Yang membuat Saka tercengang, di tempat dingin seperti ini si gadis mengenakan pakaian minim. Bagian atas hanya kemben menutupi dada sampai perut.
Mempertontonkan bagian atas gundukan kembar yang besar dan kencang. Bahkan seperti kekurangan bahan karena bagian perutnya tersingkap seolah menantang hasrat laki-laki.Sementara di bagian bawah hanya memakai kain sinjang melilit menutupi pinggang sampai satu jengkal di atas lutut.Siapapun laki-laki yang memandangnya pasti akan berdesir melihat pemandangan indah ini. Sudah cantik, putih, ramping, tinggi, kencang dan besar.Tapi keindahan itu seolah luntur manakala di tangan si gadis telah tergenggam sebilah pedang, apalagi raut mukanya tidak bersahabat sama sekali."Kiranya ada orang tampan yang tersesat!" ujarnya."Hah, tampan!" Satu suara menyahut dari dalam.Ternyata gadis ini tidak sendiri dan Saka dibuat terkejut setelah melihat gadis yang baru muncul ternyata rupa dan bSaka merasakan dirinya bagai dihantam gunung. Tubuhnya terpental keras sampai menghantam dinding rumah."Uhuk!"Nyeri dan ngilu melanda sekujur tubuhnya. Sementara tiga gadis tampak melongo. Kenapa? Seharusnya tubuh Saka hancur berkeping-keping akibat hantaman badai bunga ini."Apa, ilmu 'Badai Bunga' hanya membuat terlempar saja?"Kini gadis yang tengah menggerakkan pedangnya seperti saudaranya yang pertama tadi.Wurrrgh!Ilmu Badai Bunga kembali menghempaskan tubuh Saka hingga jauh. Namun, seperti tadi tidak sedikitpun tubuh Saka terluka.Si pemuda hanya merasakan sakit dan ngilu-ngilu beberapa saat karena langsung meminum tuak yang seketika bekerja memulihkan rasa sakit tersebut. Tubuhnya terkapar akibat lontaran yang begitu keras.Si kembar tiga masih penasaran. Ilmu yang seharusnya sekali pukul langsung membinasakan lawan, baru kali ini mendapat musuh yang tangguh.Secara bergantian mereka mengenda
Si botak mendelik lalu terbahak-bahak. "Yang bisa masuk ke sana hanyalah yang berjodoh, jadi bisa saja orang yang kemampuannya kecil bisa masuk karena berjodoh,"Saka balas tertawa lebih lantang. "Ternyata ada orang semacam kau yang suka menghibur diri karena tak mampu. Tidak malu dengan badanmu yang setinggi galah?""Jangan hanya sesumbar!" bentak si botak. Angkat tombak lalu ditodongkan ke Saka. "Cepat serahkan benda yang kau ambil dari sana! Atau kau akan merasakan Tombak Pengejar Nyawa!""Huh, tombak jelek!" ejek Saka.Si botak tak bisa lagi menahan amarahnya. Dia putar Tombak Pengejar Nyawa di atas kepala. Putaran senjata ini menghasilkan hembusan angin tajam yang dapat merobek kulit orang biasa.Namun, Saka bukan orang biasa. Si peminum tuak ini malah loncat dari kereta, menyongsong putaran tombak yang seperti baling-baling dengan kombinasi jurus Lumpat Bayu dengan Bayang-bayang Dewa Gila.Bagi si botak perbuatan Saka seper
Perguruan Sugalih, salah satu perguruan kecil dari aliran putih yang letaknya agak jauh di sebelah utara dari bukit Gajah Depa. Ki Ranggaguna adalah tokoh yang menjadi guru sekaligus pemimpinnya.Perguruan ini tidak ikut dalam pertempuran di pantai utara. Selain karena jarak yang cukup jauh, jumlah muridnya juga sedikit.Ada sekitar dua puluh tiga orang yang menjadi murid di padepokan ini. Semuanya laki-laki dari usia anak-anak sampai dewasa.Ki Ranggaguna sudah berumur tujuh puluh tahun lebih, tapi perawakannya masih segar, tegap seperti baru berumur tiga puluhan saja. Hanya rambut dan jenggotnya yang sudah memutih.Di pagi hari yang cerah. Para murid sudah terbagi dalam tugasnya masing-masing sebelum memulai latihan. Ada yang mencuci, memasak, mencari kayu bakar dan membersihkan setiap ruangan.Begitu hari mencapai 'Haneut Moyan' (sekitar pukul 9 pagi) semua murid menuju lapangan tempat latihan. Terbagi menjadi tiga kelompok.P
