Sementara itu di luar pagar istana, pasukan yang dibawa senapati Lembu kini terkepung oleh pasukan prajurit Mataram yang jumlahnya tiga kali lebih banyak. Pasukan ini dipimpin oleh senapati Ronggo Birowo.
Pasukan yang kebanyakan merupakan murid perguruan Lohgatra tidak bisa berkutik lagi. Meski mereka mempunyai kepandaian di atas rata-rata, tapi tak akan mampu melawan pasukan Mataram.Meski mereka lihai dalam memainkan jurus, tapi belum tentu bisa memecahkan taktik pertempuran dalam perang. Karena mereka belum belajar apalagi menguasai ilmu semacam itu."Sebaiknya kalian menyerah agar mendapatkan hukuman yang lebih ringan!" seru senapati Ronggo Birowo.Setelah berpikir beberapa saat akhirnya pasukan senapati Lembu menjatuhkan senjata pertanda menyerah.***Di tempat lainnya ada sekelompok prajurit yang ditugaskan untuk mendatangi kediaman selir Sekarsari. Mereka prajurit Bumi Sambhara.Seorang senapati yang masih setia kSidang untuk mengadili para pengkhianat dilakukan setelah Prabu Narayana keluar dari pertapaan. Di ruang itu juga sidang dilaksanakan.Senapati dan ketiga menteri sebagai dalang utama dijatuhi hukuman mati, sedangkan untuk prajurit bentukan senapati Lembu tidak semuanya dihukum mati.Kemudian atas kebijaksanaan raja, Ki Janggala dibebaskan karena dalam kasus ini dia termasuk korban. Begitu juga Luhcitra karena dia hanya dimanfaatkan saja.Luhcitra terbujuk oleh iming-iming senapati Lembu, bahwa kalau pamannya itu menjadi raja, maka dia akan mendapatkan kedudukan penting.Karena bujukan itu akhirnya dia rela menyusup ke istana Mataram untuk mencuri pusaka Ratu Shima sebagai lambang kekuasaan atas dua kerajaan yang bersaudara ini.Setelah sidang selesai, Prabu Narayana menyatakan diri mundur dari tampuk pemerintahan. Tahta kerajaan diwariskan kepada Dewasingha.Begitu juga Prabu Mandiminyak melakukan hal yang sama. Dia menyerahkan
Byurr!Semua orang terkejut ketika salah satu dari mereka tiba-tiba saja terjun ke sungai. Dia adalah Kameswara. Serentak semuanya bersiap dengan senjata masing."Uedan, siapa yang nekad?""Tidak tahu, tidak ada yang lihat!""Sepertinya dia yang hendak menyeberang!""Semuanya siap, begitu muncul langsung hajar!""Baik!"Kameswara sudah memperhitungkan, dia tidak terjun tepat di atas mulut buaya yang menganga, tapi agak jauh di depan.Si buaya yang hendak melompat ke atas menjadi berubah lurus. Lompatannya sangat cepat mungkin karena ukurannya yang besar sehingga tenaganya juga besar.Gerakan di darat dan di dalam air akan berbeda yaitu lebih lambat karena ada tekanan air. Begitu juga Kameswara, kalau tidak segera mengusap bahu kirinya mungkin sudah dicaplok buaya itu.Si buaya tampak bingung ketika mulutnya tidak merasakan mangsa yang dia gigit tadi. Gerakannya terhenti. Bola matanya tampak ber
