Beranda / Pernikahan / LELANG PENGANTIN / Bab 1. Pelelangan

Share

LELANG PENGANTIN
LELANG PENGANTIN
Penulis: Dee Circle

Bab 1. Pelelangan

Penulis: Dee Circle
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-02 16:42:55

“Pelelangan?” Alan langsung merasa tertarik saat pagi itu Mr. Handoko mengajaknya ke salah satu pelelangan paling menarik yang pernah ada. Setidaknya begitu yang rekan bisnisnya itu katakan.

"Ya. Percayalah, anda tidak akan kecewa dalam pelelangan kali ini. Ini adalah yang paling istimewa, sedikit tersembunyi dan primitif. Hanya orang-orang tertentu yang mengetahuinya." Lelaki itu terkekeh sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda. Membuat Alan merasa semakin penasaran.

“Well, Ok. Aku pikir itu cukup menarik untuk menghabiskan waktu kita hari ini. Aku sudah merasa cukup puas dengan pantai dan pertunjukan seni yang anda persiapkan dalam dua hari ke belakang." Alan mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mempertimbangkan. Tidak ada salahnya ia ikut. Lagi pula itu tidak akan memakan waktu terlalu lama. Sore nanti ia akan kembali ke New York dan meninggalkan pulau yang dikenal dengan titisan surga ini.

"Itu adalah jawaban yang aku inginkan, Mr. Sander. Anda tidak akan menyesal. Aku jamin itu." Mr. Handoko menepuk bahu Alan berlagak akrab.

Sebenarnya Alan tidak terlalu suka dengan sikapnya itu, ia selalu menjaga jarak dengan rekan bisnisnya agar tidak terlalu akrab. Menurut pengalamannya selama bertahun-tahun sebagai seorang pebisnis, banyak yang mengambil kesempatan saat ia terlalu membuka diri.

Namun Alan akan mengabaikannya kali ini. Lagi pula, selama ini Mr. Handoko sudah membuatnya merasa sangat puas dengan kerja sama bisnis mereka.

"Jadi, perlelangan apa ini sebenarnya? Perhiasan? Properti? Atau mungkin ...” Alan memberikan jeda di antara kalimatnya sejenak. Ia memperhatikan raut wajah Mr. Handoko yang sejak tadi hanya memberikan cengiran penuh misteri.

“Perlelangan sebuah pulau?” tebaknya kemudian.

Indonesia marak dengan berbagai berita tentang penjualan pulau-pulau mereka belakangan ini. Sebagai pebisnis, ia pasti akan sangat tertarik jika ada yang menawarkan hal itu padanya. Terlebih, bisnis pariwisata di Indonesia juga cukup menjanjikan.

Bahkan jika harus menjadikan pulau itu sebagai pulau pribadi pun, Alan sama sekali tidak keberatan. Memiliki Villa pribadi di surga dunia ini tetap saja tidak merugikannya.

Mr. Handoko tergelak keras saat mendengar tebakannya. “Mr. Sander, tidak perlu diragukan lagi bahwa otak anda memang otak bisnis.Tapi kali ini, aku akan membawa anda pada sesuatu yang jauh dari ekspektasi. Nanti Anda sendiri yang akan memutuskan sejauh apa pelelangan ini bisa dikatakan menarik, bahkan fantastis," ujar Mr. Handoko yang berhasil membuat rasa penasaran Alan menjadi semakin tinggi.

“Ok. Ayo kita pergi. Bawa aku kesana. Kita akan melihat sehebat apa pelelangan yang anda katakan ini."

“Ini tidak akan mengecewakan. Aku janji. Anda akan menyukainya.” Mr. Handoko kembali memberikan kedipan menggoda untuknya. Lalu mereka berjalan menuju pintu keluar restoran di mana keduanya baru saja menyelesaikan sarapan.

***

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh dengan mobil landrover defender yang disediakan Mr. Handoko, ternyata mereka juga harus menyeberangi pulau dengan sebuah yatch, hingga akhirnya tiba di sebuah alun-alun desa yang dipadati para manusia.

Alan memperhatikan keadaan sekitar. Banyak orang yang terlihat berbicara dan tertawa dengan rekan-rekan satu kelompoknya. Ada juga yang datang sendirian atau berdua. Tidak hanya para pria, namun para wanita juga terlihat memenuhi area tersebut. Walaupun hanya satu dua orang. Menandakan pelelangan itu bukanlah pelelangan yang bisa menarik minat para wanita.

