfikir keras dengan segala pemberian yang besar pada dirinya.Kenapa mereka memperlakukan aku seperti seorang putri? Apa karena aku sudah dianggap wanitanya kaisar? Oh ayolah. Berhenti
"Baron, beberapa wanita yang dikirim Duke Samuel memang menemaniku bermalam di kamarku, tapi aku tidak pernah menyentuh mereka selama mereka berada di hadapanku, aku sengaja membuat semuanya berjalan seperti rumor yang beredar untuk membuktikan niat Duke Samuel terhadapku. Duke Samuel terus mengirimkan wanita datang kepadaku agar dia bisa bernegosiasi dengan mudah. Entahlah, kali ini wanita yang dia kirimkan berbeda dengan sebelumnya. Apa kau percaya?" tanya Stefen."Hah? Apa maksudmu?" bingung Baron. Kenapa aura yang dikeluarkan Stefen kali ini tidak terbaca sama sekali?"Aku sudah melakukan hubungan intim dengan seseorang," lirih Stefen. Baron yang mendengar pengakuan itu sangat terkejut, pria berdarah dingin yang terus memikirkan perluasan kekuasaan dan tak pernah tidur dengan wanita mana pun, kali ini, dia mengakui telah berhubungan intim dengan seseorang."Kau bercanda, kan?" tanya Baron memastikan."Aku pun tidak tau kenapa aku bisa melakukannya hari itu? Bahkan aku menyembuhkan
Seorang pelayan yang diperintahkan untuk melayani Laura mendapatkan ejekan dari sekitar teman-temannya."Hei, Red. Gimana rasanya menjadi pelayan putri rendah seperti dia? Pasti kau merasa kesulitan, putri rendahan yang bisu, hahaha," Semua tertawa mendengar ejekan pelayan itu. Tapi Red, pelayan yang dikhususkan untuk Laura mengingat kembali perlakuan nona itu terhadapnya. Semenjak aku bertemu dan melihat perlakuan dia, sama sekali jauh dikatakan seperti wanita rendahan. Wajahnya tegas, gerak geriknya pun tidak memalukan, dia anggun. Aku merasa dia bukan dari seorang budak. Dia juga tidak banyak permintaan meskipun telah bebas dari status budak. Dia tidak menjadi sombong."Aku merasa sudah sadar setelah menjadi pelayan pribadinya," ucap Red di hadapan para pelayan."Kalian harus ingat, dia adalah wanita kaisar sekarang, meskipun statusnya berubah menjadi orang biasa, rumah ini menjadikan dia orang terhormat seperti putri, jadi jangan membicarakan tuanku lagi," bela Red dengan tegas.
Kabar kritis Stefen sampai ke telinga Astra di kediamannya. "Apa katamu? Stefen tidak sadarkan diri? Apa yang terjadi padanya selama ini?" Astra kaget mendapat kabar baru tentang Stefen yang kondisinya kritis. “Saya dengar Yang Mulia mogok makan berhari-hari, seminggu hanya minum satu gelas air hangat, rutinitasnya berburu binatang dan membagikannya kepada orang miskin, namun tubuhnya yang tidak seimbang menyebabkan dia dicakar oleh seekor beruang besar." Air mata Astra mengalir cukup deras tanpa suara, kedua telapak tangannya terkepal penuh haru. "Kenapa dia tidak berselera makan? Mungkinkah dia sedang merasa kehilangan aku atau... dia dibuat sedih oleh wanita berambut biru itu?" suara Howard teringat kembali, Howard pernah mengatakan padanya jika Red adalah Laura Estelle. Tidak-tidak, tidak mungkin seperti itu. Astra menatap dirinya di cermin, mata hijaunya menghilang, emosinya terkikis, kini ia telah kehilangan kekuatan sihir pemotongannya. Menjadi manusia biasa membuat
Baron berusaha membangunkan Laura dengan menepuk lembut pipinya, ia mengamati bagian tubuh Laura yang terlihat di hadapannya, ia tidak melihat satupun luka di tubuhnya, mengapa Laura sendirian dan terbaring seperti ini? dia benar-benar berniat untuk meninggalkan semuanya? Pikir Baron, yang ia tahu, Laura adalah wanita yang sangat kuat dan gigih. Untuk pertama kalinya dia melihat Laura terjatuh lemah seperti ini, melihat pahlawan wanita yang sangat berjasa atas kehidupannya, Baron merasakan sakit hati yang luar biasa karena telah gagal menjaganya dan membalas kebaikan Laura selama ini. “Laura, Laura, bisakah kamu mendengarku?!” panggil Baron dengan lembut. Tidak ada satupun pergerakan yang terlihat, di tengah hujan yang sangat deras dan angin kencang, Baron memaksakan diri untuk menempatkan Laura di atas kudanya. Meski dalam perjalanan Baron berharap Laura baik-baik saja, kini ia memikirkan keduanya dengan perasaan khawatir yang sama pada Stefen dan Laura. Mengapa kalian berdua t
