Nini Rongkot tidak habis pikir dengan anak muda ini. Dari mana dia berasal? Siapa gurunya? Setelah agak lama terdesak, ternyata bisa mengubah keadaan.
"Benar-benar tidak bisa dianggap remeh!" gerutunya dalam hati.Kemudian nenek ini menambah tenaga dalamnya. Udara malam di sekitar tempat itu berubah terasa panas. Senjata Kebut Iblis tampak memancarkan cahaya kehijauan."Kebut Bulu Merak Iblis!" gumam Nini Rongkot merapalkan nama ajian yang dilepaskan.Ajaib, dari putaran senjata Kebut Iblis melesat ratusan buku merak berwarna hitam yang ujung tangkainya sangat tajam.Kameswara jelas terkejut, selain hawa sakti yang menekan lebih kuat lagi, ditambah serangan bulu merak yang pastinya sangat berbahaya.Kameswara perbanyak aliran tenaga dalam ke Kujang Bayangan, sehingga energi pelindung bertambah luas dan mampu menghempas ratusan bulu merak yang seolah tidak ada habisnya.Pertarungan keduanya tampak melebar jaraknya. Si nenKameswara mendapatkan keterangan bahwa Prabu Jayadewata, salah satu nama gelar Raden Pamanah Rasa, sedang menuju istana Kawali.Seperti yang diketahui sebelumnya, setelah Raden Pamanah Rasa dinobatkan menjadi Maharaja Sunda-Galuh. Ibukota atau pusat pemerintahan dipindahkan ke Pakuan (Bogor).Sehingga Kameswara harus jauh-jauh ke Pakuan untuk mengantarkan Pustaka Ratuning Bala Sarewu.Lalu ada informasi bahwa sang Maharaja akan berada di Kawali dalam waktu yang cukup lama, maka Kameswara memutuskan untuk pergi ke Kawali saja yang jaraknya lebih dekat.Sekarang Kameswara sudah meninggalkan kedai tadi. Sudah melanjutkan perjalanannya. Akhirnya tujuannya sama lagi dengan Prabu Amuk Marugul yang sekarang entah sudah berada sampai mana."Aku akan membongkar rencana mereka di hadapan Gusti Maharaja!" gumam Kameswara. "Tapi sebelum sampai ke sana, Amuk Marugul pasti akan menemui para sekutunya terlebih dahulu!"Kameswara tidak peduli be
Balai desa Sukamanah letaknya berada di tengah-tengah wilayah desa itu sendiri. Sehingga memudahkan akses warga dari segala arah.Namun, balai desa kini dikuasai Raksana dan anaknya yang bernama Gumara. Keinginan untuk berkuasa di desa Sukamanah sudah lama diimpikan oleh Raksana.Hanya waktu dulu dia masih kalah ilmunya oleh Ki Kuwu yang menjabat. Lalu dia menempa diri sampai akhirnya bisa melampaui Ki Kuwu.Semenjak dia membunuh Ki Kuwu beserta istrinya yang tidak lain orang tua Kinasih, Raksana mengumumkan bahwa dialah yang menjadi Kuwu.Istrinya Raksana sudah lama meninggal, maka dia memilih beberapa wanita di desa itu untuk menjadi selirnya. Dia tidak ingin mengangkat seorang istri lagi.Anehnya walaupun diantara wanita-wanita itu ada yang bersuami, maka direbut paksa dari suaminya untuk dijadikan selir.Tingkah ayah dan anak ini seolah-olah sudah menjadi raja saja. Mereka memiliki banyak anak buah yang membantu kesewenang-we
Kini lingkaran pelapis sudah berkurang lima orang. Sementara Gumara dan Raksana kesana kemari mencari siapa yang memanah.Kameswara senyum-senyum saja, walau tak melihat karena sibuk bertarung tapi dia tahu mereka kebingungan.Kemudian pemuda bertopeng alias Kameswara memberi isyarat kepada Kinasih.Kejap berikutnya dua orang muda ini tiba-tiba meloncat tinggi melewati lingkaran pertama walaupun saat mendarat masih berada dalam kepungan. Mereka segera membabatkan senjata masih-masing.Sabetan pedang Kinasih berhasil membunuh lawan-lawannya, ada yang tersabet lehernya, ada yang tertusuk dadanya hingga menembus jantung dan ada yang terbelah kepalanya. Juga dengan Kameswara yang begitu mudah mengayunkan kujangnya.Akhirnya bentuk penyerangan ini kacau tak karuan. Jumlah anak buah Raksana semakin berkurang. Ada yang dibantai Kinasih dan Kameswara, serta dipanah orang yang masih bersembunyi di tempatnya.Sungguh tak disangka tak didug