Segera Saka mengangkat tubuh Ki Ranggaguna langsung dibawa ke kereta. Di dalam saung kereta, Saka memberikan hawa sakti dan juga tuak saktinya untuk meringankan atau bahkan menyembuhkan luka si kakek."Bertahanlah, hanya luka dalam akibat pertarungan. Tidak ada racun di tubuh Kakek!"Kemudian Saka membersihkan darah yang mengotori badan dan pakaian Ki Ranggaguna. Sementara kakek itu tak sadarkan diri. Beruntung Saka masih bisa menyelamatkan nyawanya.Beberapa lama kemudian kereta kuda Saka sudah berada di pinggir sebuah sungai kecil berair jernih dan deras. Debit airnya tinggi akibat curah hujan beberapa hari belakangan ini.Ki Ranggaguna tampak duduk bersila di atas batu sedang memulihkan kondisinya. Dari penuturan si kakek saat baru siuman, Saka tahu apa yang telah terjadi.Saka menunggu si kakek sambil memberi makan kuda dengan rumput-rumput yang tumbuh di sekitar sungai.Beberapa saat kemudian terdengar suara helaan napas leg
"Coba kalau sejak awal kau tidak membantah, mungkin murid-muridmu masih lengkap!" Suara ini datang dari atas. Satu sosok melayang turun perlahan sambil tersenyum licik."Ki Rembong!" gumam Ki Randugarang.Set!Tiba-tiba Ki Randugarang dan semua muridnya merasakan ada sesuatu seperti tali yang melilit lehernya. Sangat kencang dan menyakitkan seperti hendak memotong lehernya. Mereka meronta-ronta kesakitan."Katakan, kau bersedia tunduk!" sentak Ki Rembong."Apa yang kau lakukan?" Suara Ki Randugarang tertahan karena lehernya tercekik."Itu adalah Kalung Kesetiaan, bilamana kalian berkhianat maka kalung itu akan memutuskan leher kalian!"Entah kapan Ki Rembong memasangkan kalung itu, yang jelas dia diberikan caranya oleh Kala Cengkar.Meski dongkol, tapi apa mau dikata. Mungkin nasib mereka harus jadi bawahan kelompok baru ini. Lagipula sama-sama dari golongan hitam.Kalau mereka menurut pasti akan ada im
"Dia Saka Sinting Pendekar Mabuk, kau, bahkan kita semua tak akan mampu melawannya!" Rupanya orang ini mengenali Saka."Masa hanya orang sinting saja tidak berani?" Si pemimpin masih congkak."Kau belum tahu dia rupanya?" cecar temannya yang merupakan murid Ki Rembong. Tentu saja dia sempat melihat Saka di pantai utara dulu."Memangnya siapa dia?" Si pemimpin sepertinya pengikut baru yang belum kenal Saka."Hanya Gusti Pikulun yang mampu menandinginya, tarik pasukan, kita jangan berurusan dengannya!""Hei, enak saja! Aku yang jadi pimpinan. Buruan kita sudah di depan mata, mau dilepas begitu saja?""Terserah, kalau kau mau mati konyol. Dia itu yang membinasakan Cakrawangsa tempo hari di pulau Lalay!"Murid Ki Rembong ini pergi begitu saja meninggalkan si pemimpin dan yang lainnya. Sementara si pemimpin tampak terkejut mendengar ucapan yang terakhir tadi."Hoy, kalian sudah berdebatnya?" teriak Saka lalu meneguk
Keesokan harinya hampir tengah hari kereta kuda Saka sampai di kota raja. Saka bisa bernapas lega karena semalam tidak terjadi sesuatu, padahal Srimurti begitu resah dalam tidurnya.Sebelum memasuki istana, mendadak ada sebuah ide di pikiran Saka. Dia mohon pamit duluan, kereta kuda dia serahkan kepada dua prajurit atau Srimurti. Terserah bagaimana nanti."Tidakkah, kau tinggal di istana barang sehari dua hari?" pinta Srimurti dengan lirih penuh harap ketika Saka belum keluar dari kereta. Dia pegang erat pinggang Saka.Saka tahu maksudnya, tinggal di istana pastinya di kediaman Srimurti nantinya dan itu sangat dinanti-nanti wanita satu anak itu."Aku sangat senang kalau tinggal di istana," jawab Saka. "Apalagi bersamamu. Sungguh aku merasakan kebahagiaan yang tiada tara saat bersamamu." Maksudnya ketika berduaan di kamar tempo hari."Aku suka, kau tetap cantik dan menggairahkan. Tidak dapat kupungkiri, aku menyukai dan menginginkannya lag
"Aku Pandansari putrinya Jerangkong Koneng!"Saka terkejut bukan main. Dedengkot aliran hitam dari perguruan Tengkorak Setan ini ternyata memiliki anak gadis yang cantik."Jadi kau ....""Aku kabur dari perguruan demi mencari Pandu Jaya. Aku sangat mencintainya. Bahkan aku sudah rela menyerahkan kesucianku!"Saka hampir tersedak tuak saat mendengar ucapan tadi. Karena dia sedang meneguk tuak saat Pandansari berkata tadi. Apakah semua wanita akan begitu kalau sudah terlalu mencintai laki-laki?Kalau hubungan mereka sampai diketahui ayahnya Pandansari, sudah pasti akan ditentang habis. Kalau Ki Bayusura mungkin masih memiliki rasa kebijaksanaan."Kenapa aku terlahir sebagai anak dari tokoh golongan hitam!" sesalnya."Aku yakin ketika ayahmu lahir, dia bukan golongan hitam!" sahut Saka yang mendengar keluhan si gadis jangkung.Si gadis angkat wajahnya, menatap Saka penuh tanya. Si lelaki mengerti, maka dia melanjut