Dengan hati-hati Kameswara membaringkan Puspa Arum di atas dipan. Dia membelai wajah si gadis. Bibir si gadis tampak mungil dan tipis, tapi bisa memberikan kelembutan yang luar biasa.
Kemudian di melesat ke atap. Sebelum menyentuh atap dia usap bahu kirinya sehingga sosoknya tembus ke atas. Lalu ketika turun lagi dia usap bahu kanan.Clek!Dia mendarat dengan mulus di puncak atap. Pandangannya diarahkan ke sumber hawa sakti yang datang. Rupanya dari arah belakang istana.Jelas orang yang datang adalah penyusup.Ada banyak bangunan di sebelah sana. Mata sakti Kameswara bisa melihat bayangan di kegelapan malam yang sedang meloncat dari atap ke atap lain. Segera saja pemuda ini melesat ke sana.Gerakannya sangat sempurna. Ringan tanpa meninggalkan suara. Dia juga bisa menyembunyikan hawa sakti atau energi sehingga tidak dapat dilacak oleh orang lain.Di salah satu atap Kameswara hinggap lalu berdiri menunggu si penyusup yanSaat kembali ke kamarnya Kameswara mendapati Puspa Arum masih terlelap. Posisinya tidak berubah sama sekali."Sepertinya dia kelelahan!"Karena tidak ingin jadi bahan pembicaraan, apalagi sekarang mereka sebagai tamu. Maka Kameswara menggendong si gadis mungil membawanya ke kamar si gadis.Tentunya menggunakan Rompi Nyumput Buni agar tidak kelihatan orang lain.Sebelum kembali ke kamarnya, Kameswara sempat memandangi wajah mungil si gadis lagi beberapa lama. Entah mengapa dia betah menatapnya. Rasa sayangnya semakin tumbuh besar.Keesokan harinya Puspa Arum terbangun dengan terkejut karena mendapati dirinya sudah berada di kamarnya."Apa Kameswara yang memindahkanku?"Si gadis memeriksa keadaan dirinya. Tidak ada sesuatu yang terjadi padanya. Puspa Arum tersenyum."Banyak kesempatan, tapi dia tidak memanfaatkannya. Malah memindahkan aku ke kamarku. Aku semakin mencintaimu pemuda aneh!"Terdengar pintu k
Sebelum pergi mengikuti si prajurit Kameswara memandangi temannya satu persatu. Paling lama menatap Puspa Arum. Dugaannya dia akan dilibatkan dalam suatu masalah. Kemudian dia berlalu.Tidak lama selepas kepergian Kameswara, datang lagi seorang prajurit."Tuan Arya Soka, Gusti Rakyan Panangkaran ingin bertemu,"Arya Soka terperanjat. Panangkaran adalah putra Sanjaya. Ada apa pemuda ini ingin menemuinya. Tanpa banyak bertanya lagi Arya Soka segera pergi mengikuti prajurit ini.Di ruang paseban sudah ada Ratu Parwati. Prabu Sena dan Sanjaya tampak bersimpuh di hadapan wanita sepuh ini. Kameswara melangkah hati-hati seakan-akan tidak ingin ada yang salah langkah.Setelah di depan sang ratu dia menjura dalam. "Hamba menghadap, Gusti Ratu!""Duduklah!"Kameswara duduk bersimpuh di belakang ayah dan anak itu. Wajahnya tidak berani mengangkat. Meski dia seorang pendekar dengan kanuragan tinggi, di hadapan penguasa tida bisa ber