Alan kembali memperhatikan wajah-wajah yang hadir. Bukan saja para pribumi yang memenuhi alun-alun titu, beberapa pendatang manca negara seperti dirinya juga ikut hadir.

"Mungkin memang seperti yang dikatakan Handoko, pelelangan misterius ini memang ekslusif, hanya dihadiri oleh orang-orang tertentu." pikir Alan.

Aroma parfume dari berbagai kualitas, dari yang murah hingga mewah, serta bau tembakau menyengat memenuhi udara di sekitarnya. Ini benar-benar hari yang panas.

Sekali lagi Alan mengernyit, "orang-orang tertentu ini jelas bukan hanya datang dari kalangan kaum Borjuis," pikirnya lagi.

Pandangan Alan tertuju ke arah tengah alun-alun kota, di mana sebuah panggung sederhana yang terbuat dari kayu dan papan berdiri dengan dekorasi seadanya. Benar-benar seadanya.

Seperti kata Mr. Handoko, ini jauh dari ekspektasi Alan tentang sebuah pelelangan. Ia pikir, mereka akan melakukannya di dalam sebuah ruangan tertutup. Seperti itu lah pelelangan yang biasanya Alan hadiri.

“Pelelangan itu dilakukan di sini?” tanya Alan pada lelaki berusia sekitar pertengahan empat puluh tahunan di sampingnya itu.

Sejak setahun yang lalu, Alan Sander dan Segara Handoko menjalin kerja sama bisnis perhotelan di Bali. Dan sejauh ini itu cukup menguntungkan. Mr. Handoko tidak pernah mengecewakannya. Ia berharap kali ini juga tidak.

“Ya. Tidak akan lama lagi akan dimulai.” Mr. Handoko mengangguk sambil terus menatap lurus ke arah panggung. Matanya penuh binar yang ... entahlah, menurut Alan malah terlihat terlalu bersemangat kali ini.

“Itu, acaranya akan segera dimulai.” ucap Mr. Handoko lagi sambil menegak minuman mineral dari botol yang mereka beli begitu tiba di tempat ini tadi.

Cuaca memang sangat panas hari ini. Langit terlihat sangat cerah tanpa sedikit pun awan yang membayangi. Ditambah dengan hawa laut yang berhasil membuat warna kulitnya memerah setelah tiga hari berada di negara ini.

Walau sudah beberapa kali mengunjungi Indonesia, Alan masih saja kesulitan untuk beradaptasi dengan panasnya udara tropis negara ini. Walaupun, ya, dia memang menyukainya. Pemandangan alamnya luar biasa. Belum lagi budaya yang mereka miliki.

Alan menoleh ke arah panggung yang kini telah diisi oleh seorang presenter lelaki yang membuka pelelangan. Seorang lelaki bertubuh agak gemuk dengan pipi memerah bagai buah tomat masak. Cuaca panas ternyata juga mempengaruhinya.

“Selamat siang dan selamat datang, tuan dan nyonya. Hari ini kami hadir kembali dengan gadis-gadis menawan yang tentu saja tidak akan pernah mengecewakan Anda. Semua gadis yang akan dilelang hari ini telah melewati seleksi ketat sehingga kami bisa memberikan kualitas super pada Anda semua. Tentu saja, seperti yang selalu kami usahakan.” Lelaki di atas pentas itu membuka acara.

Alan sungguh tidak dapat mempercayai pendengarannya. Pelelangan gadis? Yang benar saja!

Ia menatap tajam ke arah Mr. Handoko yang saat ini masih terlihat antusias memperhatikan panggung. Ia kembali membawa botol minuman di tangannya ke mulut, lalu meneguk beberapa tegukan.

“Pelelangan manusia?” tanya Alan menunggu penjelasan dari rekan bisnisnya itu.

Mr. Handoko meliriknya sekilas sambil memberikan cengiran puas. “Ya, Sir. Dan yang pasti, mereka bukan gadis sembarangan. Mereka masih virgin dan bisa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan sangat baik. Tidak hanya itu, aku dengar mereka juga bisa memuaskan Anda di atas ranjang dengan sangat baik."

What? Apa-apaan ini?

"Jika anda perlu simpanan, mereka adalah pilihan terbaik." lanjut Mr. Handoko lagi dengan senyum lebar di bibirnya. Lalu mengedipkan sebelah matanya nakal.

