Pernah terbayangkan tentang sebuah pernikahan?
Semua orang punya goals menikah masing-masing, punya impian sendiri bagaimana konsep pernikahan itu, bagaimana pernikahan sakral itu terjadi.
Aku akan menuju pernikahan impian bersama laki-laki yang kucintai dan itu impian terbesarku. Menikah bersama Danish.
Lamaran adalah langkah awal bukti nyata keseriusan sebuah hubungan sebelum melangsungkan pernikahan.
Hari ini telah tiba, dia akan melamarku.
Aku menutupi mataku dan merasakan kebahagiaan yang menyelimuti hatiku, bahagia yang tiada tandingnya. Bercita-cita menikah bersama Danish dan selangkah lagi impian itu akhirnya bisa terpenuhi. Bukankah kisah percintaanku begitu mulus?
Membuka mataku dan melihat sang makeup artis mengoles-oles makeup di wajahku.
Dengan kebaya brokat berwarna pink nude membungkus sempurna di tubuhku. Rambut disanggul ke atas aku merasa secantik Barbara Palvin.
Dengan tersenyum
Danish's POVAku menatap laptop di depanku, terdiam dalam waktu yang cukup lama. Tiga jam. Membaca ulang isi email tersebut, berharap ada tulisan yang salah atau hanya halusinasi, atau mungkin aku hidup dalam dunia kartun dan bisa merubah huruf-huruf di dalamnya, walau ini merupakan impianku.Menyugar rambut frustrasi berkali-kali, dan menelan ludah kasar, rasanya seperti makan batu tajam yang menusuk-nusuk tenggorokan."Huh!" Aku menyugar rambut frustrasi. Menarik ponsel dan melihat foto Anna tersenyum di wallpaper ponsel. Kembali membaca isi email dengan benar.Aku diterima kerja G0oogle. Pekerjaan yang diimpikan seluruh orang di seluruh dunia, cita-citaku menuju selangkah lagi, aku adalah manusia beruntung tersebut, walau di satu sisi aku merasa sial.Aku menopang dagu, mengetuk-ngetuk meja dan memutar bangku, kembali melihat keadaan kamar, kembali berbalik. Ini tidak mudah!Membuka toples, berisi makaroni pe
Pertemuan bersama Danish adalah kegiatan favorit yang membuatku semangat untuk melakukan apa saja. Tapi, sekarang tak ada bahagia itu, aku tak ingin menemuinya lagi. Sial sekali nasibku.Aku hanya menangis, dan tidak menceritakan masalah besar apa yang sedang menimpa hidupku. Orang tuaku pasti akan bersedih luar biasa.Bisa dikatakan, aku tidak baik-baik saja. Jauh dari kata baik-baik saja. Aku takut, aku kecewa, aku terluka, tapi masih ada sisa keegoisan yang membuatku berharap, laki-laki sial itu bertahan. Walau aku sudah siap dengan apa punya yang terjadi. Tidak, aku tidak sekuat itu, luka apa pun yang menimpa hidupku, aku akan mencoba ikhlas.Dengan tubuh yang lemas, aku hanya memakai jaket denim, celana jeans, dan topi berwarna putih. Topi Danish. Bahkan belum tahu jawabannya, aku sudah bersedih luar biasa, aku hanya menunduk, sembari menyeka air mata yang tak dapat kubendung. Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan, aku sangat mencintai laki-l
Aku sudah mandi, dan merasa sedikit lebih baik. Ingat, sedikit! Menahan luka, dan berpura-pura bahagia itu rasanya sangat menyakitkan.Turun dari kamar, aku mengintip melihat di mana orang tuaku, aku tak mau mereka menangkap diriku, aku hanya ingin menyendiri, dan merenungi nasibku.Dengan membuat minuman cereal, dan beberapa potong roti, aku membawa kembali ke kamar, mengunci pintu rapat, dan mungkin meneruskan menangis, atau mencari solusi dari semua ini, atau mungkin tak ada solusi.Kaki telanjang memijak lantai yang dingin, membuat tubuhku dingin dan mati rasa. Bersedih luar biasa, aku gagal, dan kehilangan segalanya.Aku membuka jendela, dan melihat gerimis manja yang membuatku makin teriris.Tak sanggup, aku mundur dan terduduk di atas ranjang, melihat keadaan kamar yang hancur. Aku mencoba untuk menerima fakta yang ada, dan mungkin bisa menerima diriku lagi. Layaknya sebuah guci mahal, ketika terjatuh, maka hancur dan