Jalan yang ditempuh Prabu Sena dan Kameswara adalah jalan yang menuju tempat mereka disekap sebelumnya. Langkahnya pelan saja seperti tidak terburu-buru.Kameswara yang berada paling belakang masih memikirkan Puspa Arum. Dia memang sudah menghisap sari bunganya, tapi apa artinya kalau tidak bisa hidup bersama.Kesenangan sesaat dengan mudah bisa didapatkan, tapi kebahagiaan untuk jangka panjang tidak bisa dilewati dengan orang yang tidak dicintai."Bagaimana kalau suamimu kelak tahu kau sudah kehilangan kesucian?" tanya Kameswara sewaktu masih berduaan bersama Puspa Arum di kamarnya."Aku akan terus terang, tapi tidak akan menyebut namamu!""Bagaimana kalau dia marah?""Aku pasrah dan siap dihukum. Lebih bagus kalau aku diusir. Agar bisa kembali kepadamu!"Dulu ada Citrawati dan Sriwuni yang bersikap nekad demi ingin hidup bersamanya. Namun, pada akhirnya mereka menyerah pada keadaan.Akankah Puspa Arum juga dem
Patah hati membuat Kameswara kacau pikiran. Berpisah dengan Kirana alasannya karena nyawa. Lalu terpisahkan dengan Ayu Citra karena kejadian aneh yang tidak masuk akal.Sampai sekarang masih tak habis pikir. Apa benar ada yang namanya 'lorong waktu"yang bisa membawa atau mengirim manusia ke jaman yang berbeda.Dan sekarang Puspa Arum, rasanya lebih menyakitkan ketika sang pujaan hati diambil oleh orang lain. Mungkin seperti ini dulu yang dirasakan Wirasoma. Sekarang dia merasakannya.Apakah ini karma?Karena pikirannya yang 'stress' ini Kameswara jadi tidak bisa mengontrol diri. Terutama nafsu melihat wanita cantik yang menjadi kelemahannya seolah kambuh lagi.Seperti kepada Luhcitra sekarang. Namun, dia memperlakukannya dengan lembut seperti kepada istrinya sendiri. Sehingga si gadis pun tidak mendapatkan perlakuan kasar.Perasaan si gadis ini campur aduk tak bisa digambarkan. Di satu sisi dia tidak menerima perlakuan ini. Sebag
Terkejut si kumis tebal bukan main. Dari benturan tadi sudah merasakan seberapa besar tenaga dalam Kameswara yang memegang senjata aneh itu.Karena setahu dia kujang itu bentuknya kecil dan tidak digunakan sebagai senjata."Pendekar dari kulon rupanya!" gumam si kumis tebal. "Dia pasti kerabat istana Mataram yang berasal dari kulon!"Tidak berpikir lama lagi, si kumis tebal kembali menyerang. Tombak bermata pedang berputar cepat tampak seperti menjadi banyak. Namun, semua gerakan mengarah pada satu titik.Trang!Kujang Bayangan dengan cepat menangkis setiap serangan yang datang.Kameswara kagum terhadap si kumis tebal ini. Tongkat yang kelihatannya berat ditambah pedang yang agak lebar, tapi lelaki itu menggerakkannya seperti mengangkat ranting kecil dan kering, cepat lagi.Setelah diperhatikan ternyata gerak jurus si kumis tebal mirip dengan yang dipakai oleh Luhcitra.Perbedaannya Luhcitra menggunakan keris. K
"Apa kau tidak malu di jalanan seperti ini?" Suara Luhcitra sedikit gemetar.Kameswara malah mengeratkan pelukan membuat si gadis salah tingkah. Bukan apa-apa, tapi dia akan malu kalau sampai banyak orang yang melihatnya.Gadis ini memang menjadi hiburan buat Kameswara di saat hatinya sedang merana. Namun, dalam sanubarinya dia tidak ingin mempermainkan Luhcitra.Dengan cara paksa dia telah merenggut kesuciannya. Ini pertama kalinya berbuat tidak menyenangkan. Lebih bejat dari sebelumnya. Namun, hati kecilnya jelas menentang.Apa ini karena patah hati, sehingga mencari pelampiasan?***Istana kerajaan Bumi Sambhara.Dewasingha tampak sedang menghadang empat orang pejabat yang ternyata pengkhianat kerajaan. Mereka adalah tiga menteri dan satu senapati.Ketiga menteri itu tidak lain adalah Suro, Sangara dan Karsa. Sedang sang senapati yaitu Lembu. Sebelumnya mereka telah memberikan kabar bahwa besan Dewasingha yai