Orang-orang di sekitar sungai dikejutkan dengan kemunculan Kameswara dari dalam air dalam keadaan tidak terluka sedikit pun."Itu dia!""Iya!""Wah, dia selamat!"Orang-orang itu berkerubung di pinggir sungai demi melihat Kameswara. Ada yang senang ada juga yang heran."Sudah aman sekarang!" seru Kameswara. "Sudah bisa menyeberang lagi,""Benarkah yang kau katakan?""Lalu bagaimana dengan buaya itu?""Sudah mati!""Di mana mayatnya?""Tunggu saja, dia masih terkapar di dasar. Nanti juga akan mengapung dengan sendirinya!""Wah, hebat! Ternyata kau seorang pendekar yang hebat!"Seketika suasana jadi geger. Banyak yang memuji-muji Kameswara. Apalagi ketika mayat buaya itu muncul terapung di air. Ramai-ramai orang menariknya ke daratan lalu dipotong-potong tubuhnya.Beberapa saat kemudian Kameswara sudah menyeberang dengan kudanya. Beberapa orang menahannya hendak memberi
Seketika prajurit yang menyamar tidak bisa bergerak. Seperti ada sesuatu yang tak kasat mata menghimpit badannya, tapi dia masih bisa bernapas dengan lancar.Sanjaya pindah duduk di sebelahnya. Dia tersenyum ramah kepada orang ini. Namun, dalam hati prajurit yang menyamar ini kebat kebit ketakutan. Orang ini berusaha bersikap biasa saja."Pakaianmu bagus, apa kau seorang pejabat?" tanya Sanjaya masih dengan senyum ramah."Bukan,""Oh, saudagar atau pedagang besar!""Bukan juga!""Atau mungkin ayahmu yang pejabat, saudagar atau pedagang besar!""Aku hanya orang biasa,""Bajumu terlalu bagus untuk orang biasa!" Tatapan Sanjaya penuh selidik, tapi tetap mengulas senyum.Si prajurit yang menyamar tampak kikuk. Meski sudah berusaha tenang, tapi tetap saja sorot matanya tak bisa disembunyikan."Aku bekerja pada pedagang besar. Pakaian ini pemberian sebagai hadiah karena aku rajin dalam bekerja." Akhi
Yang mereka lihat adalah Kameswara yang sedang tersenyum miring. Keadaannya tampak biasa saja, tidak ada luka atau hal buruk lainnya.Lalu mereka menoleh ke arah Kameswara yang tergeletak di jalan. Terkejut lagi, di sana sudah tidak ada siapa-siapa. Hanya ada dua belas anak panah tergeletak masih bersih tanpa ada noda darah.Mereka yang salah lihat atau ini cuma halusinasi? Semuanya tak bisa dipikirkan dengan tenang. Terlalu aneh dan membuat mereka ketakutan.Jangan-jangan Kameswara menggunakan ilmu hitam. Akhirnya tiga anak buah Rana Surya langsung ambil langkah seribu karena tidak mau mati konyol."Hei, kenapa kalian lari!" teriak Rana Surya. Sebenarnya dia juga meleleh nyalinya, tapi dia pura-pura tegar."Rupanya kau sudah jadi antek Purbasora!" hardik Kameswara pelan."Jangan lancang, kau!""Oh, apa peduliku. Si licik itu tidak akan lama menjadi junjunganmu. Kau mau berlindung kepada siapa lagi?""Kau akan m
Dari dalam ruangan muncul dua orang yang menjadi junjungan mereka yang ada di sini. Semuanya segera menjura termasuk Kameswara. Dua orang ini tidak lain Sanjaya dan Tejakancana."Ini hanya salah paham saja," ujar Rahyang Jamri, nama lain dari Sanjaya. "Dia adalah perwira Mataram yang aku bawa ke sini. Dia tamu, jadi kemungkinan belum tahu tempat ini!"Para prajurit yang sudah mengepung segera mundur kembali."Maafkan atas kelancangan hamba, Gusti!" ucap Kameswara."Tidak apa-apa, kau baru datang ke sini mungkin ingin jalan-jalan melihat-lihat,""Begitulah, Gusti. Hamba permisi!"Setelah menjura Kameswara berbalik lalu kembali ke kamarnya. Si dayang cantik menatap punggung Kameswara dengan sinis."Tamu tidak sopan!" gumam si dayang cantik sangat pelan, suaranya ditutupi oleh gesekan pedang yang dimasukan ke warangkanya.***Di ruang pribadi raja.Sanjaya menceritakan apa yang menimpa terhadap ay