"Setiap lelaki akan berkata seperti itu kepada setiap perempuan yang dijumpai. Padahal di tempat lain sudah ada banyak wanita yang sudah disinggahinya," ujar Kinasih.Kameswara tidak bisa berkata apa-apa lagi. Karena memang dia merasa seperti itu, tapi dia tidak menampakkan ekspresi apapun di depan Kinasih. Dia hanya terus memandangi wajah gadis itu."Kenapa kau tidak menggantikan ayahmu?" tanya Kameswara berganti topik."Aku perempuan, tidak bisa atau bahkan tidak boleh jadi pemimpin,""Ratu Shima bisa!"Ratu Shima adalah penguasa kerajaan Kalingga atau Keling ratusan tahun yang lalu."Dia hanya menggantikan suaminya sementara sampai anak-anaknya mampu memimpin. Kerajaan dibagi dua untuk kedua anaknya menjadi Bhumi Sambhara dan Bhumi Mataram. Salah satu anaknya adalah perempuan bernama Dewi Parwati, tapi tetap yang menjadi raja adalah suaminya, Rahyang Mandiminyak!""Wah, ternyata pengetahuanmu luas juga!" puji Kameswar
Kinasih ternyata lebih 'gila' daripada Sriwuni atau Citrawati. Dalam semalam sampai tiga kali mengarungi lautan asmara yang penuh madu. Meski menikmati, tapi tetap saja dalam benaknya Kameswara merasa resah.Kameswara jadi berat meninggalkan gadis itu. Sempat terpikirkan dia ingin membawa serta Kinasih dalam perjalanan, tapi gadis itu masih dibutuhkan warga desa. Dan juga apakah tidak merepotkan nantinya.Dia belum siap untuk hal itu. Entah sampai kapan tugasnya akan selesai. Setelah mengantarkan kitab taktik perang, dia harus melindungi Kirana. Belum lagi, bila ada tugas susulan dari kakek Ranu Baya.Dan tugas yang paling utama adalah, menumpas Laskar Siluman Merah."Karena tugasku yang berat, aku terpaksa tidak bisa membawamu ikut serta!" kata Kameswara di pagi hari ketika hendak melanjutkan perjalanan."Jangan pikirkan apapun tentang aku," ujar Kinasih sambil menggenggam kedua tangan si pemuda. Sikapnya seolah-olah Kameswara sudah jadi
Pada saat hendak bersemedi, tak sengaja tangannya mengusap bahu kanan. Sehingga sosoknya terlihat kembali, tapi Kameswara tidak menyadarinya.Tiba-tiba dari atas pohon diatas kepala Kameswara menjuntai seekor ular berwarna hitam dengan totol-totol berwarna emas.Ular yang sangat besar,sebesar paha orang dewasa, membuka mulutnya siap mematuk Kameswara yang sedang bersemedi.Kameswara sempat terbelalak melihat ular itu yang hendak mematuk dirinya. Dia yang mengira dirinya masih tidak terlihat membiarkan saja. Dia lanjut konsentrasi bersemedi. Tapi...Cepp!Si ular mematuk, taringnya yang berbentuk bengkok seperti belati menghunjam bahu kanan. Kameswara sangat terkejut dan mengira ular itu bisa melihat dirinya yang tak kasat mata bagi mahluk lain."Loh, kenapa... akh!"Rasa perih teramat sangat dirasakan Kameswara, akan tetapi saat bisa ular hitam bertotol emas memasuki tubuhnya.Terasa hawa panas menjalar ke selur
