Wajah koordinator itu seperti orang kebingungan, dia belum bisa mencerna apa sebenarnya yang sedang terjadi saat ini.Mendengar perkataan sinis Maman barusan, Suparno buru-buru mencairkan ketegangan dengan memperkenalkan koordinator itu. "Ini orang yang Pak Maman cari, namanya Amran."Maman mengerutkan kening ke arah Amran. "Apa yang kau lakukan sedari tadi?."Amran menjawab dengan sedikit gugup. "Anu pak...saya tadi melakukan inspeksi ke bagian lain."Ketika Maman mendengar jawaban itu, dengusan nafas kesal ia hembuskan dengan sangat kencang. "Apa kau tak tau kalau bahan baku sudah menumpuk?."Amran terlihat semakin gugup, ia tak tahu harus memberikan jawaban apa. Sudah lumrah jika ada penumpukan bahan baku di jam kerja sesudah istirahat, biasanya menjelang jam pulang baru ia memberikan perintah ke para operatornya untuk bergerak.Memikirkan hal tersebut, Amran merasa jika akan ada perubahan yang akan terjadi. Dan itu akan berimbas pada posisinya.Maman kemudian menunjuk ke arah tiga
Maman cukup senang dengan distribusi bahan baku yang ada saat ini. Setiap mesin prosesing sudah punya stock untuk diolah, setidaknya sampai sesi terakhir sebelum jam pulang kerja.Setelah memastikan semuanya sudah aman, Maman kemudian berjalan keluar dari bagian prosesing. Tiba-tiba..."Aku minta maaf, Pak Maman!." Pria yang tadi berdebat dengan Maman saat pengaturan bahan baku di bagian prosesing saat ini duduk bersimpuh di depan Maman."Kenapa kamu?." Maman bertanya dengan dingin.Maman tahu kenapa pria ini berlutut, namun ia berlagak tak tahu apa-apa. Ia juga sudah tak peduli dengan keadaan pria tersebut.Pada saat ini, pria itu bersimpuh dengan lemas sambil terisak. Sebuah pemandangan yang memalukan bagi seorang pria."Mengapa kamu menangis?." Maman menatap pria itu dengan heran. "Maafkan aku Pak, aku...aku...tidak tahu kalau Pak Maman bisa memecat saya...tapi tolong jangan pecat saya!. Kata pria itu disela-sela Isak tangisnya."Aku tidak suka dengan pemimpin yang tidak peduli de
Maman hanya ingin menjaga aset yang telah diberikan oleh ayahnya, bahkan kalau bisa mengembangkannya. Jika awalnya Maman hanya bekerja untuk mendapatkan hidup mapan dan posisi yang bagus sebagai bonus, namun saat ia tahu kebenaran dan fakta yang tersembunyi selama ini, saat ini fokus Maman bukan lagi sekedar mengejar materi atau kedudukan tetapi melaksanakan wasiat mendiang ayahnya.Grup Pratama seharusnya tidak menjadikan Maman sebagai ancaman, seandainya mereka mau sedikit saja meredakan ego dan ambisi, maka semuanya tidak akan menjadi konflik yang tak berkesudahan. Begitu pikiran Maman. Oleh karena itu, Maman tidak pernah mencari tahu apa dan siapa yang ada dibalik Grup Pratama. Ia tak akan mengganggu mereka selama orang-orang itu melakukan hal yang sama.Maman datang lebih cepat dari biasanya, ia ingin memulai kebiasaan baru untuk dirinya sesuai dengan perubahan status kepemilikan perusahaan yang hanya dia dan Pak Sumardi yang tahu ditempat itu. Sebelum berangkat tadi ia sudah me
Selepas Samri keluar dari ruang kerjanya, Maman kemudian memeriksa laporan harian bagian produksi. Hari ini sepertinya semua akan aman-aman saja, ia berharap semua pengaturan yang telah ia lakukan bisa berjalan baik di lapangan.Setelah selesai memeriksa laporan harian, Maman kemudian menuju ke ruang kerja Pak Sumardi. Ia hendak melaporkan pergantian beberapa personil, meskipun sejatinya ia adalah pemilik perusahaan ini, namun kedudukan Pak Sumardi tetap harus dihormati.Senyum menawan Winda langsung menyambut Maman begitu ia melewati meja wanita tersebut. "Pak Sumardi ada?." Tanya Maman sambil membalas senyuman Winda."Sepertinya hari ini Pak Sumardi tidak masuk." Jawab Winda."Eh apakah beliau sakit?.""Aku juga tidak tau, dari tadi aku menunggu info dari Pak Sumardi, tapi sampai sekarang tidak ada berita dari beliau."Maman tiba-tiba merasa ada yang tidak beres. Jika Pak Sumardi berhalangan, pasti ada informasi yang didapatkan Winda. Apakah ada sesuatu yang menimpa Pak Sumardi?.Wi