"Aku hamil!"Hening! Bahkan, jangkrik saja tak berani bersuara. Bumi seolah berhenti sebentar, dan tak lagi berputar pada porosnya. Sendok yang hendak masuk ke mulut enggan masuk dan tertahan di udara.Aku memperhatikan satu-satu wajah orang tuaku, wajah kecewa itu kentara sekali, mau marah, mau mengamuk."Momma sama Ayah marah?" cicitku pelan. Butuh waktu untuk memberitahu ini, aku menguatkan diriku berkali-kali, walau sekarang juga masih tremor. Kecewa sudah pasti, ya, aku bodoh!Momma dan Ayah terdiam beberapa saat, seperti orang bisu, dan akhirnya kembali menghela napas panjang, tidak ikhlas."Ya, aku bodoh. Kupikir, aku akan terus hidup bersamanya, dan menyerahkan segalanya. Sejujurnya, aku yang mendesak dia buat nikah, karena aku hamil." Aku menunduk, memainkan jari-jari tangan seperti anak kecil, mencoba menutupi mataku, dan merasakan kepalaku berdenyut-denyut seperti dipukul dengan palu milik Thor."Aku
"Anna, maaf. Tahu begini, Mommy takkan mengizinkan Danish pergi."Perkataan itu semakin membuatku membenci semua orang. Tak ingin membuka mata, tapi keadaan mendesak agar aku kembali menerima kenyataan hidupku yang begitu pahit. Menyedihkan!"Anna, kamu nggak papa?" Aku hanya menatap Mommy si sialan itu dengan sorot benci yang begitu kentara. Jangan bilang aku lemah, dan sakit aku akan berubah jinak. Tidak semudah itu! Perasaan dendam ini akan kubawa hingga kumati."Anna, maaf apa yang telah terjadi. Mommy di sini bukan sebagai orang tua Danish, tapi sebagai orang tua. Dari dulu, Mommy sudah menganggap kamu anak sendiri. Satu hal yang harus kamu tahu, Ayah Danish memukul anaknya sendiri, karena Danish tetap memilih pergi, mungkin di awal dia sudah dilukai egonya. Semuanya salah kami."Aku hanya terdiam, mau mencari pembelaan, alasan apa pun, aku tidak peduli!Aku mencari-cari di mana Momma. Sungguh, radarku berdiri teg
Aku menghalau sinar matahari, yang terasa begitu membakar kulit. Merasa seperti vampire. Berjalan terburu-buru, aku langsung masuk ke dalam mobil.Membuka kardigan, karena terlalu panas. Aunty Ilene menyambutku dan tersenyum. Hari ini, kami akan pergi ke dokter untuk memeriksa kandungan. Yeah, setelah berkabung sekitar dua bulan, benar-benar mengurung diri, tak pernah keluar rumah, yang membuatku seperti takut dengan matahari. Terkadang, ada saat aku merasa tidak berguna sama sekali, aku hanya jadi beban bagi orang tuaku, bagi Aunty Ilene dan suaminya.Aku telah berhasil melewati masa-masa trimester pertama yang melelahkan, dan hari ini kami akan periksa kandungan, sekalian mengecek jenis kelamin. Siap tak siap, tapi sedikit perasaan membuncah yang membuatku tak sabar untuk melihat anakku. Aku akan berpijak kuat pada dunia, untuk membela anakku, tidak ada yang boleh menyakiti dirinya.Aku melihat ke jalanan. Sedikit perasaan sedih membuatku ter