Kira-kira seribu tahun yang lalu. Ketika kerajaan besar Tarumanagara masih berdiri dan mengalami masa kejayaan. Terdapatlah seorang tokoh yang sangat ahli dalam racun.Namanya Candala, selain belajar racun dari gurunya dia juga berhasil menemukan jenis racun dari hewan maupun tumbuhan yang langka atau belum di kenal manusia lain.Dia juga bisa menciptakan atau meramu racun baru. Dari yang biasa saja sampai yang paling ganas. Juga bisa membuat berbagai macam penawar racun.Setiap orang yang kena racun datang padanya. Semuanya bisa disembuhkan kecuali yang terlambat datang sehingga terlambat pula untuk diobati.Karena sangat hebat dalam ilmu racun ini, Candala dijuluki Dewa Racun. Orangnya berwatak baik. Suka menolong tanpa pamrih. Siapapun ditolongnya. Orang biasa, pendekar dari golongan putih dan juga hitam.Oleh karena itu Candala tidak mempunyai musuh. Dia juga sedikit mempunyai kepandaian silat, hanya untuk berjaga-jaga.Namun
"Benar!" jawab suara tanpa wujud."Terus bagaimana dengan si Hanggara, bagaimana kau bisa tahu bahwa apa yang menimpamu adalah ulah dia?" Suara Kameswara menyiratkan kebencian kepada manusia culas itu."Itulah yang aku tunggu-tunggu. Aku ingin para pendekar turun tangan menyelidiki hutan racun, termasuk dia salah satunya!"Namun, menurut cerita Candala tidak ada seorangpun yang berani menginjak ke hutan itu lagi. Terpaksa Candala mencari tahu sendiri, keluar hutan dengan cara menyamar."Aku mendengar orang-orang membicarakan hutan Racun di kedai. Terutama para pendekar berpendapat bahwa racun-racun yang ada di hutan mirip dengan racun milik Dewa Racun!"Selain itu yang sama pentingnya adalah mencari tahu tentang kabar Parwati. Dan ternyata gadis itu telah terjatuh ke pelukan Hanggara. Mereka akan melangsungkan pernikahan."Dari situlah aku mulai curiga. Maka aku melanjutkan penyelidikan. Pertama mencari tahu dari mana Ki Rampal m
"Arum, apakah Rahyang Sora dengan Purbasora itu sama?" tanya Kameswara setelah mereka berjalan jauh.Puspa Arum tampak melirik sejenak dengan kening mengkerut."Benar, kenapa dia sepertinya mengumpulkan orang-orang persilatan?" jawab Puspa Arum dengan pertanyaan balik."Entahlah!" Padahal Kameswara sudah menduga-duga apa yang menjadi tujuan sang menantu raja itu.Kemudian Puspa Arum mengaitkan dengan kabar yang selama ini beredar tentang persaingan antara Purbasora yang menantu raja dengan Wiratara yang merupakan putra raja."Apakah sampai sekotor itu?" batin si gadis mungil. Memikirkan intrik dalam kerajaan terlihat begitu rumit. Selalu ada perebutan tahta. Satu sama lainnya merasa paling berhak.Tak lama kemudian mereka sampai di tempat peristirahatan Nyai Mintarsih bersama dua murid wanita lainnya.Akan tetapi baru saja sampai, mereka mendengar suara kehadiran orang lain. Orang banyak."Kalian semua pegang ta
"Mohon ampun, Tuan. Ternyata padepokan itu menyimpan pendekar maha sakti," lapor salah satu dari tiga jubah hitam yang berhasil kabur dari Kameswara."Omong kosong!"Yang lain ikut menjelaskan bahwa Kameswara yang disebut pendekar maha sakti tiba-tiba muncul di udara dan melepaskan angin badai yang menghempas semua anggota laskar.Diceritakan juga pertarungan melawan Kameswara yang menggunakan senjata aneh yang sangat mematikan hingga tersisa tiga orang saja.Itu juga kalau tidak segera kabur mungkin mereka sudah menjadi mayat bersama yang lainnya."Bagaimana bentuk senjata itu?"Salah seorang menjelaskan bentuk senjata yang digunakan Kameswara."Kujang!" desis sang pemimpin.Di masa ini kujang hanya di miliki orang-orang tertentu saja. Masyarakat biasa belum banyak yang tahu. Hanya kalangan bangsawan saja yang memiliki sebagai simbol seorang bangsawan.Akan tetapi yang dijelaskan anak buahnya, kujang i