"Dasar tidak punya sopan santun!" dengkus si dayang cantik begitu tahu siapa yang datang.Dia tidak akan heran dengan cara kedatangan pemuda yang tak lain adalah Kameswara ini. Karena sejak kejadian sore tadi dia sudah tahu tentang Kameswara dari junjungannya."Benarkah, aku kira sudah datang dengan baik-baik,""Baik-baik apanya!" sentak si gadis. "Dasar pendekar liar!"Meski si dayang cantik ini tampak ketus dan dingin, tapi Kameswara tetap tersenyum."Siapa namamu?" tanya Kameswara sok akrab.Si dayang cantik memandang Kameswara dengan mata nyureng. Merasa aneh dengan sikap pemuda ini."Ada yang salah?" tanya Kameswara lagi."Apa begitu penting menanyakan namaku?" Padahal dalam hati bersorak. Baru pertama kali ada seorang lelaki yang bertanya namanya langsung."Penting, lah. Untuk melengkapi hidupmu yang kesepian!" ujar Kameswara.Si gadis terperanjat. Bisa-bisanya pemuda ini bicara begitu, t
Kameswara tidak menyangka ternyata Tantri Wulan diajak serta juga. Apa gadis itu yang memintanya atau Sanjaya sendiri yang mengajaknya."Dia sudah lama di dalam istana. Ada baiknya diajak berpetualang ke luar dan agar kau juga tidak kesepian," jelas Sanjaya kepada Kameswara yang membuat pemuda ini jadi kikuk.Kameswara melirik gadis itu, ternyata Tantri Wulan balas menatapnya dengan seulas senyum tipis. Belum lama berkenalan, tapi mengapa sepertinya Sanjaya sudah tahu banyak."Ayo, jalan!" Sanjaya menggebah kuda duluan. Berjalan sedang tidak terlalu cepat.Yang lain segera menyusul. Kameswara dan Tantri Wulan di barisan paling belakang. Terlihat ada kecerahan di wajah si gadis. Seperti orang yang menemukan kebebasannya kembali.Sanjaya bukannya tidak tahu kondisi hati Kameswara yang sedang patah hati karena kekasihnya direbut putranya. Dia ingin membayar kesedihan Kameswara dengan kebahagiaan.Semalam sang calon raja ini tidak se
Para wanita bajak laut membentuk beberapa kelompok. Masing-masing kelompok membuat sebuah formasi jurus. Mereka bergerak lebih dulu menyerang pasukan Sunda."Bagaimana, Gusti?" tanya Arya Soka kepada Sanjaya."Lumpuhkan saja, jangan sampai ada yang terbunuh!"Pertempuran pun terjadi. Terbagi menjadi beberapa kelompok. Walaupun jumlah pasukan tiga kali lebih banyak dari bajak laut Raja Sagara, tapi mereka cukup kesulitan.Selain karena kepandaian para wanita ini yang ternyata di atas rata-rata, juga perintah Sanjaya yang tidak boleh membunuh membuat mereka sedikit segan saat menyerang.Karena dalam perang, selain membunuh ya dibunuh. Kecuali lawan menyerah. Namun, yang ini beda, bertempur melawan pasukan yang semuanya perempuan.Sanjaya tidak melihat Kameswara di dekat sini, dia mengira pemuda ini pasti masih ada masalah lain. Lalu dia berkelebat mendekati Tuan Raja."Kau yang memimpin pasukan ini?" tanya Tuan Raja.