Sementara itu di luar pagar istana, pasukan yang dibawa senapati Lembu kini terkepung oleh pasukan prajurit Mataram yang jumlahnya tiga kali lebih banyak. Pasukan ini dipimpin oleh senapati Ronggo Birowo.Pasukan yang kebanyakan merupakan murid perguruan Lohgatra tidak bisa berkutik lagi. Meski mereka mempunyai kepandaian di atas rata-rata, tapi tak akan mampu melawan pasukan Mataram.Meski mereka lihai dalam memainkan jurus, tapi belum tentu bisa memecahkan taktik pertempuran dalam perang. Karena mereka belum belajar apalagi menguasai ilmu semacam itu."Sebaiknya kalian menyerah agar mendapatkan hukuman yang lebih ringan!" seru senapati Ronggo Birowo.Setelah berpikir beberapa saat akhirnya pasukan senapati Lembu menjatuhkan senjata pertanda menyerah.***Di tempat lainnya ada sekelompok prajurit yang ditugaskan untuk mendatangi kediaman selir Sekarsari. Mereka prajurit Bumi Sambhara.Seorang senapati yang masih setia k
Sidang untuk mengadili para pengkhianat dilakukan setelah Prabu Narayana keluar dari pertapaan. Di ruang itu juga sidang dilaksanakan.Senapati dan ketiga menteri sebagai dalang utama dijatuhi hukuman mati, sedangkan untuk prajurit bentukan senapati Lembu tidak semuanya dihukum mati.Kemudian atas kebijaksanaan raja, Ki Janggala dibebaskan karena dalam kasus ini dia termasuk korban. Begitu juga Luhcitra karena dia hanya dimanfaatkan saja.Luhcitra terbujuk oleh iming-iming senapati Lembu, bahwa kalau pamannya itu menjadi raja, maka dia akan mendapatkan kedudukan penting.Karena bujukan itu akhirnya dia rela menyusup ke istana Mataram untuk mencuri pusaka Ratu Shima sebagai lambang kekuasaan atas dua kerajaan yang bersaudara ini.Setelah sidang selesai, Prabu Narayana menyatakan diri mundur dari tampuk pemerintahan. Tahta kerajaan diwariskan kepada Dewasingha.Begitu juga Prabu Mandiminyak melakukan hal yang sama. Dia menyerahkan
Para wanita bajak laut membentuk beberapa kelompok. Masing-masing kelompok membuat sebuah formasi jurus. Mereka bergerak lebih dulu menyerang pasukan Sunda."Bagaimana, Gusti?" tanya Arya Soka kepada Sanjaya."Lumpuhkan saja, jangan sampai ada yang terbunuh!"Pertempuran pun terjadi. Terbagi menjadi beberapa kelompok. Walaupun jumlah pasukan tiga kali lebih banyak dari bajak laut Raja Sagara, tapi mereka cukup kesulitan.Selain karena kepandaian para wanita ini yang ternyata di atas rata-rata, juga perintah Sanjaya yang tidak boleh membunuh membuat mereka sedikit segan saat menyerang.Karena dalam perang, selain membunuh ya dibunuh. Kecuali lawan menyerah. Namun, yang ini beda, bertempur melawan pasukan yang semuanya perempuan.Sanjaya tidak melihat Kameswara di dekat sini, dia mengira pemuda ini pasti masih ada masalah lain. Lalu dia berkelebat mendekati Tuan Raja."Kau yang memimpin pasukan ini?" tanya Tuan Raja.