Seminggu setelah Stefen siuman, Stefen mendapat balasan dari Kirim yang kembali membawa pesan tentang Laura, namun mirisnya Stefen mendapat kabar yang menyedihkan, hadiah yang diberikannya tidak diterima dan yang lebih mengejutkannya adalah Laura meninggalkan Nest dan juga Ziarkia, dia sangat sedih mendengar hal itu, ia melampiaskan emosinya dan kembali berburu ditemani para pengawalnya, gambaran mimpi buruk selalu muncul di benaknya dan tidak pernah berhenti. "Enyahlah di hadapanku!." Kata-kata Laura sangat menusuk, membuatnya kehilangan semangat hidup, betapapun dia mengalihkannya untuk berburu, dia masih terus mengingat kata-kata itu berulang kali. Suatu ketika seekor beruang besar hampir terjatuh menimpa tubuhnya yang lebih kecil. Para penjaga sudah siap turun tangan membantu Stefen, namun dengan cepat menggunakan jurus pedang tankendon, beruang besar itu terluka. Darah kental beruang itu muncrat ke seluruh tubuh Stefen. Stefen berbalik dan pergi dengan tatapan kosong, sementar
Max tersulut emosi dengan ucapan Kirim, semua hanya karena ikrar ketika wilayah kekuasaannya berhasil diambil alih menjadi milik Ziarkia. Mau tak mau ada beberapa penegasan yang menjadikan dirinya tak bisa melawan balik. Kirim bisa menatap mata tegas itu sebagai emosi Max yang sangat kontras, sehingga ia memberi cibiran padanya. "Kalau tatapan itu bisa membunuh! Aku yakin bahwa itu sudah bisa menebak keinginan hasrat untuk membunuhku!" Terdengar kasar jika kalimat itu dilontarkan di hadapan wanita yang dicintai Max. "Dengar, Kirim, aku bisa mengusirmu sekarang juga dan melarangmu untuk datang kemari lagi!" Max tidak ingin jika wanita yang ia cintai melihat emosi dirinya yang berapi-api dia sungguh menjaga martabat itu, agar Laura bisa memandangnya sebagai pria yang baik dengan penuh ketulusan. Tapi tak bisa dipungkiri lagi jika perang saling tatap terus berlanjut antara dirinya dan kirim. "Coba saja kalau bisa!" ucap Kirim melawan balik dengan menatap matanya.. Laura ha
Seminggu kemudian, kehidupan di Nest aman terkendali, Laura mulai mendapatkan pelajaran baru tentang pedang, guru yang melatihnya terlihat tangguh dan juga lincah, wajahnya terlihat sangar dan menakutkan namun ternyata pria itu sedikit periang dan juga suka bercanda dengannya. Laura yang sudah sangat lama tidak berlatih pedang merasa gerakannnya kembali kaku, ia mendapatkan kesulitan mengimbangi tubuh saat berlatih bersama gurunya yang berkulit sawo matang, rambutnya panjang hingga di kucir di belakang, namun ia memiliki penampilan yang sangat gagah dan juga telaten. Bunyi perlawanan pedang masih terus berlanjut, Laura sudah merasa terintimidasi oleh serangan gurunya, hingga dalam gerakan terakhir berhasil membuat pedangnya terjatuh, sang guru memintanya beristirahat. hah hah hah suara helaan nafas Laura. "Luar biasa, Nona. Ini baru perlatihan pertama, tapi gerakanmu terlihat sudah terbiasa memakai pedang," puji guru. Laura tersenyum setelah mendengar pujian dari gurunya, rasa