Ini gila! Pelelangan manusia? Bagaimana mungkin ini terjadi di masa sekarang?

Sementara Alan sibuk dengan pikirannya, di depan sana sang presenter sedang melelang gadis ke dua setelah yang pertama berhasil terjual pada salah seorang wisatawan asing. Entah bagaimana nasib mereka setelah itu.

Bahkan bagi Alan yang bisa dibilang jauh dari kata suci pun, hal ini tetap saja keterlaluan dan tidak dapat diterima!

***

Meyra Gharvita menatap kerumunan orang-orang di hadapannya dengan gugup. Setelah giliran gadis yang saat ini sedang dipuja-puji oleh sang presenter di atas pentas itu, maka selanjutnya adalah gilirannya.

Akhirnya hari ini tiba. Ia sudah mempersiapkan diri selama berminggu-minggu untuk hari ini. Berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam memasak dengan susah payah.

Memasak adalah kelemahan Meyra. Ia cukup cekatan dalam bersih-bersih. Demikian juga dengan berburu dan berenang. Namun untuk urusan dapur, ia angkat tangan.

"Memasak adalah kuncinya. Banyak yang tertarik untuk membayarmu tinggi jika kau ahli mengolah makanan dengan baik." Demikian kata Nyonya Kartika, agen pelelangan ini.

Setelah kehilangan kedua orang tua dalam kecelakaan saat ia berumur sepuluh tahun, Meyra dibesarkan oleh neneknya. Ia hanya menamatkan sekolah menengah atas. Namun, memiliki kehidupan yang lebih baik selalu menjadi keinginan terbesarnya. Hanya saja, keadaan mengekangnya di pulau ini hingga ia berumur dua puluh lima tahun.

Di pulau Lemuri, yang bahkan tidak terlihat di dalam peta.

Mereka yang berada di sini awalnya adalah orang-orang buangan atau pelarian. Baik dari Indonesia sendiri, atau dari beberapa negara tetangga seperti Australia, Malaysia, Thailand, dan Selandia Baru.

Tidak heran, jika wajah-wajah penduduk di sini juga beragam. Seperti dirinya, wajah Indonesianya termasuk cukup kental, dengan kulit eksotis seperti warna madu yang menjadi daya tarik tersendiri. Namun, postur tubuhnya bisa dikatakan cukup tinggi untuk ukuran pribumi.

Neneknya adalah peranakan Australia dan Sumatera. Ia mendapatkan postur tinggi dari sang nenek. Begitu pula dengan ayahnya. Sedangkan Ibunya, Meyra ingat ia adalah wanita lembut bertubuh mungil.

Tahun lalu, neneknya meninggalkannya untuk selamanya. Selama ini, ia tidak bisa meninggalkan tempat ini semata-mata karena baktinya pada sang nenek. Ia tidak mungkin meninggal neneknya sendirian. Mereka hanya memiliki satu sama lain di dunia ini.

Walau neneknya selalu mengatakan agar ia pergi kemanapun yang ia inginkan, namun Meyra hanya akan pergi jika itu bersama neneknya.

Saat ini, ia akan pergi dengan kenangan sang nenek yang akan ia bawa sampai mati.

Sekarang waktunya, Meyra akan meninggalkan pulau Lemuri ini.

Saat ia mendaftar dalam pelelangan ini, banyak terdengar cemoohan yang mengatakan bawah dirinya tidak pantas. Tidak akan ada lelaki atau keluarga terhormat yang menginginkan dirinya jika ia tidak bisa memasak dan melakukan pekerjaan rumah tangga.

"Mereka menginginkan seorang wanita yang lemah lembut dan penurut." Begitu yang mereka katakan.

"Meyra bahkan tidak bisa mengangguk tanpa membantah ketika dinasehati. Kalaupun ada yang menginginkannya, ia pasti akan dibayar dengan harga paling murah." cemoohan lainnya juga kerap terdengar. Diikuti dengan tawa mengejek dari yang mendengar.

Meyra tidak peduli. Terserah mereka mau mengatakan apa. Yang pasti, ia akan keluar dari pulau ini bagaimanapun juga.

"Selanjutnya, Nona Meyra Gharvita."

Meyra mendengar namanya dipanggil, dan debaran jantungnya menjadi semakin cepat.

Setelah menarik napas dalam, ia mengangguk mantap dan melangkahkan kakinya menuju ke tengah panggung. Ia membusungkan dada dan menatap lurus ke arah kerumunan.