SAMBUNGAN CHAPTIRE 25!Danish's POVKalian pikir aku akan bodoh? Aku akan mengikuti sandiwara murahan tersebut? Tidak! Sejak awal, aku sudah tahu jika itu adalah anak-anakku. Walaupun, tanpa bukti yang aku temukan, aku tetap akan mengenali anak sendiri. Sebenarnya, aku sangat menyesali, setan apa yang merasuki diriku agar membuang para berlian ini?Aku merasa jadi bajingan paling beruntung ketika mengetahui fakta itu. Tinggal bagaimana membujuk Anna untuk menikah denganku, kami pernah gagal menikah, dan sekarang aku ingin menunjukan padanya keseriusan dan menikah, menikah untuk terakhir kalinya.Wanitaku.Aku hanya mengikuti mobilnya yang menuju rumahnya, dan akan kujadikan rumahku selanjutnya, aku dan Anna harus tinggal dalam satu atap.Ketika melihat kecantikannya yang tak pernah memudar, ketika Anna keluar dari mobil dan menyusul Celine dan Celena. Entah kebaikan apa yang pernah kulakukan di masa lalu, hingga Tuhan
Ayah memintaku untuk menemuinya segera, tapi aku punya alasan yang lebih urgent. Aku tahu, apa yang mau dibicarakan Ayah.Setelah pulang kerja, aku akan menemui Mommy si sialan. Misi dimulai sekarang. Jadi, begini kira-kira skenarionya. Aku sudah menghire seorang mahasiswa yang butuh uang. Jadi, dia akan berpura-pura mengaku sebagai kekasih Danish brengsek, dan punya anak kembar. Aku akan membawa anak-anakku, aku ingin buat ibunya serangan jantung. Ya, sedikit jahat tidak masalah, karena anak mereka dasarnya tak punya otak.Aku sedang bersemangat untuk berdandan, tampil secantik mungkin, aku ingin menunjukkan aku sudah bangkit, tinggal balas dendam saja.Aku memulas mata dengan eyeshadow berwarna abu-abu, tinggal lipstik. Merasa begitu cantik, dan tampil percaya diri.Berpikir, saat menemui kata-kata hasutan apa yang membuat ibunya jadi membenci anaknya sendiri. Walau aku tahu, Mommy si sialan itu berhati lembut. Menarik napa
ABC NEWSTelah terjadi kecelakaan pesawat Europe Air pada tanggal 28 Juni dini hari, pesawat mengalami kesalahan teknis, dan membuatnya jatuh ke hutan di Ermenonvile, Perancis.Pada pintu bagian kargo tidak tertutup rapat menyebabkan pesawat mengalami tekanan udara di tengah penerbangan.Hal ini menyebabkan kerusakan pada sejumlah bagian pesawat, termasuk mesin yang perlahan-lahan hancur. Tidak ada penumpang yang selamat dalam kejadian ini.Otoritas setempat mengatakan, terjadi ledakan besar, dan sekarang TIM SAR sedang menggerakkan seluruh tim untuk mencari badan pesawat.Penumpang yang berisi 288 penumpang termasuk para awak kabin. Para jenazah sedang diidentifikasi.____________Tubuhnya lemas tak bersisa, semua ini salahnya, semua karena kebodohannya. Bahkan, dia sudah tak sanggup untuk bernapas, bersuara saja rasanya tidak sanggup.Kematian adalah suatu kepastian, perpisahan tak dapat di
Banyak orang yang terobsesi dengan Perancis, terutama Paris dengan ikon khas menara Eiffel yang mendunia. Salah satu kota yang dijuluki sebagai kota paling cinta, kota paling romantis di dunia. Apalagi ingin menghabiskan waktu bulan madu.Sebenarnya, aku tak terlalu banyak berekspektasi tentang bulan madu kali ini, apalagi anak-anakku tidak diikutsertakan, setengah ikhlas aku menjalani ini.Danish memboyong bulan madu ke Eropa, tapi kami lebih berfokus ke Perancis. Aku menghindari Paris, walau kata orang kota romantis, tidak bagiku, kota itu banyak kasus pencopetan, bau pesing, bahkan penduduk lokal sangat tidak ramah pada turis, mereka tak mau berbicara bahasa Inggris, mereka hanya mau berbicara bahasa Perancis.Akhirnya kami memilih di Perancis Timur. Aku lebih suka bangunan gaya kuno yang sudah berdiri sejak abad pertengahan."Aku kenapa selalu terobsesi dengan kerajaan?" tanyaku pada Danish. Kami sedang berada di Perouges, sebu