Langit-langit ruangan tiba-tiba terbuka. Tidak menyangka kalau di atas ada sebuah pintu dan juga ruangan lagi. Dari ruangan atas itu jatuh tiga benda sangat keras. Jatuhnya tepat di sekeliling Kameswara.Benda ini awalnya bulat sebesar orang meringkuk, ternyata memang benar itu adalah orang yang meringkuk karena sekejap kemudian mereka bardiri."Manusia batu?" gumam Kameswara melihat tiga benda yang jatuh tadi ternyata berwujud manusia, tapi terbuat dari batu."Lenyapkan penyusup ini!" perintah Tuan Raja kepada manusia batu.Tiga manusia batu serempak langsung menyerang Kameswara. Sebagai percobaan pemuda ini memapak salah satu pukulan manusia batu.Dukkk!"Aww!"Untung tulang Kameswara sudah sangat kuat, itu juga dilapisi tenaga dalam. Ada sedikit kebas saat beradu tadi. Selanjutnya Kameswara lebih banyak berkelit.Pertarungan tidak hanya di tempat itu, tapi perlahan bergerak ke tengah ruangan. Para wanita baja
Kameswara memperhatikan ruangan besar ini. Tidak ada lubang udara sama sekali, tapi semuanya tidak merasakan pengap. Jalan keluar masuk satu-satunya adalah yang sedang dia tempati sekarang.Pemuda ini menenangkan pikirannya. Mengendalikan degupan jantung yang tidak karuan. Bagaimana tidak, semua wanita ini bagai patung lilin. Polos tanpa busana."Pemujaan kepada Hyang Batara Gara, keyakinan macam apa ini? Wah, dasar si otak kotor!"Kameswara bergerak masuk ke ruangan utama di dalam bukit batu ini. Dia menuju satu sisi yang tadi terdapat batu kotak. Lalu dia menembus ruangan yang ada di bawahnya.Gelap juga, tapi tidak bagi Kameswara. Di ruangan ini terlihat adegan kotor yang dilakukan lelaki tinggi besar kepada wanita muda di atas batu kotak."Selain dijadikan anak buahnya sebagai bajak laut, rupanya dijadikan budak nafsunya juga. Ini orang lebih gila dariku!"Kameswara berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang. Masa menonton
Langit di sebelah selatan tampak hitam. Kilatan-kilatan petir menyeruak di balik awan tebal yang juga hitam.Di bawahnya, pusaran angin dahsyat membumbung tinggi. Membuat air laut pasang cukup tinggi.Akhirnya menciptakan gulungan ombak raksasa yang sampai ke tempatnya Kameswara mengayuh dengan tanaga dalam. Posisi berdirinya cukup kokoh, meski perahunya terombang-ambing."Rupanya ada badai, ini yang aku belum bisa. Membaca alam. Sepertinya aku akan terjebak dalam pusaran badai itu,"Sesakti apapun manusia, tidak akan bisa melawan ganasnya alam. Kameswara tidak mau 'agul' walaupun memiliki kesaktian luar biasa. Dia tidak akan melawan alam.Kameswara buka 'mode on' Rompi Nyumput Buni. Perahunya diikut sertakan. Kemudian menggunakan ilmu meringankan tubuh agar meluncur lebih cepat.Pusaran badai ini datang terlalu cepat. Lingkaran pusaran ini sangat besar. Kira-kira seluas bukit. Tubuh Kameswara tidak tersentuh ganasnya badai, tapi
Benar juga secara kebetulan gadis kecil itu menoleh ke luar pagar. Seketika raut wajah gadis itu berubah. Sikapnya juga seperti ketakutan.Beberapa kali dia memandang laki-laki tua yang sedang melatih. Akhirnya dia memiliki keberanian untuk meminta ijin keluar.Untungnya laki-laki tua itu terlihat ramah dan membolehkannya keluar.Si gadis kecil berlari ke tempat Kameswara berdiri. Begitu saling berhadapan, keduanya langsung mematung.Kameswara terperangah melihat wajah si gadis kecil yang mirip dengan Ayu Citra. Persisnya Ayu Citra sewaktu kecil. Meski badannya kecil, tapi cara menatap dan sikapnya seperti orang dewasa.Sementara si gadis kecil juga tampak tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ada rasa senang juga dalam hatinya. Dia seperti menemukan sesuatu yang sudah lama dia nantikan."Kau, Kameswara?"Si pemuda terkejut gadis kecil ini bisa berbahasa seperti dirinya walau beda logatnya. Lebih terkejut lagi ketika