Saat itulah, matanya tertuju pada sepasang mata tajam seorang pria asing yang berada di barisan paling belakang. Pandangannya mereka saling mengikat, terpaku satu sama lain untuk beberapa saat.

Siapa dia?

Bab terkait

  • LELANG PENGANTIN   Bab 2. Terjual dengan Harga Tertinggi

    "Ayo Nona Meyra, berputar lah." kata sang presenter sambil mendorong sedikit bahunya agar melakukan putaran. Meyra melakukannya. Gaun biru laut sebatas betis yang ia kenakan saat ini berayun dan jatuh dengan sempurna. Memamerkan lekukan tubuhnya tanpa harus terlihat murahan.Ini adalah gaun terbaik yang ia miliki. Gaun yang dijahitkan oleh neneknya sekitar dua tahun yang lalu. Namun, cukup jarang ia kenakan. Hanya di waktu-waktu tertentu saja. Gaun itu memiliki lengan sebatas siku, dan kancing yang berjejer rapi di sepanjang dada hingga pinggang. Bagian roknya berbentuk circle hingga sebatas betis. Sederhana, namun sangat manis. Begitu yang dikatakan neneknya saat ia mengenakannya untuk pertama sekali."Bentuk tubuhnya sempurna. Dengan pinggul yang melengkung indah bak gitar spanyol." ujar sang presenter lagi. Lalu siulan terdengar dari arah kerumunan. Membuat wajah Meyra memerah karena menahan malu."Lihat dan perhatikanlah. Bentuknya yang sempurna. Aku berani menjamin ia tidak aka

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • LELANG PENGANTIN   Bab 3. Pernikahan Dadakan

    "10.000 dollar?" Meyra tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.Dan yang membuat dirinya lebih tidak percaya lagi adalah nilai fantastis itu ditawarkan oleh lelaki bermata tajam tadi. Lelaki yang membuat matanya terpaku untuk beberapa saat. Yang wajahnya terlihat kesal dan marah.Lalu kenapa ia mau memberikannya harga setinggi itu?Rasanya tidak mungkin. Itu adalah harga termahal sepanjang sejarah pelelangan ini. Belum pernah ada seorang gadis pun yang terjual dengan harga setinggi itu. Dan hari ini, dirinya yang digunjingkan tidak akan ada yang menginginkan, terjual dengan harga paling tinggi.Berkali-kali lipat lebih tinggi dari gadis lain yang pernah dilelang di sini.Harga tertinggi sebelumnya adalah 2500 dollar. Dan dirinya berhasil memecahkan rekor dengan angka 10000 dollar."Berapa banyak itu jika dihitung dalam jumlah rupiah?" batinnya mulai menghitung-hitung.Dalam pelelangan ini, pihak penyelenggara pelelangan memang lebih memilih menggunakan mata uang US dollar.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • LELANG PENGANTIN   Bab 4. Kesepakatan

    Alan masih tidak percaya bahwa dirinya telah menjadi seorang suami saat ini. Lebih parahnya lagi, ia menikahi seorang wanita yang sama sekali tidak dikenalnya.Lelaki itu melirik wanita yang beberapa jam yang lalu dinikahinya itu. Ia sedang memikirkan bagaimana cara menjelaskan semuanya pada Meyra."Meyra ..." panggil Alan akhirnya setelah sekian lama mereka hanya diam dan terjebak di dalam situasi kaku tersebut.Setelah tiba di hotel tadi, mereka langsung masuk ke dalam kamar dan memilih memesan makanan dari kamar saja.Meyra menoleh dan tampak berusaha menutupi rasa gugupnya dengan tersenyum kaku."Ya?" Suara wanita itu terdengar bergetar. "Kita harus membicarakan sesuatu. Aku rasa ini serius. Kau harus benar-benar paham akan situasi ini."Meyra tidak menyahut. Ia hanya mendengar dengan dahi berkerut. Menandakan saat ini wanita itu sedang kebingungan."Jujur saja, aku tidak pernah berpikir akan menikah seperti ini. Aku bahkan tidak berniat untuk menikah dalam waktu dekat." Alan mem

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • LELANG PENGANTIN   Bab 5. Tiba Di New York