Lantunan lagu syahdu, mengiringi setiap langkah. Setiap langkah beriringan dengan sebuah tangisan penuh kebahagiaan, aku merasa belum bisa memijak dunia sekarang. Pipi terasa memanas, tubuh terasa ringan, irama jantung yang berdegup kencang, napas serasa dicekik. Aku berusaha untuk menelan ludah walau sulit.Aku bahagia! Ini bukan hari perkabungan, tapi aku ingin meratapi nasibku. Di depan sana, seorang laki-laki yang dulu pernah berjanji akan menikahiku, dan semuanya gagal di saat pernikahan impian itu sudah berada di depan mata.Aku meremas tanganku sendiri, rasanya ingin menampar pipiku jika ingin bukan mimpi, tapi sebuah mimpi yang kubangun bertahun-tahun, dan sekarang menjadi kenyataan."Rileks. Semua akan berjalan dengan lancar." Aku tertawa kecil, sambil menoleh pada Ayah. Laki-laki yang sudah membesarkan aku mengandeng tanganku, dan berjalan menuju altar yang sedang berdiri laki-laki yang pernah mengingkari janjinya sendiri.
Aku kembali berdiri kaku, memandangi sebuah gaun mewah berdiri angkuh di depanku. Aku memperhatikan gaun itu lamat-lamat, dan meyakinkan diriku, ini yang aku inginkan, ini yang aku tunggu-tunggu selama ini.Aku kembali mengehela napas, gaun pengantin sudah tersedia di depanku, dan aku kembali meragukan hatiku, di saat semua sudah siap. Bukan, aku tidak meragukan Danish sama sekali, aku yakin laki-laki itu akan bertanggung jawab, tapi aku meragukan diri sendiri, dan kembali dilempar pada kejadian lima tahun ke belakang, aku gagal menikah.Di saat aku sudah memimpikan pernikahan impian, aku sudah menghayal tentang sebuah rumah tangga yang harmonis, keluarga kecil yang bahagia, dan impian itu dirusak beberapa jam, rasanya masih membekas hingga kini."Kamu suka?" Aku berbalik ke arah Danish yang memeluk pinggangku, sambil mencium pipiku. Aku tersenyum ke arahnya, sambil mengangguk.Gaun berwarna ungu dengan tulle berwarna putih di bawa
Dengan menyemprotkan parfum ke beberapa bagian tubuh, leher, pergelangan tangan, keliling tubuh bagian depan dan belakang, aku mencium parfum tersebut, dan tersenyum. Bernapas lega!Aku masih berdiri di depan kaca, sambil mengukur gundukan bulat di perutku, mengelus-elusnya. Kembali tersenyum dengan kebahagiaan, tak menyangka takdir membawaku sejauh ini.Aku mengikat rambutku dan memastikan sekali lagi penampilan.Hari ini, perayaan untuk keluarga kecilku, dan semua keluarga akan berkumpul.Aku menengadahkan wajah ke atas, bernapas lega, dan bersyukur masih bisa bertahan hidup sejauh ini, dengan keluarga yang harmonis, keluarga yang selalu mendukung, serta anak-anak yang sangat menggemaskan semuanya.Ganggang pintu bergerak, aku alihkan pandangan ke pintu bercat putih tersebut. Menyambut calon suami yang sangat mengesalkan, tapi harus kuakui hidupku sepi jika dia tak berada di sekelilingku. Aku merentangkan kedua tanga