Langit-langit ruangan tiba-tiba terbuka. Tidak menyangka kalau di atas ada sebuah pintu dan juga ruangan lagi. Dari ruangan atas itu jatuh tiga benda sangat keras. Jatuhnya tepat di sekeliling Kameswara.Benda ini awalnya bulat sebesar orang meringkuk, ternyata memang benar itu adalah orang yang meringkuk karena sekejap kemudian mereka bardiri."Manusia batu?" gumam Kameswara melihat tiga benda yang jatuh tadi ternyata berwujud manusia, tapi terbuat dari batu."Lenyapkan penyusup ini!" perintah Tuan Raja kepada manusia batu.Tiga manusia batu serempak langsung menyerang Kameswara. Sebagai percobaan pemuda ini memapak salah satu pukulan manusia batu.Dukkk!"Aww!"Untung tulang Kameswara sudah sangat kuat, itu juga dilapisi tenaga dalam. Ada sedikit kebas saat beradu tadi. Selanjutnya Kameswara lebih banyak berkelit.Pertarungan tidak hanya di tempat itu, tapi perlahan bergerak ke tengah ruangan. Para wanita baja
Kameswara memperhatikan ruangan besar ini. Tidak ada lubang udara sama sekali, tapi semuanya tidak merasakan pengap. Jalan keluar masuk satu-satunya adalah yang sedang dia tempati sekarang.Pemuda ini menenangkan pikirannya. Mengendalikan degupan jantung yang tidak karuan. Bagaimana tidak, semua wanita ini bagai patung lilin. Polos tanpa busana."Pemujaan kepada Hyang Batara Gara, keyakinan macam apa ini? Wah, dasar si otak kotor!"Kameswara bergerak masuk ke ruangan utama di dalam bukit batu ini. Dia menuju satu sisi yang tadi terdapat batu kotak. Lalu dia menembus ruangan yang ada di bawahnya.Gelap juga, tapi tidak bagi Kameswara. Di ruangan ini terlihat adegan kotor yang dilakukan lelaki tinggi besar kepada wanita muda di atas batu kotak."Selain dijadikan anak buahnya sebagai bajak laut, rupanya dijadikan budak nafsunya juga. Ini orang lebih gila dariku!"Kameswara berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang. Masa menonton
Langit di sebelah selatan tampak hitam. Kilatan-kilatan petir menyeruak di balik awan tebal yang juga hitam.Di bawahnya, pusaran angin dahsyat membumbung tinggi. Membuat air laut pasang cukup tinggi.Akhirnya menciptakan gulungan ombak raksasa yang sampai ke tempatnya Kameswara mengayuh dengan tanaga dalam. Posisi berdirinya cukup kokoh, meski perahunya terombang-ambing."Rupanya ada badai, ini yang aku belum bisa. Membaca alam. Sepertinya aku akan terjebak dalam pusaran badai itu,"Sesakti apapun manusia, tidak akan bisa melawan ganasnya alam. Kameswara tidak mau 'agul' walaupun memiliki kesaktian luar biasa. Dia tidak akan melawan alam.Kameswara buka 'mode on' Rompi Nyumput Buni. Perahunya diikut sertakan. Kemudian menggunakan ilmu meringankan tubuh agar meluncur lebih cepat.Pusaran badai ini datang terlalu cepat. Lingkaran pusaran ini sangat besar. Kira-kira seluas bukit. Tubuh Kameswara tidak tersentuh ganasnya badai, tapi
Benar juga secara kebetulan gadis kecil itu menoleh ke luar pagar. Seketika raut wajah gadis itu berubah. Sikapnya juga seperti ketakutan.Beberapa kali dia memandang laki-laki tua yang sedang melatih. Akhirnya dia memiliki keberanian untuk meminta ijin keluar.Untungnya laki-laki tua itu terlihat ramah dan membolehkannya keluar.Si gadis kecil berlari ke tempat Kameswara berdiri. Begitu saling berhadapan, keduanya langsung mematung.Kameswara terperangah melihat wajah si gadis kecil yang mirip dengan Ayu Citra. Persisnya Ayu Citra sewaktu kecil. Meski badannya kecil, tapi cara menatap dan sikapnya seperti orang dewasa.Sementara si gadis kecil juga tampak tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ada rasa senang juga dalam hatinya. Dia seperti menemukan sesuatu yang sudah lama dia nantikan."Kau, Kameswara?"Si pemuda terkejut gadis kecil ini bisa berbahasa seperti dirinya walau beda logatnya. Lebih terkejut lagi ketika