Pertempuran berhenti. Semua anggota bajak laut Naga Samudera apalagi ketua Madara terkejut, pimpinan mereka yang kesaktiannya dahsyat kini tertawan oleh pemuda misterius yang ternyata bagian dari pasukan Sunda.Tidak ada jalan selain kecuali menyerah. Nasib mereka kini tergantung keputusan raja Sunda nanti.Anggota bajak laut Naga Samudera yang tersisa diangkut ke dalam satu kapal khusus untuk para tawanan.Sementara orang-orang yang kurung bajak laut ditempatkan di kapal paling besar di mana Sanjaya berada.Termasuk Iswari yang dari awal menyaksikan pertempuran dari jauh. Dia ikut menyelinap masuk lalu bergabung dengan tawanan lain yang dibebaskan.Ekspedisi ke pulau Sangiang bisa dikatakan berhasil. Pasukan Sunda kembali membawa tawanan pada saat angin darat bergerak ke laut.Yang membuat heran buat para bajak laut adalah melihat sikap Gusti Ratu yang wajahnya begitu cerah. Sorot matanya memancarkan kebahagiaan.Tidak
Sampai di rumah bunga Kameswara membaringkan Gusti Ratu di atas dipan. Walaupun lemah, tapi wanita cantik ini masih bisa melepaskan pakaian kebesaran yang melekat di tubuhnya.Beberapa saat kemudian pemandangan indah terpampang di depan mata Kameswara. Gusti Ratu menatap sayu pemuda ini.Tatapan memanggil agar Kameswara segera memberikan apa yang dimintanya tadi.Tentu saja Kameswara tidak ingin melewatkannya begitu saja. Dia masih tidak mampu mengendalikan kelemahannya. Sambil memulai pemanasan, Gusti Ratu menuturkan kisahnya."Kau benar aku mempunyai masa lalu yang kelam. Dulu aku anak bungsu seorang saudagar di pulau Swarnabhumi. Hanya saja nasibku buruk, aku memilki penyakit yang dianggap kutukan,""Apa yang kau derita?" tanya Kameswara."Seluruh tubuhku penuh bisul dan bau tak sedap. Pada suatu perjalanan menyeberangi lautan menuju Sunda. Tidak disangka keluargaku membuang aku ke lautan dengan alasan menghilangkan kutukan. A
Pimpinan tertinggi yang disebut Gusti Ratu langsung menoleh pada sumber suara. Kameswara berdiri di tempat Madara berdiri tadi dengan tatapan tajam dan sedikit senyum.Bisa masuk ke markas tanpa ketahuan memastikan bahwa dia bukan orang sembarangan.Maka wanita ini langsung menyerang Kameswara dengan hawa saktinya. Serangan energi batin.Akan tetapi bukan Kameswara kalau tidak bisa mengimbanginya. Pertarungan batin seperti ini lebih dahsyat daripada pertarungan adu jurus biasa. Kameswara kagum karena yang menjadi lawannya seorang perempuan.Dulu pertama kali bertarung semacam ini ketika melawan seorang kakek bertubuh gemuk. Dari sinilah dia menciptakan tenaga batin.Yang kedua melawan dua orang sekaligus, salah satunya Gentasora. Pertarungan ini berakhir membuat dirinya terpesat ke masa sekarang ini.Akankah pertarungan ini juga akan membuatnya terpesat lagi? Namun, kata Ki Jagatapa harus dengan secara tidak sengaja."Se
Madara tidak menjawab. Dia langsung masuk hendak menghadap pimpinan tertinggi. Saat ini baru kelompok yang dipimpin Madara hendak beroperasi di lautan. Empat belas ketua lain masih di markas.Namun, setelah diberi tahu bahwa sang pimpinan tertinggi sedang menutup diri sejak kemarin. Akhirnya Madara lebih menceritakan kepada ketua lainnya.Karena dia tahu kalau pimpinan tertinggi sudah menutup diri maka akan lama menunggu sampai keluar dari ruangan pribadinya."Aku belum percaya kalau tidak melihatnya sendiri!""Ini aneh, yang aku tahu kau kembali sendirian saja!"Madara mendengkus kesal. Dengan apa yang mereka lihat tentu saja kurang percaya dengan yang dia ceritakan."Aku yakin pemuda itu sudah menyusup ke sini!" ujar Madara karena sewaktu perahu Kameswara hancur ditabrak, pemuda itu tiba-tiba sudah berada di atas tiang layar."Aku sarankan kita semua harus hati-hati ilmunya tidak bisa dianggap remeh!" kata Madara lagi.