Semua penghuni padepokan Mega Sutra merasakan hawa sakti yang kuat ini. Begitu juga Laskar Dewawarman, tapi pasukan jubah hitam ini tidak mengendurkan serangan.Crash! Srass!Korban berjatuhan lagi. Yang masih bertahan berlumuran darah menahan panas dan perih yang diderita. Termasuk Ki Jagatapa dan sang istri juga sudah banyak terluka.Brukk! Brugh!Wajah sepasang guru tampak memucat ketika melihat jumlah muridnya semakin berkurang.Apakah ini akhir riwayat padepokan Mega Sutra yang sudah berdiri puluhan tahun? Apakah akan mengalami nasib yang sama dengan dua padepokan besar sebelumnya?Hilang dari dunia persilatan tinggal nama. Dua padepokan besar saja bisa musnah, apalagi ini cuma padepokan kecil yang tidak terkenal.Pada saat itu hawa sakti asing semakin kuat. Sebentar kemudian segelombang angin dahsyat berhembus kencang bagaikan badai yang menghantam.Anehnya gelombang angin ini tidak menghantam murid-murid
Ki Jagatapa, Arya Soka dan Rana Surya langsung merangsek ke paling depan semuanya menghunus senjata.Si jubah hitam yang paling depan tampak tersenyum merendahkan. Tangannya melambai memberi isyarat kepada yang lainnya.Tanpa sepatah kata, Laskar Dewawarman yang hanya menurunkan sepuluh orang saja meloncat dari kuda masing-masing dan menyerang murid-murid padepokan Mega Sutra.Tidak seperti saat menyerang padepokan Sagara Kaler yang tidak turun dari kuda. Entah kenapa, mungkin mereka mempunyai perhitungan sendiri sampai harus turun dari kuda.Setiap satu orang berjubah hitam menghadai tiga sampai empat murid. Ada yang hanya murid laki-laki atau perempuan, tapi ada juga yang gabungan keduanya.Ki Jagatapa dan Nyai Mintarsih masing-masing menghadapi satu orang.Trang! Trang! Trang!Pertempuran sengit di pagi hari menghiasi padepokan kecil yang setiap harinya dilalui dengan damai ini. Perkiraan Ki Jagatapa tidak meleset. Be
Sejak tahu Puspa Arum diam-diam mengunjungi Kameswara di puncak bukit, Rana Surya jadi ingin tahu lebih banyak tentang Kameswara.Yang dia tahu Kameswara hanya buronan yang sedang dicari-cari pihak kerajaan. Namun, kehadirannya terasa menjadi penghalang baginya untuk memiliki Puspa Arum.Ya, Rana Surya memang menyukai gadis bertubuh mungil itu sejak dia masuk ke padepokan ini. Sejak itu pula dia selalu melakukan pendekatan.Rana Surya merasa sudah menaklukan sifat si gadis yang judes. Karena kalau sedang bersamanya Puspa Arum tidak lagi judes, malah bersikap baik dan manis.Sehingga Rana Surya menyangka gadis mungil itu juga menyukainya, tapi setelah mengenal Kameswara ada sedikit perubahan pada si gadis.Yang paling mengejutkan adalah kejadian tadi, diam-diam mengunjungi Kameswara dengan membawa makanan. Walaupun sikapnya sengaja dibuat acuh, tapi tetap saja ada yang aneh.Dari kejauhan Rana Surya memperhatikan Kameswara yang se