    24 jam kemudian, Meyra dan Alan tiba di John F Kennedy airport, New York. Ini adalah pertama sekalinya Meyra melihat keadaan seramai dan sesibuk itu. Berbagai ras berlalu lalang dengan cepat disekitar mereka.Saat Meyra sedang celingak-celinguk layaknya gadis kampung yang masuk kota, dan langsung ke kota sebesar New York pula, Alan berdecak kesal begitu menyadari istri dadakannya itu tertinggal cukup jauh di belakangnya. Dengan tergesa lelaki itu berbalik dan berjalan menghampiri Meyrabdan menarik tangannya.Meyra terkejut saat menyadari tangannya digenggam erat oleh Alan. Lalu sebuah senyum tipis malu-malu terukir di bibirnya karena menyangka Alan adalah tipe suami yang cukup romantis karena sikapnya itu. Namun, senyum manis itu seketika memudar saat mendengar suara bernada dingin dari sang suami."Apa kau bisa berjalan lebih cepat sedikit? Aku bisa terlambat ke kantor jika caramu berjalan masih selambat siput!" Alan berkata dengan senyum dipaksa karena menahan frustasi."Ah ... Eh,

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29
  • LELANG PENGANTIN   Bab 6. Kediaman Sanders

    Butuh satu jam lebih beberapa menit hingga mereka tiba di mension rumah milik Alan. Rumah suaminya itu terletak di salah satu perumahan di New jersey. Hal yang tidak terduga bagi Meyra, ternyata kota New jersey itu cukup asri dengan banyak pepohonan yang masih terlihat tumbuh di sana. Well, tentu saja tidak sebanyak pepohonan di pulai Lemuri tempat Meyra berasal.Perjalanan satu jam itu terasa singkat bagi Meyra karena gadis itu sibuk memperhatikan ke luar jendela mobil dengan pandangan takjum. Alan yang beberapa kali melirik sang istri dari samping itu tidak berkomentar banyak, ia maklum dan membiarkan saja kelakukan wanita yang dinikahinya sekitar 30an jam yang lalu itu. Ia akan memikirkan apa yang akan dilakukannya pada Meyra nanti. Saat ini banyak hal yang harus mendapatkan perhatiannya terkait bisnis mereka di New York. Alan kembali focus pada apa yang disampaikan Leo padanya selama sisa perjalanan itu.Saat tiba di rumah Alan, Meyra turun dari mobil saat Leo membukakannya pintu.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04
  • LELANG PENGANTIN   Bab 7. Introgasi

    Alan dan Meyra duduk di hadapan Nyonya Helena Sanders, neneknya Alan.Jantung Meyra merasa berdebar di bawah tatapan tajam wanita sepuh yang masih terlihat bugar itu. Ia merasa seperti sedang dihakimi neneknya sendiri, persis seperti saat neneknya hidup. Sorot mata bijak itu sedang menatapnya dengan pandangan penuh selidik.Di belakang Nyonya Helena, Leo dan seorang wanita lainnya juga ikut menonton. Menunggu klarifikasi dari mereka."Jadi sekarang jelaskan padaku, apa benar kalian sudah menikah?" tanya Nyonya Helena.Meyra melirik ke arah Alan dengan ujung matanya, lalu menemukan lelaki itu menarik napas dalam."Benar," jawab Alan singkat. Meyra kembali melirik tiga pasang mata di hadapannya untuk melihat reaksi yang mereka berikan.Semuanya tampak terkejut. Sesaat kemudian ..."How dare you!" pekik Nyonya Helena sambil bangkit dari duduknya dan mendekati Alan. Kepalan tangannya yang keriput memukuli tubuh sang cucu dengan membabi buta. "Berani-beraninya kau menikah tanpa memberita

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • LELANG PENGANTIN   Bab 8. Perdebatan di Dalam Kamar

    "Ingat, aku ingin kau berhati-hati berbicara dengan nenekku." Tiba di dalam kamar, Alan langsung memberi ultimatum. Meyra yang sedang mengagumi kamar luas dan nyaman tersebut seketika menoleh pada sang suami dengan terkejut."Maksudmu?" Dahi Meyra mengernyit saat bertanya."Aku tidak mau nenekku mengetahui proses pernikahan kita yang di luar nalar ini."Meyra merasa tersinggung saat mendengar ucapan suaminya itu, namun ditahan emosinya sebaik mungkin. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.Tenang Meyra, dia adalah suamimu. Ingat kata Nenek, patuhi suamimu, tenangkan kesalnya, lalu taklukkan jiwa dan raganya. Sabar adalah kunci! Meyra membatin sambil mengatur emosinya yang mulai panas."Tidak ada yang salah dengan pernikahan kita, Sayang.” Gadis itu sengaja menggunakan istilah sayang dan menekankan nadanya pada kata tersebut. Benar saja, alis Alan langsung terangkat, namun dia tidak memberikan komentar apa-apa, selain kedua bola matanya yang kemudian berputar 180 dera