Setelah menemui Pak Suryawan, sekarang Maman menuju kembali ke perumahan Pak Sumardi. Ia harus mencari tahu siapa yang menjadi pembantu di rumah tersebut. Setelah bertanya ke beberapa tetangga rumah Pak Sumardi, ia mendapatkan informasi jika pembantu dirumah itu ada tiga orang. Dua orang wanita, dan satu orang pria. Ketiga pembantu itu ternyata satu keluarga, nama kepala keluarganya Agam.Si Agam ini bertugas sebagai keamanan sekaligus tukang bersih-bersih halaman, kedua wanita lainnya adalah Istri dan anaknya yang bertanggung jawab pada bagian dalam rumah.Saat ini Maman segera menuju ke rumah Agam, lokasinya tidak jauh dari rumah Pak Sumardi. Setidaknya keluarga tersebut pasti ada informasi soal Pak Sumardi karena selama ini merekalah yang sehari-hari menyertai pasangan suami istri tersebut.Maman tiba di sebuah rumah, dari luar terlihat jika rumah itu belum sepenuhnya selesai. Temboknya belum dicat, hanya lapisan semen yang menutupi susunan batu merah. Maman kemudian mengetuk pint
Setelah agak jauh meninggalkan rumah Agam, Maman menepikan motornya. Ia kemudian mengeluarkan ponsel lalu menghubungi nomor yang tadi diberikan Agam."Halo, siapa ini?." Suara seorang pria terdengar dari ujung telepon."Halo, apa benar ini dengan Pak Odie?." Tanya Maman dengan sopan."Iya betul, ada perlu apa?.""Maaf Pak Odie, aku dapat nomor bapak dari seorang teman, katanya kalau mau mencari orang yang berani melakukan pekerjaan berbahaya bapaklah orangnya." Maman berusaha memperlembut suaranya seperti orang yang sedang mencari pertolongan."Oh iya betul itu,.memangnya pekerjaan apa itu?." "Kalau boleh kita langsung bertemu saja Pak, lebih enak bicara empat mata.""Oke temui aku di warung kopi yang di perempatan menuju pasar.""Baik Pak."Sambil tersenyum sinis, Maman mematikan panggilan teleponnya. Ia tahu warung kopi yang dimaksud Odie, tanpa menunggu lebih lama lagi Maman segera memacu motornya menuju ke tempat tersebut.Sekitar lima belas menit kemudian, Maman sudah sampai di
Setelah mengatur nafasnya untuk menenangkan diri, Maman kemudian bergeser sedikit ke arah samping kiri dari tempatnya bersembunyi tadi. Ia mendekat sedikit ke arah gudang.Dari posisinya sekarang, ia bisa melihat ada sepuluh orang pria berjaga di sekitar area gudang. Penampilan kesepuluh pria itu terlihat seperti preman bayaran, bukan pengawal ataupun tukang pukul orang-orang kaya. Siapapun otak dari aksi penculikan ini, ingin menyembunyikan identitasnya dengan menyewa preman.Mata Maman semakin waspada saat melihat ada dua mobil mewah berwarna hitam datang merapat ke gudang. Dari kedua mobil itu turun dua orang pria berjas hitam. Meskipun dari jauh Maman masih bisa memperhatikan dengan jelas penampilan para pria yang baru datang itu."Aku yakin mereka itulah yang merencanakan semua ini!." Kata Maman. Ia kemudian mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan singkat lalu mengirimkannya ke Simon, bagaimanapun ia tidak boleh bertindak tanpa ada perencanaan matang.Maman maju lagi beberapa m
Maman kemudian mengeluarkan ponselnya, ia harus segera menghubungi Pak Suryawan. "Halo Maman, Bagaimana?." Tanya Paman Suryawan di ujung telepon."Aku mau bertanya Paman, apa sudah ada petunjuk tentang siapa yang berada dibalik penculikan Pak Sumardi?.""Menurut informanku, beberapa anak buah Gordo semalam berencana menculik seseorang." Jawab Pak Suryawan. "Kemungkinan besar itu adalah Pak Sumardi."Gordo? Mendengar nama itu Maman langsung teringat dengan apa yang diinfokan Odie tadi siang. "Gordo ini merupakan pemasok bodyguard sekaligus penyedia orang-orang yang bisa melakukan pekerjaan kotor untuk Pratama Grup." Sambung Pak Suryawan."Berarti cocok dengan dugaanku." Balas Maman. "Karena lokasi Pak Sumardi disekap ada di pelabuhan yang dipenuhi barang-barang dengan tulisan Pratama Grup.""Kata Pak Sumardi tadi, Paman Suryawan harus segera bertindak." ***Saat ini, di rumah Pak Rudi terlihat para petinggi keluarga sudah hadir. Mereka sedang m