"Dia masih bersemedi di puncak!" Yang menjawab adalah Arya Soka."Bersemedi!"Banyak tanda tanya muncul salam benak Puspa Arum. Bukankah dia murid baru? Pertama kali bertemu saja dia tidak memiliki kepandaian apa-apa.Lantas mengapa sekarang semedi? Hal yang dilakukan oleh seseorang yang sudah tinggi ilmunya."Sebenarnya siapa dia, Ayah?" tanya Puspa Arum lagi."Sebenarnya dia seorang pendekar besar,""Untuk apa bersemedi?" Si gadis sepertinya penasaran. Padahal tempo hari dia begitu kesal pada pemuda itu."Pada saat aku temukan dalam keadaan pingsan, semua cakranya tertutup sehingga kesaktiannya terkunci,""Dari mana asalnya?"Sekali lagi Puspa Arum dibuat tersipu malu saat ditatap dengan pandangan aneh."Memangnya aku tidak boleh bertanya?" lanjut si gadis.Karena memang tidak biasanya Puspa Arum banyak bertanya. Biasanya juga judes walaupun di depan ayah, ibu dan kakaknya. Bicara ha
Si jubah hitam tertawa lantang. "Kalau kalian tidak bisa melihat gerakanku, berarti kalian bukan tandinganku!"Dua murid padepokan saling pandang. Memang benar, rekannya tewas seketika tanpa terlihat gerakan si jubah hitam.Melihat wajah si jubah hitam sepertinya masih seumuran dengan mereka, tapi mimiknya yang kaku tampak seperti topeng. Bukan wajah aslinya."Bersiaplah menyusul kawan kalian!"Si jubah merah sudah bergerak lagi. Lebih cepat dari sebelumnya. Tahu-tahu ujung pedangnya sudah mengancam mereka.Trang! Trang!Dua murid hanya mempunyai kesempatan kecil. Masih beruntung bisa menangkis serangan si jubah hitam walau mereka harus tersurut mundur beberapa langkah.Tenaga dalam si jubah hitam ini tiga tingkat di atas mereka. Murid andalan padepokan Sagara Kaler ini memprediksikan hasil dari pertarungan ini.Namun, mereka tidak ingin mati sia-sia. Setidaknya lawan juga harus mendapatkan ajalnya. Maka keduany
Di puncak bukit padepokan Mega Sutra Ki Jagatapa mulai membantu Kameswara untuk membuka Cakra tersisa yang masih tertutup.Ki Jagatapa membantu dengan cara mengajak Kameswara bertarung. Pada awalnya si kakek melancarkan serangan pelan-pelan saja."Jangan menghindar, tapi lawan!"Kameswara mengikuti arahan Ki Jagatapa. Tidak menghindar serangan, tapi menyambut dengan memapak, menangkis bahkan beradu pukulan.Karena hanya menggunakan tenaga kasar, maka Kameswara melakukannya dengan hati-hati. Terutama keseimbangan dan kuda-kuda serta mengatur napas yang tepat.Demi mendapatkan kembali kesaktiannya Kameswara tidak peduli rasa sakit yang didapatkan ketika menangkis, memapak atau beradu pukulan.Berkali-kali Kameswara terjatuh dan mendapatkan luka lebam, tapi itu bukan masalah baginya. Tentu saja karena ada sabuk sakti.Kameswara tidak ubahnya orang yang benar-benar baru belajar silat.Semakin lama gerakan Ki Jagatap
Di kediaman Nyai Mintarsih.Si gadis mungil tampan bersungut-sungut sedang membalurkan ramuan obat pada tubuh Kameswara yang penuh luka.Pemuda ini melepas pakaian atasnya sehingga nampak bentuk tubuhnya kekar dan gagah meski penuh goresan luka.Kameswara senyum-senyum penuh kemenangan. Rasanya cukup setimpal atas apa yang didapatkan sebelumnya.Diobati oleh tangan mungil nan indah seorang gadis cantik putrinya sang guru padepokan.Nyai Mintarsih sudah tahu akan datangnya Kameswara atas suruhan suaminya. Wanita ini pernah melihat Kameswara sewaktu dalam keadaan pingsan saat dibawa oleh Ki Jagatapa.Tentu saja karena untuk menuju ke padepokan atas harus melewati padepokan bawah dulu.Ketika sang putri melaporkan, Nyai Mintarsih sudah menduga pasti ada kesalahpahaman. Begitu melihat siapa yang ditangkap, dia langsung membebaskan Kameswara.Sebagai bentuk tanggung jawab atas kesalahpahaman ini, Puspa Arum si gadis