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-22
  • LELANG PENGANTIN   Bab 9. Seperti Yang Kau Harapkan

    "Apa salahnya melewatkan malam selayaknya orang dewasa? Bukankah kita sama-sama sudah dewasa? Dan kita juga sudah menjadi suami istri secara sah," tegas Meyra seakan apa yang diucapkannya itu bukanlah hal yang besar. Setidaknya begitulah yang ia tunjukkan secara mati-matian di hadapan Allan. Berusaha agar terlihat santai, walau sebenarnya jantungnya seakan berlari kencang.Jika saja Allan tidak terlalu terkejut dengan kalimat gadis itu, mungkin ia juga dapat melihat semberaut warna merah muda di pipi Meyra yang kini muncul secara samar."Kau sepertinya sedang mabuk, Nona," geram Allan yang saat ini malah merasa bodoh. 'Ayolah Allan, kenapa kau harus bertingkah seperti remaja yang berciuman dengan wanita incaran untuk pertama sekalinya? Ini konyol!' Allan menggerutu di dalam hati. Ia telah mencium banyak wanita, bahkan lebih dari itu."Aku tidak mabuk," Meyra merasa semakin percaya diri. Ayolah, bukankah itu hal yang wajar? Lagi pula dirinya tidak ingin dianggap kolot oleh Allan. Untu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18

Bab terbaru

  • LELANG PENGANTIN   Bab 9. Seperti Yang Kau Harapkan

    "Apa salahnya melewatkan malam selayaknya orang dewasa? Bukankah kita sama-sama sudah dewasa? Dan kita juga sudah menjadi suami istri secara sah," tegas Meyra seakan apa yang diucapkannya itu bukanlah hal yang besar. Setidaknya begitulah yang ia tunjukkan secara mati-matian di hadapan Allan. Berusaha agar terlihat santai, walau sebenarnya jantungnya seakan berlari kencang.Jika saja Allan tidak terlalu terkejut dengan kalimat gadis itu, mungkin ia juga dapat melihat semberaut warna merah muda di pipi Meyra yang kini muncul secara samar."Kau sepertinya sedang mabuk, Nona," geram Allan yang saat ini malah merasa bodoh. 'Ayolah Allan, kenapa kau harus bertingkah seperti remaja yang berciuman dengan wanita incaran untuk pertama sekalinya? Ini konyol!' Allan menggerutu di dalam hati. Ia telah mencium banyak wanita, bahkan lebih dari itu."Aku tidak mabuk," Meyra merasa semakin percaya diri. Ayolah, bukankah itu hal yang wajar? Lagi pula dirinya tidak ingin dianggap kolot oleh Allan. Untu

  • LELANG PENGANTIN   Bab 8. Perdebatan di Dalam Kamar

    "Ingat, aku ingin kau berhati-hati berbicara dengan nenekku." Tiba di dalam kamar, Alan langsung memberi ultimatum. Meyra yang sedang mengagumi kamar luas dan nyaman tersebut seketika menoleh pada sang suami dengan terkejut."Maksudmu?" Dahi Meyra mengernyit saat bertanya."Aku tidak mau nenekku mengetahui proses pernikahan kita yang di luar nalar ini."Meyra merasa tersinggung saat mendengar ucapan suaminya itu, namun ditahan emosinya sebaik mungkin. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.Tenang Meyra, dia adalah suamimu. Ingat kata Nenek, patuhi suamimu, tenangkan kesalnya, lalu taklukkan jiwa dan raganya. Sabar adalah kunci! Meyra membatin sambil mengatur emosinya yang mulai panas."Tidak ada yang salah dengan pernikahan kita, Sayang.” Gadis itu sengaja menggunakan istilah sayang dan menekankan nadanya pada kata tersebut. Benar saja, alis Alan langsung terangkat, namun dia tidak memberikan komentar apa-apa, selain kedua bola matanya yang kemudian berputar 180 dera