"Jadi, pada akhirnya kamu tetap memilih tytyd jelek itu?" Aku hanya memalingkan wajahku, malu tentu saja. Aunty Ilene berbicara mana peduli dengan perasaan orang lain, asal apa yang dia keluhkan keluar."Aunty marah?""Lebih ke kecewa, sih. Malu juga, mereka itu memang paling dekat, Dennis itu abangku, Bella itu sahabatku dulu, punya anak sebiji Danish, keponakan favorit yang akhirnya mengecewakan semua orang." Aku kembali menghela napas. Mau bagaimana lagi, aku kembali hamil dengan laki-laki itu, dan aku mencintai Danish, biarlah jadi wanita bodoh, aku akan melakukan apa saja demi kebahagian anak-anakku."Mungkin udah takdirnya, Aunty. Nyatanya aku kembali dengannya, walau awalnya sakit hati, dendam. Tapi, Danish sudah punya banyak anak." Aku menjilati bibirku. Kami sama-sama menghela napas berat.Sekarang, anak-anak lebih dikuasai Mommy Danish, aku tak banyak berbuat karena tahu wanita itu sedang menikmati perannya sebagai nenek, setel
Aku mengalihkan pandangan ke belakang, melihat interaksi antara nenek dan cucu yang begitu akrab sekarang. Jadi, aku akan memeriksa kehamilan, tapi Mommy Danish sudah berpesan agar dia juga ikut dalam pemeriksaan kali ini. Dan satu keluarga ikut. Nasib baik, Momma, Ayah, Aunty Ilene dan keluarganya ikut, jika tidak serasa piknik keluarga."Mommy penasaran dengan bentuk bayinya, pasti lucu.""Masih jadi kecebong itu, Mommy." Aku langsung mencubit paha Danish, karena bicara sembarangan."Udah besar. Bahkan udah tahu jenis kelaminnya. Perut Anna juga udah besar." Aku menunduk, dan kembali melihat gundukan perutku, ya memang terlihat membuncit sekarang. Dan anak-anak sebenarnya belum dikasih tahu, jika mereka sudah jadi kakak sekarang."Kalau kembar lagi, Mommy pasti akan senang bangat." Aku hanya menggeleng, tak mau berekspektasi apa-apa, asal anakku sehat, sudah lebih dari cukup buatku.Danish sedang menyetir, kami sudah membu
Aku memeluk tubuh Danish dari belakang, dia sedang mencuci piring. Ya, sekarang dia kesurupan untuk melakukan semua pekerjaan rumah, walau aku juga ikut membantunya. Atau, kami membagi pekerjaan, dia memasak aku akan mengurusi anak-anak untuk sekolah, atau aku yang memasak Danish mengurusi anak-anak sekolah."Pasti dapat jatahnya kurang, atau malah puas bangat?" Aku hanya tersenyum dengan komentar mesum terus. Danish dan otak mesumnya tak dapat dipisahkan, layaknya kendaraan tanpa bahan bakar, tidak berfungsi."Dua-duanya, sih. Kadang kamu ngeselin, tapi ada saat di mana aku ingin berkata ribuan kali aku mencintai kamu, dan kamu membuktikan semuanya." Danish mencuci tangannya, dan berbalik padaku, dia memeluk pinggangku aku memeluk lehernya, sambil tersenyum ke arahnya."Mama pasti udah ketagihan sama Tiger, makanya Mama tidak akan bisa melepaskan lagi. Tenang aja, Tiger akan selalu memberi servis terbaik.""Ish! Bukan itu."
"Aku selalu membayangkan kamu dalam balutan baju pengantin. You're so damn sexy, Anna!" Aku memutar bola mataku. Menatap malas ke arah Danish."Bagiku, baju pengantin seperti mimpi buruk. Aku pernah gagal menikah, dan aku seperti akan merasakan mimpi buruk itu lagi.""You won't. I'm promise, Baby!" Aku langsung menepis tangan Danish yang berusaha untuk mengelus-elus pipiku. Kami sedang berdebat tentang baju pengantin, tentang pernikahan yang kurasa seperti mimpi buruk. Aku kembali mengalami ketakutan tentang pernikahan.Danish memeluk leherku dari belakang. Aku berbalik padanya, dan hidungku menyentuh pipinya."Tapi, ngomong-ngomong, di bayangan aku, baju pengantin itu warna ungu.""Kamu bebas memilih, Sayang. Mau baju pengantin dari tai kambing juga bisa." Ucapan ngawur dari Danish membuatku ingin menggunduli rambutnya. Benar-benar ajaib!"Padukan gaun ungu dengan tulle warna putih sehingga paduan warnany