Pencarian Ritim masih terus dilakukan hingga malam hari, Max telah memerintahkan seluruh bawahannya untuk tidak menyerah dan mengeluh sampai Ritim ditemukan. Terlalu lama menunggu, ia akhirnya kembali menemui Laura di kamarnya. Di belakang pintu, ia hendak mengetuk tapi perlahan ia urungkan niatnya karena merasa gagal melindungi Laura dari bahaya, karena merasa malu untuk bertatap muka, Max hanya mampu berkata dibalik pintu mencoba memanggil namanya. "Laura, apa kau sudah tidur?" tanyanya dengan suara yang rendah. Laura masih terisak, hatinya masih mengingat segelintir ingatan yang kembali padanya, mendengar suara Max, ia langsung membuka pintu dan menyenderkan kepalanya. Max tertegun sebentar hingga ia perlahan membalas Laura dengan pelukan. Saat ini Laura merasa sedikit stress antara keberuntungan dan kesedihan yang membuatnya bertahan hidup selama ini ternyata telah lama dalam lingkaran ramalan ibunya. Ia membutuhkan sandaran untuk hatinya yang sedang bersedih, dan Max tepat di
Ritim sudah hampir sekarat semenjak ia melarikan diri dari Nest. Ini adalah pertama kalinya ia merasa sesak nafas karena bau darah yang menyengat dari Laura, ia bertanya-tanya pada dirinya mengapa ia merasakan hal itu? Tidak bisa mendekatinya dan melarikan diri. Kesal disertai dengan emosi karena terpaksa berpisah dengan pangeran Max yang sangat dicintainya. Kembali ke Black Hall tempat persembunyian ras iblis Raja Neon, dengan nafas yang tersenggal dan langkah kaki yang kikuk, Ritim terus memaksakan diri untuk terus berjalan. Howard yang kebetulan berjalan tak sengaja memperhatikannya di kejauhan, ia melihat Ritim dengan wajah yang pucat dan melihat wanita itu terus berteriak. "Panggil Raja Neon, sekarang! Cepat!" teriak Ritim pada bawahan yang sedang berjaga. Tak kunjung lama Raja Neon datang menghampirinya, Howard yang berada di kejauhan penasaran dengan apa yang sedang dia lihat di hadapannya, ia pun dengan hati-hati bersembunyi untuk memperhatikan Raja Neon dan Ritim mengobrol
"Ibu, apa yang akan kau lakukan padanya?" tanya seorang laki-laki remaja yang berdiri dengan penasaran melihat penyihir wanita itu bersiap-siap membuka pakaian Laura yang saat itu masih anak-anak dan terbaring di atas kasur dengan tak berdaya. "Aku melihat ada malapetaka untuknya setelah ini, tapi, aku ingin dia bisa hidup seperti anak normal lainnya, di bawah sinar matahari dan melihat benda-benda indah di sekelilingnya," balasnya. Sejak Laura terlahir ke bumi, ia sudah memiliki penyakit langka yang membuat dirinya tidak bisa dekat dengan matahari dan bulan. Ia hanya bisa berdiam di rumah dengan tubuh yang memiliki banyak tanda seperti luka bakar. Penyakitnya ini membuatnya sangat menderita hingga dirinya tak sanggup untuk hidup lebih lama lagi dan memilih untuk tidak bicara pada siapa pun. Tidak dibiarkan keluar, menatap teman sebaya yang terdengar bergembira di lapangan membuatnya sangat iri. Betapa dirinya hidup dengan tubuh yang begitu lemah, hingga ia merasa berkecil hati dan
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Neon dengan mata yang terbelalak, ia terkejut karena ia kembali pada waktu sebelumnya menyerang, dirinya di tempat yang sama dan melihat rakyat Ziarkia baik-baik saja, dia masih mengingat apa yang dia lakukan sebelumnya karena hampir menyerang seluruh pengawal di Ziarkia. Namun yang lebih mengejutkan adalah ia menatap Lyra di hadapannya berdiri dengan penuh luka di sekujur tubuhnya."Apa kau sudah gila! Kau benar-benar memilih mati!" teriak Neon.Lyra tidak bergeming, kepalanya sudah mulai terasa berat dan matanya menjadi remang-remang, kekuatannya sudah diambang batas.Sementara Raja Ziarkia yang masih terperangkap dalam sangkar salju tak kuasa menahan derita dan terus memukul sangkar salju, berharap ia bisa membantu Lyra yang sudah berkorban untuk Ziarkia.Lyra menatap kekasihnya dengan senyuman yang sangat tulus, ada perasaan yang sangat bersalah di dalam hatinya ketika ia memandang pandangan Neon dan kekasihnya."Semua ini salahku! Jika saja ak