  • LELANG PENGANTIN   Bab 7. Introgasi

    Alan dan Meyra duduk di hadapan Nyonya Helena Sanders, neneknya Alan.Jantung Meyra merasa berdebar di bawah tatapan tajam wanita sepuh yang masih terlihat bugar itu. Ia merasa seperti sedang dihakimi neneknya sendiri, persis seperti saat neneknya hidup. Sorot mata bijak itu sedang menatapnya dengan pandangan penuh selidik.Di belakang Nyonya Helena, Leo dan seorang wanita lainnya juga ikut menonton. Menunggu klarifikasi dari mereka."Jadi sekarang jelaskan padaku, apa benar kalian sudah menikah?" tanya Nyonya Helena.Meyra melirik ke arah Alan dengan ujung matanya, lalu menemukan lelaki itu menarik napas dalam."Benar," jawab Alan singkat. Meyra kembali melirik tiga pasang mata di hadapannya untuk melihat reaksi yang mereka berikan.Semuanya tampak terkejut. Sesaat kemudian ..."How dare you!" pekik Nyonya Helena sambil bangkit dari duduknya dan mendekati Alan. Kepalan tangannya yang keriput memukuli tubuh sang cucu dengan membabi buta. "Berani-beraninya kau menikah tanpa memberita

  • LELANG PENGANTIN   Bab 6. Kediaman Sanders

    Butuh satu jam lebih beberapa menit hingga mereka tiba di mension rumah milik Alan. Rumah suaminya itu terletak di salah satu perumahan di New jersey. Hal yang tidak terduga bagi Meyra, ternyata kota New jersey itu cukup asri dengan banyak pepohonan yang masih terlihat tumbuh di sana. Well, tentu saja tidak sebanyak pepohonan di pulai Lemuri tempat Meyra berasal.Perjalanan satu jam itu terasa singkat bagi Meyra karena gadis itu sibuk memperhatikan ke luar jendela mobil dengan pandangan takjum. Alan yang beberapa kali melirik sang istri dari samping itu tidak berkomentar banyak, ia maklum dan membiarkan saja kelakukan wanita yang dinikahinya sekitar 30an jam yang lalu itu. Ia akan memikirkan apa yang akan dilakukannya pada Meyra nanti. Saat ini banyak hal yang harus mendapatkan perhatiannya terkait bisnis mereka di New York. Alan kembali focus pada apa yang disampaikan Leo padanya selama sisa perjalanan itu.Saat tiba di rumah Alan, Meyra turun dari mobil saat Leo membukakannya pintu.

  • LELANG PENGANTIN   Bab 5. Tiba Di New York

    24 jam kemudian, Meyra dan Alan tiba di John F Kennedy airport, New York. Ini adalah pertama sekalinya Meyra melihat keadaan seramai dan sesibuk itu. Berbagai ras berlalu lalang dengan cepat disekitar mereka.Saat Meyra sedang celingak-celinguk layaknya gadis kampung yang masuk kota, dan langsung ke kota sebesar New York pula, Alan berdecak kesal begitu menyadari istri dadakannya itu tertinggal cukup jauh di belakangnya. Dengan tergesa lelaki itu berbalik dan berjalan menghampiri Meyrabdan menarik tangannya.Meyra terkejut saat menyadari tangannya digenggam erat oleh Alan. Lalu sebuah senyum tipis malu-malu terukir di bibirnya karena menyangka Alan adalah tipe suami yang cukup romantis karena sikapnya itu. Namun, senyum manis itu seketika memudar saat mendengar suara bernada dingin dari sang suami."Apa kau bisa berjalan lebih cepat sedikit? Aku bisa terlambat ke kantor jika caramu berjalan masih selambat siput!" Alan berkata dengan senyum dipaksa karena menahan frustasi."Ah ... Eh,

  • LELANG PENGANTIN   Bab 4. Kesepakatan

    Alan masih tidak percaya bahwa dirinya telah menjadi seorang suami saat ini. Lebih parahnya lagi, ia menikahi seorang wanita yang sama sekali tidak dikenalnya.Lelaki itu melirik wanita yang beberapa jam yang lalu dinikahinya itu. Ia sedang memikirkan bagaimana cara menjelaskan semuanya pada Meyra."Meyra ..." panggil Alan akhirnya setelah sekian lama mereka hanya diam dan terjebak di dalam situasi kaku tersebut.Setelah tiba di hotel tadi, mereka langsung masuk ke dalam kamar dan memilih memesan makanan dari kamar saja.Meyra menoleh dan tampak berusaha menutupi rasa gugupnya dengan tersenyum kaku."Ya?" Suara wanita itu terdengar bergetar. "Kita harus membicarakan sesuatu. Aku rasa ini serius. Kau harus benar-benar paham akan situasi ini."Meyra tidak menyahut. Ia hanya mendengar dengan dahi berkerut. Menandakan saat ini wanita itu sedang kebingungan."Jujur saja, aku tidak pernah berpikir akan menikah seperti ini. Aku bahkan tidak berniat untuk menikah dalam waktu dekat." Alan mem