Pertempuran berhenti. Semua anggota bajak laut Naga Samudera apalagi ketua Madara terkejut, pimpinan mereka yang kesaktiannya dahsyat kini tertawan oleh pemuda misterius yang ternyata bagian dari pasukan Sunda.Tidak ada jalan selain kecuali menyerah. Nasib mereka kini tergantung keputusan raja Sunda nanti.Anggota bajak laut Naga Samudera yang tersisa diangkut ke dalam satu kapal khusus untuk para tawanan.Sementara orang-orang yang kurung bajak laut ditempatkan di kapal paling besar di mana Sanjaya berada.Termasuk Iswari yang dari awal menyaksikan pertempuran dari jauh. Dia ikut menyelinap masuk lalu bergabung dengan tawanan lain yang dibebaskan.Ekspedisi ke pulau Sangiang bisa dikatakan berhasil. Pasukan Sunda kembali membawa tawanan pada saat angin darat bergerak ke laut.Yang membuat heran buat para bajak laut adalah melihat sikap Gusti Ratu yang wajahnya begitu cerah. Sorot matanya memancarkan kebahagiaan.Tidak
Sampai di rumah bunga Kameswara membaringkan Gusti Ratu di atas dipan. Walaupun lemah, tapi wanita cantik ini masih bisa melepaskan pakaian kebesaran yang melekat di tubuhnya.Beberapa saat kemudian pemandangan indah terpampang di depan mata Kameswara. Gusti Ratu menatap sayu pemuda ini.Tatapan memanggil agar Kameswara segera memberikan apa yang dimintanya tadi.Tentu saja Kameswara tidak ingin melewatkannya begitu saja. Dia masih tidak mampu mengendalikan kelemahannya. Sambil memulai pemanasan, Gusti Ratu menuturkan kisahnya."Kau benar aku mempunyai masa lalu yang kelam. Dulu aku anak bungsu seorang saudagar di pulau Swarnabhumi. Hanya saja nasibku buruk, aku memilki penyakit yang dianggap kutukan,""Apa yang kau derita?" tanya Kameswara."Seluruh tubuhku penuh bisul dan bau tak sedap. Pada suatu perjalanan menyeberangi lautan menuju Sunda. Tidak disangka keluargaku membuang aku ke lautan dengan alasan menghilangkan kutukan. A
Pimpinan tertinggi yang disebut Gusti Ratu langsung menoleh pada sumber suara. Kameswara berdiri di tempat Madara berdiri tadi dengan tatapan tajam dan sedikit senyum.Bisa masuk ke markas tanpa ketahuan memastikan bahwa dia bukan orang sembarangan.Maka wanita ini langsung menyerang Kameswara dengan hawa saktinya. Serangan energi batin.Akan tetapi bukan Kameswara kalau tidak bisa mengimbanginya. Pertarungan batin seperti ini lebih dahsyat daripada pertarungan adu jurus biasa. Kameswara kagum karena yang menjadi lawannya seorang perempuan.Dulu pertama kali bertarung semacam ini ketika melawan seorang kakek bertubuh gemuk. Dari sinilah dia menciptakan tenaga batin.Yang kedua melawan dua orang sekaligus, salah satunya Gentasora. Pertarungan ini berakhir membuat dirinya terpesat ke masa sekarang ini.Akankah pertarungan ini juga akan membuatnya terpesat lagi? Namun, kata Ki Jagatapa harus dengan secara tidak sengaja."Se
Madara tidak menjawab. Dia langsung masuk hendak menghadap pimpinan tertinggi. Saat ini baru kelompok yang dipimpin Madara hendak beroperasi di lautan. Empat belas ketua lain masih di markas.Namun, setelah diberi tahu bahwa sang pimpinan tertinggi sedang menutup diri sejak kemarin. Akhirnya Madara lebih menceritakan kepada ketua lainnya.Karena dia tahu kalau pimpinan tertinggi sudah menutup diri maka akan lama menunggu sampai keluar dari ruangan pribadinya."Aku belum percaya kalau tidak melihatnya sendiri!""Ini aneh, yang aku tahu kau kembali sendirian saja!"Madara mendengkus kesal. Dengan apa yang mereka lihat tentu saja kurang percaya dengan yang dia ceritakan."Aku yakin pemuda itu sudah menyusup ke sini!" ujar Madara karena sewaktu perahu Kameswara hancur ditabrak, pemuda itu tiba-tiba sudah berada di atas tiang layar."Aku sarankan kita semua harus hati-hati ilmunya tidak bisa dianggap remeh!" kata Madara lagi.