  • LELANG PENGANTIN   Bab 3. Pernikahan Dadakan

    "10.000 dollar?" Meyra tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.Dan yang membuat dirinya lebih tidak percaya lagi adalah nilai fantastis itu ditawarkan oleh lelaki bermata tajam tadi. Lelaki yang membuat matanya terpaku untuk beberapa saat. Yang wajahnya terlihat kesal dan marah.Lalu kenapa ia mau memberikannya harga setinggi itu?Rasanya tidak mungkin. Itu adalah harga termahal sepanjang sejarah pelelangan ini. Belum pernah ada seorang gadis pun yang terjual dengan harga setinggi itu. Dan hari ini, dirinya yang digunjingkan tidak akan ada yang menginginkan, terjual dengan harga paling tinggi.Berkali-kali lipat lebih tinggi dari gadis lain yang pernah dilelang di sini.Harga tertinggi sebelumnya adalah 2500 dollar. Dan dirinya berhasil memecahkan rekor dengan angka 10000 dollar."Berapa banyak itu jika dihitung dalam jumlah rupiah?" batinnya mulai menghitung-hitung.Dalam pelelangan ini, pihak penyelenggara pelelangan memang lebih memilih menggunakan mata uang US dollar.

  • LELANG PENGANTIN   Bab 2. Terjual dengan Harga Tertinggi

    "Ayo Nona Meyra, berputar lah." kata sang presenter sambil mendorong sedikit bahunya agar melakukan putaran. Meyra melakukannya. Gaun biru laut sebatas betis yang ia kenakan saat ini berayun dan jatuh dengan sempurna. Memamerkan lekukan tubuhnya tanpa harus terlihat murahan.Ini adalah gaun terbaik yang ia miliki. Gaun yang dijahitkan oleh neneknya sekitar dua tahun yang lalu. Namun, cukup jarang ia kenakan. Hanya di waktu-waktu tertentu saja. Gaun itu memiliki lengan sebatas siku, dan kancing yang berjejer rapi di sepanjang dada hingga pinggang. Bagian roknya berbentuk circle hingga sebatas betis. Sederhana, namun sangat manis. Begitu yang dikatakan neneknya saat ia mengenakannya untuk pertama sekali."Bentuk tubuhnya sempurna. Dengan pinggul yang melengkung indah bak gitar spanyol." ujar sang presenter lagi. Lalu siulan terdengar dari arah kerumunan. Membuat wajah Meyra memerah karena menahan malu."Lihat dan perhatikanlah. Bentuknya yang sempurna. Aku berani menjamin ia tidak aka

  • LELANG PENGANTIN   Bab 1. Pelelangan

    “Pelelangan?” Alan langsung merasa tertarik saat pagi itu Mr. Handoko mengajaknya ke salah satu pelelangan paling menarik yang pernah ada. Setidaknya begitu yang rekan bisnisnya itu katakan."Ya. Percayalah, anda tidak akan kecewa dalam pelelangan kali ini. Ini adalah yang paling istimewa, sedikit tersembunyi dan primitif. Hanya orang-orang tertentu yang mengetahuinya." Lelaki itu terkekeh sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda. Membuat Alan merasa semakin penasaran.“Well, Ok. Aku pikir itu cukup menarik untuk menghabiskan waktu kita hari ini. Aku sudah merasa cukup puas dengan pantai dan pertunjukan seni yang anda persiapkan dalam dua hari ke belakang." Alan mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mempertimbangkan. Tidak ada salahnya ia ikut. Lagi pula itu tidak akan memakan waktu terlalu lama. Sore nanti ia akan kembali ke New York dan meninggalkan pulau yang dikenal dengan titisan surga ini."Itu adalah jawaban yang aku inginkan, Mr. Sander. Anda tidak akan menyesal. Aku jamin

DMCA.com Protection Status